Bocah 10 Tahun Jualan Ketan, Demi Melanjutkan Hidup dan Menempuh Pendidikan

Nasir sedang menunggu pembeli di depan ATM Pom Bensin Tamansari Bondowoso. [ihsan kholil]

Bondowoso, Bhirawa
Di usianya yang masih anak – anak, Jamal Abdul Nasir harus merasakan getirnya kehidupan. Hal itu dirasakan sejak kedua orang tuanya bercerai, sehingga harus tinggal berdua bersama neneknya dikontrakan dekat Terminal Bondowoso, di Jl Imam Bonjol Kademangan.
Bocah yang berumur 10 tahun ini harus menerima pahitnya beban perceraian orangtuanya itu. Broken home bukanlah keinginannya, akan tetapi apalah daya yang bisa dilakukannya.
Jamal Abdul Nasir merupakan salah satu siswa SD Al Irsyad Bondowoso yang duduk di kelas IV. Bocah kecil itu harus berjualan ketan keliling. Semua ia lakukan demi bisa melanjutkan hidup dan menempuh pendidikan.
Bocah yang akrab disapa Nasir ini bercerita, dirinya berjualan ketan sudah dilakukannya sejak dirinya masih kelas 2 SD. Ia mengaku, hal itu dilakukan karena keinginannya sendiri, tidak ada paksaan dari siapapun. Sebab ayahnya dinilai telah lari dari tanggung jawab, sedangkan ibunya pergi merantau ke Negara Arab Saudi.
“Bapak dan ibu sudah lama pisah, sejak saya masih bayi. Bapak tidak pernah menengok. Sejak kecil saya sudah tinggal bersama nenek,” kata Nasir saat ditemui menunggu pembeli di depan ATM dekat Pom Bensin Tamansari, Jumat (12/6) lalu.
Nasir mengatakan, semua biaya kehidupan selama ini ditanggung oleh neneknya, termasuk biaya sekolahnya. ”Kasihan nenek, hanya jadi ibu rumah tangga. Makanya saya membantu nenek dengan berjualan ketan yang dibuat oleh nenek saya sendiri ini,” akunya pilu.
Selama pandemi Virus Corona atau Covid 19 ini, yang biasanya seluruh siswa harus belajar di rumah. Namun berbeda dengan Nasir. Sebab dia tetap berjualan untuk membantu ekonomi keluarganya.
Bocah ini mulai menjajakan dagangannya itu dari pukul 10.00 hingga sore pukul 17.00 WIB. Hasil jualannya, bisa membiayai sekolah dan kehidupan sehari-hari bersama nenek.
“Karena sekarang masa libur jadi saya jualannya agak pagi. Biasanya kalau aktif sekolah, sepulang sekolah pukul 13.00 WIB baru berangkat,” terangnya.
Nasir mengaku, dengan barjualan ketan ini bisa mengumpulkan uang sekitar Rp100 ribu setiap harinya. Adapun harga ketan yang dijual seharga Rp5 ribu per satu ketan .
“Kalau terjual semua mencapai Rp100 ribu. Kalau masih belum laku semua terpaksa jualannya sampai sore. Baru kalau udah habis semua pulang ke rumah,” tukas Nasir.
Meski harus jualan Ketan, dirinya tidak pernah ada rasa malu sedikitpun, terutama kepada teman sebayanya. Dan sebagai seorang murid di salah Sekolah Dasar, ia pun tetap meluangkan waktu untuk belajar meski berjualan setiap harinya. ”Biasanya kalau saya belajar malam harinya,” tandasnya. [san]

Tags: