Belajar di Rumah Menambah Pekerjaan Orang Tua

Ditemani Ibunya, Zoe mengikuti mata pelajaran Bahasa Inggris yang diikuti 21 siswa lainnya.

Surabaya, Bhirawa
Sejak diberlakukan pembelajaran di rumah, pada Senin (16/3) lalu, lembaga pendidikan pun memberlakukan sistem online, berbagai macam platform digunakan. Selama 7 jam hingga 9 jam siswa di jenjang SMP dan SMA/SMK harus fokus di depan layar monitor komputer masing-masing. Namun, tak sedikit dari orangtua siswa yang mengeluhkan sistem ini.
Diantaranya, dikatakan Lilyana Pang. Menurutnya, penggunaan pola pembelajaran online justru menambah pekerjaan baru bagi orang tua. Pasalnya, ibu dua anak ini merasa kerepotan dengan pekerjaannya sebagai desaigner juga saat menemani anak belajar.
“Biasanya (saat sekolah) semuanya dilakukan sendiri. Kalau sekarang (belajar di rumah) malah bikin repot. Sedikit – sedikit minta bantuan ambilin ini itu. Sedangkan kami juga ada kerjaan. Apalagi pengeluaran juga lebih parah, karena ada tambahan listrik untuk komputer,” ujarnya.
Kendati begitu, Lilyana menyadari, pola pembelajaran ini untuk kebaikan para siswa. Terutama dalam menjaga kesehatan agar tak terjangkit Covid-19. Di sisi lain juga ia juga menilai jika ini kesempatan untuk berkumpul bersama keluarga.
“Ada enaknya, ada enggaknya sih dengan sistem belajar di rumah ini. Enaknya bisa kumpul, orang tua tenang. Nggak enaknya kami juga repot mengurus semuanya barengan. Apalagi yang di rumah juga tidak mempunyai asisten rumag tangga, terus Gaptek juga ini juga kasian ke anak sama orang tuanya,” katanya.
Sementara itu, sang putri Zoe Levana Angga yang merupakan siswa kelas 3 SMP Intan Permata Hati (IPH) Schools, menilai pembelajaran sistem online justru semakin mempermudah dirinya dalam belajar. Yang sebelumnya tidak mengetahui platform pembelajaran jadi tahu. Ia juga mendapat informasi lebih banyak untuk menyelesikan tugas – tugasnya. Apalagi menjelang UNBK untuk jenjang SMP pada bulan April mendatang pemantapan materi pun juga dilakukan melalui online.
“Tapi nggak enaknya kadang – kadang kalau ke kelas kami bisa langsung ke guru. Nah ini kami harus lewat online jadi guru nggak bisa fokus untuk penjelasan. Karena semua siswa juga bergabung di platform itu, jadi ada yang menangkap penjelasan, ada juga yang masih belum paham,” papar dia.
Dalam satu hari pembelajaran, dikatakan Zoe, ia harus mengikuti pembelajaran hingga 45 menit untuk satu sesi. Untuk medianya sendiri sekolah menggunakan aplikasi zoom dan classroom,” katanya.
“Kalau ada yang Gaptek (Gagap Teknologi) dari siswa atau orang tua, guru-guru juga telah menyediakan petunjuk bagaimana cara menggunakan,” urainya. [ina]

Tags: