Berharap dapat Ijin dari Pemerintah, Industri Wedding Gelar Simulasi Pernikahan

Simulasi pernikahan dengan protokol kesehatan yang ketat di gelar di Dyandra Convention Center Surabaya, Sabtu (4/7) lalu. [Achmad tauriq/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa
Pandemi Covid-19 membawa dampak besar bagi dunia industry khususnya industri wedding atau pernikahan, karena industri ini berhenti total dan juga banyak pasangan yang berencana menikah pun menjadwal ulang pagelaran nikahnya maupun membatalkannya.

Sehingga membuat ribuan tenaga kerja yang berhubungan dengan industri pernikahan ini berhenti bekerja, mulai dari pekerja dekorasi, persewaan gedung, event organizer (EO), musik, fotografer hingga catering. Bahkan petani bunga dari kota Batu yang biasanya menyuplai kebutuhan bunga untuk pernikahan pun harus membuang bunganya karena tidak laku.

Ketua Asosiasi Pengusaha Jasa Dekorasi Indonesia (Aspedi) Jatim, Sumitro mengungkapkan agar kegiatan ekonomi tersebut bisa kembali berjalan, maka pelaku industri pernikahan atau wedding di Jawa Timur ini menggelar simulasi pernikahan saat pandemi Covid-19 dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat dan melibatkan seluruh pelaku industri pernikahan Jatim.

Kegiatan simulasi resepsi pernikahan tatanan normal baru yang digelar di Dyandra Convention Center Surabaya, ditujukan agar masyarakat dan utamanya pemerintah mengetahui dan yakin bahwa pelaku industri pernikahan sudah siap menggelar acara pernikahan sesuai dengan prosedur tetap kenormalan baru dengan memperhatikan physical distancing yang sudah diatur oleh Dinas Kesehatan.

“Pada dasarnya kami sudah siap, hanya tinggal menunggu ijin yang diberikan oleh pemerintah saja. Apalagi dengan diadakannya simulasi ini untuk menunjukkan bahwa dalam kegiatan ini kami menerapkan protokol kesehatan yang lebih aman dibandingkan yang ada di pasar maupun di mall,” terangnya, Minggu (5/7).

Sumitro berharap pemerintah juga memberikan ijin untuk pelaksanaan resepsi pernikahan, karena pasar maupun mall pun diperbolehkan beroperasi. “Dengan simulasi ini rasanya, kami ingin mencurahkan rasa rindu. Sudah 4 bulan diam di rumah tidak bekerja apa-apa karena memang kami tidak bisa bekerja di rumah dan harus bekerja di lapangan,” ujarnya.

Sementara itu penerapan protokol kesehatan yang ketat terlihat mulai dari pintu masuk area resepsi dengan pengecekan suhu tubuh, pemberian hand sanitizer dan keharusan menggunakan masker bahkan undangan pun menggunakan barcode.

Di ruangan, tatanan meja dan kursi terlihat sangat longgar karena hanya diisi sekitar sepertiga dari kapasitas ruangan saat kondisi normal, tidak ada standing party. Ini ditujukan untuk meminimalisir menggerombolnya tamu saat masuk hingga pengambilan menu sajian. Begitu juga dengan tatanan sajian hingga pengambilannya, semua dilayani. Selain itu, dekorasi pelaminan juga dibuat berundak agar ketika pengambilan foto tidak berdempetan.

General Manager Dyandra Convention Centre, Lusi Astuti mengatakan selama pandemi, pihaknya tidak ada pemasukan sama sekali. Padahal biasanya, ia biasa melayani resepsi pernikahan setiap Sabtu dan Minggu.

Dan dalam satu kali perhelatan pernikahan, ia bisa mempekerjakan sekitar 160 orang atau bahkan lebih. Sementara saat pandemi, semua terhenti dan pekerja menganggur tidak mendapatkan upah.

“Kalau diberi izin, kami akan berlakukan protokol kesehatan yang sangat ketat serta jumlah tamu juga kami batasi. Kami tidak memikirkan untung, yang kami pikirkan saat ini hanya bagaimana kegiatan ekonomi ini bisa mendapatkan izin, walaupun dengan sangat terbatas. Karena akan ada banyak tenaga kerja yang kembali bisa bekerja sebab sejak Maret hingga sekarang belum ada event sama sekali,” jelas Lusi. [riq]

Tags: