Beri Inisial Huruf Braille, Sol Bisa Dibongkar Pasang

Surabaya, Bhirawa
Kenyamanan bersepatu penyandang tuna netra akan lebih terjamin jika desain produknya aman dan mudah dicari si pemilik. Berdasar alasan itu, Aveliani Valentine menggagas sepatu khusus tuna netra yang anti selip dan mudah dikenali jika berada di antara deretan sepatu. Mahasiswi semester VI jurusan Manajemen Desain Produk Universitas Surabaya (Ubaya) menyebut karyanya itu dengan sepatu safety slipper.
Adit Hananta Utama, Kota Surabaya
Desain sepatu buatan Ave, sapaan akrab Aveliani, sekilas lebih cocok untuk mejeng di mal atau jalan-jalan di tempat ramai. Selain warnanya yang menarik, model sepatunya pun cocok untuk anak muda dan remaja. Namun jangan salah, dibalik model dan warna yang demikian, sepatu tersebut memiliki manfaat yang cukup penting bagi tuna netra.
Ave sering kali melihat kebiasaan tuna netra berjalan dengan langkah yang menyeret. Hal itu selain kerap mengakibatkan terpeleset, juga sol sepatu lebih cepat rusak. Oleh sebab itulah, Ave menciptakan sepatu khusus tuna netra ini dengan sol sepatu bongkar pasang. “Jadi kalau sol rusak, bisa diganti solnya saja yang baru. Sementara badan sepatu bisa tetap dipakai. Ini jauh lebih murah dan hemat,” tutur dia.
Fungsi anti selip itu karena bahan untuk membuat sol sepatu terbuat sol yang terbuat dari bahan ruber dan spon. Sedangkan bahan untuk badan sepatunya sendiri menggunakan oskar yang mirip seperti kulit. Selain sol yang bisa dibongkar pasang, karyanya juga dilengkapi dengan aksesoris huruf braille di sisi luar sepatu.
“Jadi kalau sepatunya ditaruh di antara deretan sepatu, penyandang tuna netra tidak perlu mencium bau sepatu untuk mencari miliknya. Tapi cukup membaca inisial yang terletak di sisi luar sepatu,” tutur Ave.
Mahasiswi 21 tahun ini menuturkan, ide awal pembuatan sepatu ini berawal dari kerabatnya yang terpeleset di jalan. Akibatnya, kerabatnya pun meninggal dunia. Sejak peristiwa tersebut, anak pertama dari dua bersaudara itu pun punya ide untuk membuat sepatu yang aman. “Ide itu saya spesifikkan menjadi sepatu khusus tuna netra yang dilengkapi dengan huruf braille” ujar Ave.
Untuk membuat huruf braille ini, Ave menggunakan kancing jaket yang diberi tempelan bahan dari sirkon. Terdapat tiga buah kancing jaket yang bisa diganti-ganti sesuai inisial nama pemiliknya. Karena inisial bisa diganti-ganti, Ave pun melengkapi karyanya tersebut dengan membuat huruf braille dari kancing jaket mulai dari A sampai Z. “Jadi inisialnya bisa diganti-ganti,” tuturnya.
Untuk membuat safety slipper ini, Ave mengaku butuh waktu hingga tiga minggu. Satu minggu untuk desain model sepatunya, dan dua minggu untuk pembuatan sepatu itu sendiri. Untuk membuatnya, Ave mengaku dibantu oleh tukang sepatu yang ada sehari-hari berada di Pasar Kembang Surabaya.
Untuk membuatnya dari awal hingga rampung, Ave mengaku membutuhkan biaya hingga Rp 450 ribu. “Jadi kalau ada yang mau pesan, bisa ke saya. Tapi harganya ya segitu,” tutur dia. Harga tersebut, menurutnya jauh lebih murah jika dibandingkan dengan sepatu tuna netra di pasaran yang bisa mencapai harga Rp 1 juta. “Ini memang saya buat untuk tugas proyek desain produk. Tapi saya sangat berharap produk ini bisa benar-benar membantu penyandang tuna netra,” katanya.
Produk karya gadis kelahiran Banjarmasin ini telah melalui uji coba penggunaan oleh salah satu penyandang tuna netra di Yayasan Pendidikan Anak-anak Buta (YPAB) Surabaya. “Kebetulan yang mencoba adalah guru di situ, dan beliau senang sekali dengan sepatu ini,” ungkap dia. [dit]