BKKBN Khawatirkan Baby Boom Pascapandemi

Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jatim Sukaryo Teguh Santoso (tengah) saat meresmikan press room di Kantor BKKBN Jatim, Rabu (26/8). [Gegeh Bagus Setiadi]

BKKBN Jatim, Bhirawa
Fenomena baby boom menjadi persoalan baru di tengah pandemi COVID-19. Ledakan angka kelahiran ini pun dikhawatirkan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jatim.
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jatim, Sukaryo Teguh Santoso mengatakan adanya baby boom perlu diwaspadai. Meskipun kemungkinan dalam waktu dekat tidak akan terjadi kelahiran dalam jumlah besar dan peningkatan angka kehamilan selama masa pandemi COVID-19.
“Tetapi kalau pandemi ini tidak selesai, kemudian mobilitas masyarakat dalam hal ini keluarga sangat terbatas lebih banyak dirumah dan pelayanan KB kendor, maka disitulah baby boom cepat terjadi, khususnya Jatim,” katanya saat ditemui Bhirawa usai melaunching press room di BKKBN Jatim, Rabu (26/8) kemarin.
Sukaryo menegaskan bahwa pihaknya telah berusaha keras meskipun angka kelahiran di Jatim total fertility rate (TFR) masih diangka 1,9 dan sekarang 2,1. “Ini masih ideal ya. Meski demikian, tidak berarti bahwa kita abai terhadap itu. Kami berusaha keras memenuhi kebutuhan masyarakat tentang pelayanan KB,” jelasnya.
Meski demikian, lanjut Sukaryo, mobilitas di daerah seperti di wilayah Tapal Kuda angka kelahiran cukup tinggi. Hal ini dibenarkan lantaran penduduk di wilayah tersebut menikah dibawah usia 20 tahun.
“Tapi Jatim menurut data yang kami miliki mengalami penurunan. Sekarang sudah turun 18 persen dari perkawinan dibawah 20 tahun. Sebelumnya sampai 20 persen. Jadi, ini semakin baik kalau dari angka yang kami dapatkan,” imbuhnya.
Ia menambahkan, fenomena baby boom ini menjadi tantangan BKKBN bahwa membangun keluarga perlu kesiapan. Oleh karena itu ada program generasi berencana. Program ini bentuk penyiapan kehidupan berkeluarga bagi para remaja.
“Bukan berkeluarga dengan prinsip gimana nanti, tapi nanti harus bagaimana. Mulai pendekatan di sekolah, pendekatan keluarga ada bina keluarga remaja dan pendekatan masyarakat melalui organisasi-organisasi remaja yang ada di desa-desa,” paparnya Sukaryo.
Dari data BKKBN Jatim Pasangan Usia Subur (PUS) untuk bulan April 2020 berjumlah 7.849.073 orang. Sementara pada Februari 2020 jumlah PUS yang drop out KB atau putus KB sebanyak 1,34 persen, kemudian pada Maret meningkat menjadi 4,6 persen dan April 7,07 persen. [geh]

Tags: