Anak Yatim Korban Covid-19 Mojowarno Jadi Santri Tambak Beras Jombang

Dua anak yatim dari Mojowarno, Jombang saat diterima oleh Pengasuh Pondok Pesantren Al Wahabiyyah 1, Bahrul Ulum, Tambak Beras, Jombang, Hj Mundjidah Wahab yang juga merupakan Bupati Jombang, Selasa (19/10). (arif yulianto/bhirawa).

Jombang, Bhirawa
Dua orang anak yatim korban Covid-19 asal Desa Catak Gayam, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, BRM (15) dan AR (12) kini resmi menjadi santri Pondok Pesantren Putra Al Wahabiyyah 1, Bahrul Ulum, Tambak Beras, Jombang, menjelang peringatan Hari Santri Nasional (HSN) yang jatuh pada tanggal 22 Oktober.

Dengan diantarkan keluarganya serta petugas kesehatan dari Puskesmas Mojowarno, BRM dan AR tiba di Pondok Pesantren Al Wahabiyyah 1, Bahrul Ulum, Tambak Beras, Jombang, Selasa siang (19/10).

BRM maupun AR ini merupakan anak yatim yang pernah menjalani perawatan di Rumah Isoter Mojowarno, Jombang beberapa bulan yang lalu. Mereka merupakan kakak adik.

Kedua anak yatim yang ibunya meninggal dunia karena terpapar Covid-19 beberapa waktu yang lalu itu diterima langsung oleh Pengasuh Pondok Pesantren Putra Al Wahabiyyah 1 dan Pondok Pesantren Putri Al Lathifiyyah 2, Bahrul Ulum, Tambak Beras, Jombang, Hj Mundjidah Wahab yang juga merupakan Bupati Jombang.

Momentum penerimaan kedua anak yatim menjadi santri ini terlihat haru. Sesekali Bupati Mundjidah Wahab pun mengelus-elus kepala dua anak yatim itu dan mengatakan agar mereka berdua selalu mendoakan ibunya yang telah dipanggil Sang Khalik.

Setelah acara seremonial singkat, kedua anak yatim itu kemudian menerima jas almamater santri serta peralatan untuk mondok lainnya yang diserahkan oleh Hj Mundjidah Wahab.

Selain mondok di pesantren, BRM dan AR juga tetap melanjutkan sekolahnya. BRM kini menjadi siswa Madrasah Aliyah (MA) Unggulan Abdul Wahab Hasbullah, sementara AR kini menjadi siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) Bahrul Ulum, Tambak Beras, Jombang.

“Dua anak yatim ini dua bulan yang lalu masih di Isoter, ibunya meninggal dunia karena Covid-19. Nah ayahnya, sudah lama meninggalkan rumah, sudah pisah sama ibunya,” papar Hj Mundjidah Wahab saat diwawancarai usai menerima BRM dan AR.

Saat masih dirawat di Rumah Isoter, BRM dan AR serta adiknya yang masih berumur lima tahun sempat dijenguk oleh Bupati Mundjidah Wahab. Saat itu Bupati Mundjidah Wahab menyarankan agar BRM dan AR di bawah ke Tambak Beras untuk mondok dan nyantri di pesantren yang diasuhnya.

“Di sini banyak anak-anak yang sudah kita fasilitasi, baik untuk mondoknya maupun sekolahnya, gratis semuanya,” ungkap Hj Mundjidah Wahab.

Hj Mundjidah Wahab memastikan bahwa, pendidikan kedua anak yatim korban Covid-19 dari Mojowarno ini secara cuma-cuma alias gratis. Bahkan hingga jenjang pendidikan perguruan tinggi.

“Bisa (sampai perguruan tinggi) tetap di sini. Banyak di sini yang sarjana dan jadi ustadz,” tandasnya.

Hj Mundjidah Wahab menambahkan, jika masih ada anak-anak yatim korban Covid-19 di Kabupaten Jombang pihaknya pun masih bisa menerima mereka menjadi santri.

“Kami bisa menerima di sini, dan semua pengasuh pondok di sini mau menerima semuanya. Jadi seperti di sini satu ribath menerima, kita ada 40-an (ribath),” ucapnya.

Sementara itu, Mohammad Rukin, Pakde dari BRM dan AR menuturkan, pihak keluarga menyambut baik tawaran dari Bupati Mundjidah Wahab yang memberikan jaminan pendidikan baik pendidikan di pondok maupun pendidikan di MA dan MTs secara gratis bagi BRM dan AR.

“Alhamdulillah ada tawaran dari Ibu Bupati, jadi anaknya (BRM dan AR) sudah siap. Saya berterima kasih kepada Ibu Bupati, sudah sangat-sangat membantu anak-anak ini,” tutur Mohammad Rukin.(rif)

Tags: