BI Jatim Imbau UKM Siap Hadapi MEA 2015

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Surabaya, Bhirawa
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Wilayah IV Jatim Dwi Pranoto meminta seluruh pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) di Indonesia siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN/MEA 2015, karena kini sudah saatnya mereka menunjukkan aksi.
“Bukan saatnya lagi Indonesia hanya berwacana tentang MEA 2015,” kata Dwi pada ‘Seminar dan Lokakarya Forum UKM Indonesia Siaga Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN ‘ di Universitas Airlangga Surabaya, Rabu (18/6).
Menurut dia, MEA 2015 adalah program lama yang sudah disepakati pemerintah. Penyebabnya, sudah dipersiapkan 10-15 tahun lalu. Namun, permasalahan sekarang MEA tahun depan memang belum dialami oleh masyarakat Indonesia.
“Padahal, MEA 2015 harus diseriusi masyarakat. Untuk itu kami sebagai perwakilan BI perlu mengawal di sektor moneter karena dunia usaha sedang menghadapi banyak masalah,” ujarnya.
Hal utama yg harus dilakukan sekarang, jelas dia, di antaranya structure reform Indonesia, stabilitas ekonomi keuangan, memetakan risiko UKM, dan payment system.  “Mudah-mudahan kami tetap berada di tengah-tengah masyarakat, sehingga masih bisa mengawal dan membantu UKM Indonesia,” ucapnya.
Pada kesempatan sama, Wakil Rektor II Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Muhammad Nasih berharap, seminar tersebut tidak hanya diskusi biasa melainkan ada lokakarya sehingga ada hasil yang bisa dilaksanakan bersama supaya UKM Indonesia mampu menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.
“Berbagai upaya juga kami lakukan untuk MEA tahun mendatang mengingat tantang ke depan semakin besar. Apalagi, kampus ini masuk di 200 besar universitas terkemuka di Asia Tenggara,” ujarnya.
Di sisi lain, sebut dia, dari sisi persaingan Indonesia juga masih perlu mencapai target tertentu. Ada baiknya, minimal produk UKM Indonesia bisa diterima oleh masyarakat di pasar UKM nasional. Kalau memungkinkan juga dapat diterima oleh pasar ekspor.  “Sesuai pernyataan Gubernur Jatim Soekarwo, kalau makan buah apel tidak perlu jenis Apel Washington tapi Apel Batu Malang. Bayangkan jika produk Indonesia tidak diterima orang lokal, apa sudah bisa dipastikan produk UKM nasional diterima pasar internasional,” tuturnya.
Bahkan, lanjut dia, yang sangat penting adalah mengedukasi masyarakat Indonesia agar memberi tanggapan positif terhadap beragam produk UKM di Tanah Air. [ma.ant]

Tags: