Antisipasi Bom, Polrestabes Gandeng Pedagang Kimia

Kasat Binmas Polrestabes Surabaya, Kompol Fathoni gandeng pedagang kimia industri beserta toga tomas dalam mengantisipasi teror bom di Surabaya, Kamis (29,11).

Polrestabes Surabaya, Bhirawa
Peristiwa meledaknya bom di berbagai wilayah di Surabaya dan sekitarnya pada Mei 2018 lalu, menjadi pembelajaran bagi Polrestabes Surabaya. Tak ingin peristiwa serupa terjadi di wilayah hukumnya, Polrestabes Surabaya berupaya mengantisipasi adanya ancaman terkait teror bom di Surabaya.
Langkah antisipasi itu diwujudkan pada Focus Group Disucion (FGD) yang diadakan di Gedung Bhara Daksa Mapolrestabes Surabaya, Kamis (29/11). Menggandeng pedagang kimia industri se-Kota Surabaya, beserta tokoh agama (toga) dan tokoh masyarakat (tomas), FGD ini memfokuskan pada antisipasi teror bom menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2019.
“FGD ini merupakan langkah dari kepolisian beserta pedagang kimia industri, toga dan tomas se Surabaya dalam mengantisipasi teror bom di Kota Surabaya. Terlebih mendekati Natal dan Tahun Baru, situasu kamtibmas harus tercipta dan berjalan dengan baik,” kata Kasat Binmas Polrestabes Surabaya, Kompol Fathoni.
Fathoni menjelaskan, upaya ini dilakukan untuk menjaga situasi dan kondisi di Kota Surabaya aman dan nyaman. Sehingga perayaan Natal bisa berjalan dengan aman dan khidmat. Begitu juga dengan Tahun Baru, pihaknya mengaku momen perayaan pergantian tahun ini bisa dilakukan dengan rasa nyaman dan aman.
“Kegiatan deteksi ini bisa dilakukan dengan memberikan informasi ke kami, jika dijumpai pembeli bahan kimia berbahaya dalam jumlah yang besar dan tidak wajar. Laporkan jika ada pergerakan maupun situasi yang dianggap mencurigakan,” imbaunya.
Begitu juga unsur toga dan tomas, Fathoni menambahkan, koordinasi dengan seluruh elemen masyarakat dibutuhkan untuk menjaga kondusifitas wilayah. Dengan adanya kerjasama ini, pihaknya berharap kepada seluruh elemen masyarakat untuk menginformasikan dan melaporkan jika ada gejolak di masyarakat, apalagi kaitannya dengan dugaan kelompok radikal maupun aksi teror bom.
Masih kata Fathoni, antisipasi ini lebih penting untuk menghindarkan kejadian-kejadian yang tidak diinginkan di masyarakat. Apapun pergerakan yang diduga mencurigakan, pihaknya berharap ada kepekaan dari warga masyarakat. Sehingga bisa dilanjutkan dengan melaporkan maupun menginformasikan ke Polisi maupun aparat penegak hukum setempat.
“Hal ini sebagai langkah antisipasi agar kejadian bom di Surabaya dan Kota lain di Indonesia tidak terulang kembali. Peran seluruh elemen masyarakat dibutuhkan dalam menciptakan situasi kamtibmas di Kota Surabaya,” tegasnya.
Seperti diketahui, pada Mei 2018 terjadi peristiwa meledaknya bom di berbagai wilayah di Surabaya dan Sidoarjo. Meledaknya bom ini terjadi di tiga tempat, diantaranya di Gereja Santa Maria Tak Bercela, GKI Diponegoro, dan Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) Jemaat Sawahan. Selanjutnya di kompleks Rumah Surun Wonocolo di Taman, Sidoarjo dan Mapolrestabes Surabaya. [bed]

Tags: