20 Ton Terjual di Pasar Lelang, Capai Kesepakatan Harga Rp1 Miliar

Cabe Jamu Sumenep Prospek di Pasar Regional
Sumenep, Bhirawa
Cabe jamu hasil produksi para petani dikabupaten Sumenep sangat prospek dipasar regional Jatim. Buktinya, pada bulan Maret ini, sebanyak 20 ton cabe jamu berhasil terjual di pasar lelang Sidoarjo.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumenep, Saiful Bahri mengatakan setelah pihaknya mencoba memasarkan komuditas cabe jamu dipasar lelang Sidoarjo ternyata sampai terjadi kesepakatan dengan harga Rp 1 milyar untuk 20 ton cabe jamu. “Cabe jamu sangat prospek dipasar regional. Setelah kami mencoba pasarkan di pasar lelang ternyata peminatnya banak dan menemukan kata sepakat,” kata Saiful Bahri, Rabu (26/03).
Dia memaparkan, untuk memenuhi permintaan sebanyak 20 ton cabe jamu itu, petani harus pengiriman 4 kali dan saat ini sudah terpenuhi. Pengiriman hingga 4 kali itu lantaran stok cabe jamu masih relatif kurang jika harus dikirim satu kali pengiriman.
“Kalau cabe jamu stoknya memang lumayan banyak, tapi kalau dengan jumlah terlalu banyak ya harus mengumpulkan dulu, tapi masih mencukupi kebutuhan pembeli,” terangnya.
Mantan kepala Dinas Perhutanan dan Perkebunan ini menegaskan, banyak komuditas di Sumenep ini yang sangat prospek seperti cabe jamu, kopyor, mente, sapi hidup, jagung dan pisang, namun ada salah satu komuditas yang tidak bisa sampai pada kesepakatan karena petani atau pengusaha Sumenep tidak bisa memenuhi kebutuhan pengusaha ditingkat Jatim seperti pisang.
“Penyebabnya, permintaan pengusahanya dengan jumlah besar dan harus dikirim setiap minggu dan harganya juga terlalu tinggi yakni komuditas pisang, sedangkan stoknya masih belum mencukupi,” ujarnya.
Sejumlah komuditas yang sering terjadi kesepakatan kontrak jual beli saat ditawarkan dipasar lelang diantaranya mente, cabe jamu dan kopyor. Upaya pemasaran komuditas itu, pihaknya mengaku kerjasama dengan sejumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) karena dimasing-masing instansi pemerintah ini mempunyai binaan masing-masing.
“Kami kerja sama dengan SKPD yang lain untuk melakukan pemasaran komuditas tersebut. SKPD tentunya mengusulkan pengusaha atau petani bidaannya,” ungkapnya.
Ia menilai, secara kualitas sejumlah komuditas di Sumenep sangat potensial, namun dalam kapasitasnya masih belum bsa bersaing sehingga bisa menghambat pemenuhan kebutuhan dari pengusaha tersebut.
“Yang menjadi kendala adalah kapasitasnya yang belum bisa bersaing karena pengusaha besar itu pasti permintaannya dengan jumlah yang besar. Sedangkan para petani di Sumenep sering tidak mampu memenuhinya,” imbuhnya.
Guna memenuhi permintaan pasar ditingkat regional Jatim, pihaknya akan terus mendampingi agar lambat laun produksi sejumlah komuditas bisa bersaing dalam kapasitas kebutuhan. Karena secara kualitas sudah dapat dikatakan mampu bersaing.
“Kami akan terus dampingi mereka terutama dalam produksinya yang hanya sedikit-sedikit, padahal permintaannya sangat banyak,” pungkasnya. [sul]

Tags: