Aram I, Produksi Jagung di Jatim Naik 12,39 Ton

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Pemprov, Bhirawa
Berdasarkan Angka Ramalan I (Aram I) tahun 2014, produksi Jagung di Jatim sebanyak 5,77 juta ton pipilan kering. Ini artinya ada peningkatan sebanyak 12,39 ribu ton atau 0,22 persen dibanding produksi Jagung tahun 2013, yakni hanya 5,76 juta ton berdasarkan Angka tetap (Atap).
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, M Sairi Hasbullah mengatakan, angka ramalan ini disebabkan ada kenaikan produktivitas sebesar 0,40 persen, yakni dari 48,03 kuintal/hektare menjadi 48,22 kuintal/hektare.
Untuk realisasi produksi jagung Jatim subround I mulai Januari-April 2014 sebesar 2,42 juta ton pipilan kering. Bila dibandingkan dengan Sub Round (SR) I- 2013 atau 2,55 juta ton pipilan kering terjadi penurunan 128,24 ribu ton atau turun 5,02 persen.
Penurunan produksi pada SR I-2014 terhadap SR I-2013 karena adanya penurunan pada luas panen 8,96 ribu hektare atau -1,47 persen dan tingkat produktivitas 1,51 kuintal/hektare atau -3,60 persen
Terkait realisasi produksi jagung SR I-2014, di beberapa kabupaten/kota di Jatim ada yang mengalami kenaikan/penurunan. Kabupaten yang mengalami kenaikan produksi antara lain Kabupaten Ngawi naik 28,31 ribu ton pipilan kering, Lamongan naik 20,68 ribu ton, Pasuruan naik 14,06 ribu ton Gresik naik 13,04 ribu ton dan Kabupaten Pamekasan naik 12,26 ribu ton pipilan kering
Sedangkan kabupaten yang mengalami penurunan produksi, antara lain Kabupaten Ponorogo turun 41,01 ribu ton pipilan kering, Sumenep turun 34,38 ribu ton, Malang turun 1,20 ton, Situbondo turun 26,55 ribu ton dan Kabupaten Lumajang turun 18,04 ribu ton pipilan kering.
Dikatakan Sairi, hasil pertemuan sinkronisasi data antara BPS dan Diperta se Provinsi Jatim,  diketahui kenaikan produksi jagung SR I-2014 dibandingkan dengan SR I-2013 antara lain kenaikan di Ngawi karena adanya perluasan tanam di lahan hutan, adanya bantuan benih jagung bersubsidi dari APBN dan kegiatan pengembangan jagung hibrida di lahan kering dari APBD.
Sedangkan di Lamongan dikarenakan adanya perbaikan penggunaan varietas lokal ke varietas unggul yaitu hibrida P2 dan P11, rehabilitasi JITUT dan JIDES sehingga drainase cukup baik.
Begitu juga di Kabupaten Pasuruan disebabkan adanya tambah tanam dilokasi lahan sawah tadah hujan dan kegiatan subsidi benih jagung hibrida yang bersumber dari APBN. Selain itu, curah hujan yang mendukung di Pamekasan berpengaruh pada peningkatan produktivitas jagung.
Sementara menurunnya realisasi produksi jagung pada SR I-2014 sebesar 5,02 persen dibandingkan dengan SR I-2013, dikarenakan beberapa kabupaten mengalami penurunan produksi. Di Kabupaten Ponorogo misalnya, terjadi perpindahan pola tanam dari jagung ke tanaman padi dan kedelai, produktivitas jagung mengalami penurunan karena ketersediaan pupuk (Urea, SP 36, dan ZA) pada saat dibutuhkan oleh petani tidak tersedia. Sedangkan di Kabupaten Malang terjadi Perpindahan pola tanam dari Jagung ke tanaman tebu. [rac]

Tags: