Alun-alun Surabaya

Surabaya segera memiliki alun-alun moderen, berupa area under-ground (bawah jalan) seluas 14.620 meter-persegi. Selama beratus-ratus tahun Surabaya belum memiliki alun-alun, seperti lazimnya kota-kota di seluruh Indonesia. Berbeda dengan konsep tradisional, alun-alun Surabaya tidak dilengkapi dua pohon beringin. Tetapi digantikan ruang diorama, dan amphi-theatre, dan tribun pertunjukan seni. Juga pusat perbelanjaan dan tempat nongkrong.
Alun-alun sebagai ruang kegiatan publik yang disediakan penguasa (pemerintah), selalu nampak indah. Setiap daerah memiliki alun-alun di pusat kota. Biasanya, alun-lun berdekatan dengan masjid, dan kantor pusat pemerintahan daerah. Tetapi kota metropolitan Surabaya, sampai tahun 2019, tidak memiliki alun-alun. Kini Pemerintah Kota Surabaya coba membangun alun-alun under ground. Di bawah permukaan tanah!
Beberapa alun-alun sangat kesohor, menjadi tujuan wisata kelas dunia. Diantaranya taman Wringin kembar di alun-alun utara keraton Yogyakarta. Di Solo terdapat alun-alun lor, milik keraton Surakarta (Pakubuwanan). Di Jawa Timur, beberapa daerah memiliki alun-alun yang menjadi ikon kegiatan publik. Antara lain, alun-alun Kota Malang, dan alun-alun Kota Batu, serta alun-alun Kraksaan di Probolinggo.
Seluruhnya menjadi ajang kegiatan masyarakat luas, termasuk “ke-riuh-an” sektor UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah). Uniknya di Jawa Timur, alun-alun bukan hanya milik pemerintahan daerah. Melainkan juga digagas oleh tentara. Alun-alun milik Kodam V Brawijaya, merupakan fenomena di Surabaya. Setiap hari digunakan menjadi bazar UMKM. Juga tempat pertunjukan musik berskala konser nasional, serta istighotsah kubro.
Kompleks tentara yang biasanya “high security” dan pure kegiatan militer menjadi area publik terbuka. Bahkan kantor Pangdam, Kasdam, dan staf (beserta mes perwira, dan kompleks asrama Batalyon) terkesan akrab menyatu dengan kegiatan masyarakat. Siang hari dilaksanakan upacara militer, disertai bunyi sirine dan tembakan. Malam hari digelar ratusan lapak pedagang skala kerakyatan.
Berbagai barang dagangan produk UMKM digelar, dengan harga terjangkau. Tetapi area lapak di lapangan Kodam Brawijaya bisa berubah menjadi arena pertunjukan konser musik. Tak jarang, juga menjadi hamparan karpet dan sajadah untuk kegiatan istighotsah, doa bersama. Sembari meriam artileri tetap berada di sisi lapangan alun-alun, digunakan foto selfie.
Lokasi alun-Alun kota Surabaya, dibangun di kawasan Balai Pemuda, dan gedung DPRD Kota Surabaya, menghadap Balai Kota. Posisinya di bawah tanah Jalan Yos Sudarso hingga persil Jalan Pemuda. Dikonstruksi dua lantai, dan dua sisi (timur dan barat). Ruang bawah tanah sisi barat akan dilengkapi berbagai sarana pendukung. Antara lain tangga, eskalator, dan lift khusus disabilitas. Sedangkan di sisi sebelah timur bakal menjadi arena pertunjukkan seni.
Dikonsep sebagai arena hiburan rakyat, akan dilengkapi air mancur yang bisa menari. Serta kaca dome bergambar relief, dan patung tokoh Surabaya, Sawunggaling (pangeran tanpa mahkota). Secara keseluruhan anggaran pembangunan alun-alun Surabaya dipagu Rp 80 milyar. Tidak besar (hanya sekitar 0,77%) manakala dibanding APBD 2019 Kota Surabaya yang mencapai Rp 10,3 trilyun.
Sesuai prosedur operasional ke-sipil-an wajib dilakukan Loading test (uji beban) di Jalan Yos Sudarso, sebagai basement alun-alun. Simulasi beban menggunakan mobil Bronto Skylift milik Dinas Pemadam Kebakaran, seberat 60 ton. Ditambah tiga unit dump-truck kapasitas 20 ton (dalam keadaan kosong). Hasilnya, terjadi defleksi (penurun badan jalan) maksimum 1,33 militer. Berarti masih jauh di bawah parameter (27 milimeter) persyaratan jalan dan jembatan.
Alun-alun pada konsep budaya Nusantara, digunakan sebagai arena pertemuan sesama rakyat, serta menjalin kepaduan pemimpin dengan rakyat. Selain penghiburan, juga menyatakan titah pemerintah.
——— 000 ———

Rate this article!
Alun-alun Surabaya,5 / 5 ( 1votes )
Tags: