Bappeko Temui Jajaran Direksi PDAM Bahas Penggantian Pipa

Munculnya pipa PDAM Surya Sembada Kota Surabaya yang bocor di beberapa titik disebabkan mulai merapuhnya pipa karena termakan usia.

DPRD Surabaya, Bhirawa
Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya Eri Cahyadi mengaku telah bertemu dengan jajaran direksi PDAM Surya Sembada untuk membahas soal penggantian pipa tua untuk distribusi air ke pelanggan. Hal ini juga menyikapi banyaknya pipa PDAM yang usianya sudah tua dan banyak mengalami kebocoran, sehingga memang harus diantisipasi.
“Saya sampaikan apa dampaknya jika ada pergantian pipa nanti, apakah terjadi erupsi atau dampak lainnya. Kemudian sampai kapan berakhir hingga sudah tidak ada lagi perbaikan pipa,” kata Eri Cahyadi saat di gedung DPRD Kota Surabaya, Rabu (28/11).
Dalam pertemuan itu, Eri juga menanyakan soal kualitas air produksi PDAM yang banyak dikeluhkan oleh pelanggan, termasuk jangkauan area pelayanan distribusi air bersih ke pelanggan.
“Seperti air PDAM kotor tidak bisa diminum dan harus ada jaminan seluruh warga Kota Surabaya terkaver semua. Sekarang di daerah Pakal dan Benowo kan belum teraliri,” ungkapnya.
Eri menambahkan, data pelanggan yang belum terkaver layanan PDAM yakni sekitar 20 persen. Untuk itu sebelum peremajaan pipa dikerjakan, Pemkot ingin memastikan kaverage area pelanggan se-kota Surabaya harus terlayani semuanya.
“Akhir 2018, kita inventaris dan dipastikan sudah terlayani semua dulu. Baru nanti dilakukan peremajaan pipa,” pungkasnya.
Peremajaan Butuh Rp 200 M
Munculnya pipa Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surya Sembada Kota Surabaya yang bocor di beberapa titik disebabkan mulai merapuhnya pipa karena termakan usia. Untuk itu, peremajaan pipa merupakan sebuah keharusan yang harus segera dilakukan. Namun sayangnya, PDAM terganjal dengan anggaran yang terbatas.
Peremajaan pipa PDAM membutuhkan anggaran sekitar Rp 200 miliar untuk panjang pipa 150 kilometer setiap tahunnya. “Setelah saya lihat dokumennya, setahun hanya memperbaiki dan mengganti pipa sekitar 10 kilometer saja,” kata Dirut Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surabaya Mujiaman, Rabu (28/11).
Menurut dia, semestinya kalau umur pipa itu dibatasi hanya berlaku untuk 40 tahun saja, maka dari total panjang pipa sekitar 6.000 kilometer di Surabaya itu yang perlu diremajakan 150 meter per tahun, bukan 10 kilometer.
“Kita hitung saja, kalau 6.000 dibagi 150 ketemunya 40 tahun. Tapi kalau 6.000 dibagi 10 itu ketemunya 600 tahun. Apa itu tidak kejahatan kalau kita diam? Itu yang harus dipikirkan” ujarnya.
Mujiaman mengatakan bahwa hal itu dilakukan oleh direksi lama karena tidak adanya anggaran berupa penyertaan modal dari Pemkot Surabaya selaku pemilik PDAM. Kalau peremajaan pipa tidak dilakukan, kata dia, maka 10 atau 50 tahun lagi, Surabaya akan penuh galian tanah yang tentunya berdampak pada pipa yang ada di dalam tanah.
“Ini sudah ada kejadian pipa utama PDAM yang bocor di Ngagel Tirto beberapa hari lalu,” katanya.
Untuk mengatasi itu, Mujiaman menyebut ada tiga cara yang perlu dilakukan oleh pemangku kebijakan yakni utang, penyertaan modal dari Pemkot Surabaya dan penyertaan modal dari masyarakat melalui saham. Dari tiga cara tersebut yang dinilai paling mendekati dan sederhana adalah utang. Hanya saja, lanjut dia, utang ini cenderung boros dan tentunya harus mendapat persetujuan dari pemkot.
Sedangkan untuk penyertaan modal dari pemkot, Mujiaman menilai agak sulit karena selama ini penyertaan modal yang didapat dari pemkot sedikit atau sekitar Rp 17 miliar per tahun. Padahal PDAM sendiri menyetor keuntungan usaha ke Pemkot Surabaya tiap tahunnya sekitar Rp 120 miliar.
“Kalau mau tumbuh berkembang ya penyertaan modal dari masyarakat. Dengan melibatkan masyarakat, maka masyarakat akan merasa memiliki PDAM dan kontrolnya lebih kuat,” katanya.
Tentunya, kata dia, harus dipersiapkan perangkat hukumnya baik berupa peraturan daerah, peraturan wali kota atau peraturan lainnya agar masyarakat percaya dan tidak khawatir hilang uangnya. [dre, iib]

Tags: