Dinkes Targetkan 2017 Jatim Bebas Kusta

kstSurabaya, Bhirawa
Penderita kusta di Jatim mencapai 7.400 orang, membuat Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim berusaha keras dalam menurunkannya. Dinkes Jatim memprediksi kasus kusta di Jatim akan hilang pada tahun 2017 mendatang.
”Saya yakin Jatim akan bebas dari kusta atau eliminasi kusta pada tiga tahun (tahun 2007, red) mendatang,” ujar Kepala Dinkes Jatim dr Harsono.
Harsono mengungkapkan, Jatim bebas kusta ini dinilai Dinkes adalah sebuah target yang tepat. Menurutnya, kasus kusta yang menimpa seseorang akan memberikan stigma negatif kepada seseorang. Orang tersebut akan dikucilkan oleh masyarakat dikarenakan penderita kusta dapat dengan mudah menular.
”Sebenarnya untuk menularkan penyakit kusta dari penderita kepada orang lain sangt sulit, karena dibutuhkan waktu yang lama dalam penularannya,” jelasnya.
Lebih lanjut Harsono mengungkapkan, target Jatim bebas kusta ini adalah program bersama yang diikuti oleh negara-negara lain di luar Indonesia, seperti India, Nepal, Tanzania, Brasil, Myanmar, Srilangka, Belanda. Beberapa negara ini mempunyai konsen terhadap penurunan penyakit kusta.
”Beberapa hari lalu ada perwakilan kesehatan dari negara tersebut (India, Nepal, Tanzania, Brasil, Myanmar, Srilangka, Belanda, red) melakukan penelitian di daerah Sampang untuk meneliti kasus kusta dan hasilnya mengejutkan bahwa ketujuh negara tersebut bersama-sama memberikan obat anti kusta kepada beberapa warga Sampang,” jelasnya.
Kasi Pemberantasan Penyakit Dinkes Jatim, Setyo Budiono menyatakan, penularan kusta kepada orang lain dapat terjadi manakala penderita melakukan interaksi atau kontak langsung dengan orang lain selama 10 tahun berturut-turut. Selain itu untuk interaksinya penderita harus melakukan interaksi dengan orang lain minimal dalam seminggu selama 20 jam.
”Jadi sangat sulit untuk menularkan penyakit kusta karena penyakit ini tidak mudah menular kepada orang lain,” jelasnya.
Menurutnya, adanya anggapan yang salah terhadap penularan penyakit kusta menyebabkan masyarakat salah dalam penanganannya. Ada anggapan masyarakat yang mengatakan bahwa kusta itu disebabkan karena turunan dan ini adalah kesalahan yang terjadi di masyarakat. ”Kusta tidak ditularkan karena faktor keturunan melainkan karena interkasi yang intens dan lama dengan penderita,” ucapnya.
Setyo berharap dengan ditargetkannya Jatim bebas kusta tahun 2017 dapat mengurangi dan menghilangkan stigma negatif terhadap penderita kusta. Banyak orang salah paham terhadap penderita kusta sehingga keberadaannya tidak diterima oleh banyak orang.
”Sebenarnya penderita kusta itu tidak bahaya tapi berhubung masyarakat terlanjur memberikan stigma negatif maka penderita kusta banyak yang dikucilkan,” ucapnya. [dna]

Keterangan Foto: Tenaga kesehatan memberikan obat bagi penderita kusta.

Tags: