Alternatif Pemanfaatan Tembakau untuk Komoditas Larvasida

Oleh:
Vella Rohmayani, S.Pd., M.Si.
Dosen D4 TLM FIK UM Surabaya (MTCC UM Surabaya)

Pemanfaatan tembakau untuk komoditas larvasida dapat menjadi alternatif larvasida yang ramah lingkungan, dibandingkan dengan penggunaan larvasida sintesis. Diketahui bahwa sampai saat ini jenis larvasida yang masih banyak digunakan oleh masyarakat adalah larvasida sintesis. Penggunaan larvasida sintetis ternyata memiliki dampak buruk yang dapat menimbulkan keracunan pada manusia, keracunan pada hewan ternak, polusi lingkungan, dan serangga lain dapat menjadi resisten (Pramudyo et al., 2015).
Larvasida yang ideal haruslah efektif, efisien, ramah lingkungan, dan tentunya tidak memberikan efek toksisitas yang tinggi terhadap organisme non target. Oleh karena itu diperlukan cara-cara lain untuk memberantas vector atau penular penyakit yang aman bagi lingkungan dan tidak menganggu ekosistem (Astriani dan Widawati, 2017). Salah satunya adalah dengan memanfaatkan tembakau sebagai komoditas larvasida alami.

Pengendali Vektor nyamuk dengan Larvasida
Pengendalian vector nyamuk dapat dilakukan dengan pengendalian populasi nyamuk dan pengendalian larva nyamuk. Penggunaan larvasida menrupakan salah satu cara pengendalian larva nyamuk yang dilakukan secara kimia. Larvasida dapat menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi timbulnya tempat perkembangbiakan dari larva nyamuk.
Berdasarkan sejumlah penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terjadi perubahan iklim global ternyata berpengaruh terhadap peningkatan risiko penularan penyakit yang ditularkan melalui perantara vektor, terutama vector nyamuk (Fadani, 2017).
Penyakit menular yang disebabkan oleh vektor (vector borne disease) nyamuk contohnya adalah penyakit demam berdarah dengue (DBD), malaria, filariasis (kaki gajah), dan lain seterusnya.
Di mana sampai saat penyakit-penyakit tersebut masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk di negara Indonesia. Dan Indonesia sampai saat ini masih menjadi wilayah endemis bagi penyakit demam berdarah dengue (DBD), malaria dan filariasis (kaki gajah).
Diketahui bahwa kasus DBD di Indonesia pada tahun 2020 terdapat sebanyak 103.509 kasus dengan jumlah kematian 725 yang dilaporkan dari 475 kab/kota yang berasal dari 34 provinsi. Situasi DBD tahun 2021 sampai dengan minggu ke 5, terdapat sebanyak 354 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 5 orang yang dilaporkan dari 45 kab/kota dari 6 provinsi (Kemenkes RI, 2021)
Sedangkan kasus malaria di Indonesia pada tahun 2020 terdapat 235,7 ribu kasus, dengan persentase kasus terbanyak adalah dikawasan Indonesia bagian Timur (Kemkes.go.id, 2021).
Pada tahun 2018 masih terdapat 236 kabupaten / kota dari 28 Provinsi yang masih dinyatakan endemis filariasis, dengan jumlah kasus sebanyak 10.681 kasus, di mana provinsi dengan kasus tertinggi adalah papua dengan jumlah kasus 3.615 kasus (Profil Kesehatan Indonesia 2018, 2019) Oleh sebab itu diperlukan langkah-langkah pencegahan terjadinya lonjakan kasus penyakit-penyakit tersebut yang ditularkan melalui perantara vector nyamuk. Agar grafik angka kesakitan maupun kematian penyakit tersebut semakin landai atau menurun.

Potensi Lain dari Tembakau Sebagai Larvasida

Penggunaan larvasida sintesis walaupun pada prakteknya sangat efektif untuk mematikan larva nyamuk, namun ternyata dapat menimbulkan berbagai permasalahan bagi kesehatan manusia maupun kelangsungan hidup lingkungan.
Penggunaan larvasida alami perlu dikembangkan untuk mengurangi dampak negatif larvasida sintetis. Ekstrak tumbuhan dapat menjadi sumber alternatif agen pengendalian nyamuk, Salah satunya adalah pemanfaatan larvasida dari bahan tembakau.
Daun tembakau ternyata bisa diolah menjadi komoditas yang dapat mendukung kesehatan dan kesejahteraan generasi bangsa. Mengingat selama ini daun tembakau lebih banyak termanfaatkan untuk bahan baku pembuatan rokok yang memiliki efek negative bagi kesehatan manusia maupun lingkungan hidup.
Memanfaatan daun tembakau sebagai larvasida dapat digunakan sebagai alternatif pemanfaatan tembakau yang ramah bagi kesehatan manusia dan bagi lingkungan hidup. Tembakau berpotensi dijadikan sebagai larvasida karena mengandung flavanoid, alkaloid, tanin, saponin, dan minyak atsiri sehingga dapat menyebabkan terjadinya mortalitas pada larva nyamuk (Tirtosastro, S. & Murdiyati, A. S. 2010).

Efektif Sebabkan Mortalitas pada Nyamuk
Astriani, dkk (2016) melakukan uji potensi larvasida nabati dari 25 jenis tanaman terhadap nyamuk Aedes aegypti, dan didapatkan hasil bahwa tembakau menduduki urutan ke 5 tanaman yang paling potensial dijadikan sebagai larvasida. Hal tersebut dapat terjadi karena ekstrak tembakau dengan konsentrasi sebesar 1,94 ppm sudah dapat menyebabkan mortalitas pada larva nyamuk sebesar LC50, sedangkan ekstrak tembakau dengan konsentrasi sebesar 6,28 ppm sudah dapat menyebabkan mortalitas larva nyamuk sebesar LC90.
Penelitian lain menyebutkan bahwa untuk mendapatkan respon biologis 90% kematian dari jumlah total sampel larva diperlukan konsentrasi ekstrak tembakau kendal sebesar 447 ppm, semarang sebesar 241 ppm, dan temanggung sebesar 212 ppm (mg/L) (Handayani, dkk 2018).
Hasil penelitian lainnya juga menyebutkan bahwa ekstrak daun tembakau efektif dalam membunuh larva Anopheles aconitus instar III. Ektrak tembakau dengan konsentrasi 0,07% (700 ppm) dapat menyebabkan mortalitas larva sebesar 98% (Nurhayani, dkk 2021). Sedangkan pada sampel Anopheles gambiae ekstrak tembakau mempunyai efek larvasida sebesar 0,153 µg/ml (ekstrak daun) dan sebesar 0,188 µg/ml (ekstrak biji) (Ileke et al., 2015).
Dalam penelitian Ullah, et al., 2018 menyatakan bahwa ekstrak Cassia fistula dan ekstrak tembakau (Nicotiana tabacum) dianggap sebagai tumbuhan terbaik yang menyebabkan mortalitas nyamuk Culek sp. Karena pemberian ektrak tembakau (Nicotiana tabacum) dapat menyebabkan mortalitas larva Culex sp. dengan nilai LC50 dan LC90 masing-masing adalah sebesar 17.772 ppm dan 206.485 ppm. Dan mortatilas atau kematian 98% terjadi dengan pemberian perlakuan selama 72 jam
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tembakau merupakan tanaman dengan efektifitas larvasida yang tinggi (Astriani Y., & Widawati, M., 2018). Karena penggunaan dosis rendah ekstrak tembakau sudah dapat menyebabkan kematian pada larva nyamuk. Ekstrak tembakau berpotensi dijadikan sebagai larvasida pada nyamuk Aedes sp., Anopheles sp. dan Culex sp. yang merupakan vector dari penyakit berbahaya.

Dalam di Al-Qur’an Surat Ali Imron ayat 191 disebutkan bahwa “semua yang Allah ciptakan itu punya manfaat”. Karena semua yang Allah SWT ciptakan itu tidak ada yang sia-sia, termasuk Tembakau.

Dengan mengolah tembakau menjadi larvasida dapat mencegah terjadinya penularan penyakit DBD, malaria, filariasis, dan penyakit lainnya yang dapat ditularkan dari vector nyamuk.
Bertepatan dengan perayaan hari kesehatan nasional, Muhammadiyah Tobacco control center (MTCC) UM Surabaya memberikan tawaran untuk manfaatkan tembakau menjadi komuditas yang dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Bukan terus mengolah tembakau menjadi komoditas rokok yang dapat mengancam kesehatan masyarakat maupun lingkungan hidup. Karena mencegah terjadinya sesuatu yang buruk dan berbahaya itu jauh lebih baik daripada harus mengobatinya.

———- *** ———–

Tags: