Bisa Melaut, Nelayan Mulai Bergairah

Kab Malang, Bhirawa
Nelayan Pantai Sendangbiru, Desa Tambakrejo, Kec Sumbermanjing Wetan, Kab Malang, kini sudah mulai bergairah kembali. Setelah empat bulan berhenti melaut akibat gelombang air laut di wilayah Pantai Malang Selatan cukup tinggi.
Namun, kata Kepala Desa (Kades) Tambakrejo, Kec Sumbermanjing Wetan, Sudarsono, Minggu (16/3) kemarin,  nelayan Pantai Sendangbiru kembali berani melaut sejak awal bulan Maret ini. Meski tangkapan ikan para nelayan belum maksimal, tapi mereka telah beraktifitas kembali. Karena selama empat bulan terakhir para nelayan itu tak berpenghasilan, sehingga mereka harus bekerja diluar Kab Malang untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
Menurutnya, pada bulan Maret ini di wilayah Pantai Malang Selatan tidak musim ikan baby tuna, sehingga andalan nelayan Pantai Sendangbiru yakni ikan baby tuna harus menunggu pada bulan Oktober mendatang. Karena tangkapan ikan baby tuna sangat menguntungkan para nelayan sebab ikan ini  memiliki kualitas terbaik nomor dua setelah Pantai Benoa, Bali. Padahal, jika musim ikan baby tuna, tangkapan ikan tuna dari para nelayan per hari bisa mencapai 50 ton. Tapi, tidak musim tuna seperti sekarang ini, nelayan hanya mampu menghasilkan ikan tuna seberat Rp1 ton.
Lebih lanjut, Sudarsono menjelaskan, untuk bulan Maret ini perairan laut Pantai Malang Selatan memasuki musim ikan tongkol jenis deo atau orang Jawa menyebutnya tongkol kloco. Sedangkan hasil tangkapan tongkol deo para nelayan, per hari bisa mencapai 40 ton. Namun, jika tidak musim ikan tongkol deo, nelayan hanya mampu menghasilkan 20-25 ton per hari. Dan harga lelang ikan deo itu, Rp8 ribu per kilogramnya. ”Dan musim ikan tongkol deo hingga bulan September, lalu disusul musim ikan baby tuna,” terangnya, yang kini juga sebagai pengusaha kapal penangkap ikan.
Selain ikan tongkol deo, juga ada ikan jenis layang yang dihasilkan nelayan Pantai Sendangbiru. Untuk musim ikan layang seperti saat ini, nelayan mampu menghasilkan 100 ton per hari. Tapi jika tidak musim ikan layang, nelayan hanya mampu membawa ikan itu seberat 20 ton per hari.
Sementara itu, kapal besar, sedang, dan kecil yang bersandar di Pelabuhan Ikan Pantai Sendangbiru jumlahnya mencapai 300 buah, dengan jumlah nelayan sebanyak 1.200 orang yang penduduk asli Desa Tambakrejo. Sedangkan ada 600 orang nelayan yang bermukim di wilayah Desa Tambakrejo, sebagai warga pendatang dari daerah lain.
Di kesempatan itu, Sudarsono juga menambahkan, jika kini yang menjadi kekurangan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pondodok Dadap, Desa Tambakrejo, yakni masalah ruang pendingin ikan (cool storage). Sehingga dengan tidak adanya pendingin ikan, maka para nelayan harus membeli es batu dari berbagai daraeh. Diantaranya, dari Kab Blitar, Tulungagung, dan Kota Malang.
”Yang menjadi kendala saat ini adalah pasokan listrik. Sebab, ruang pendingin ikan itu membutuhkan pasokan listrik 150 Kilo Volt (KV), dan ruang pendingin harus mencpai minus 40 derajat celcius,” kata dia. [cyn]

Rate this article!
Tags: