Budiar Anwar: Bibit Padi di Kabupaten Malang Terbatas Akibat Pandemi Covid-19

Petani di wilayah Kec Karangploso, Kab Malang saat mengolah lahan persawahan sebagai persiapan untuk menanam bibit padi

Kab Malang, Bhirawa
Masih berlangsungnya wabah Corona Virus Disease (Covid-19) di Indonesia ini, tentunya memilik dampak yang cukup besar di semua sektor, terutama pada sektor pangan. Sebab, kebutuhan pangan sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia di dunia ini. Sehingga dengan adanya wabah Covid-19 ini, maka hal ini menjadi kekhawatiran pemerintah, termasuk Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang.

”Meski Kabupaten Malang merupakan salah satu daerah di Jawa Timur (Jatim) sebagai lumbung padi, tapi tetap saja memiliki kekhawatiran akan terjadinya kelangkaan pangan ditengah mewabahnya Covid-19,” kata Kepala Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan (DTPHP) Kabupaten Malang Budiar Anwar, Minggu (21/6), kepada wartawan.

Sedangkan, masih dia katakan, kekhawatiran tersebut terjadi karena masih belum dapat dipastikan kapan wabah Covid-19 akan berakhir. Selain itu, bantuan bibit padi dari Pemerintah Pusat juga ikut berpengaruh atas penyebaran Covid-19. Sedangkan berdasarkan dari Kementerian Pertanian (Kementan), saat ini memang harus melakukan tanam. Namun hal itu ada keterbatasan pada ketersediaan bibit dari Pemerintah Pusat, dan kemungkinan juga terdampak karena adanya Covid-19. Sedangkan petani sendiri juga banyak yang ragu kalau harus menanam dengan bibitnya sendiri.

Sebab, lanjut Budiar, para petani juga tidak mau merugi, karena saat ini harga benih padi hibrida kini mencapai Rp 80 ribu per kilogram. Sedangkan agar kebutuhan pangan tetap tersedia, maka juga sangat perlu digencarkan penanaman tanaman pangan, hortikultura maupun tanaman perkebunan. “Yang dikhawatirkan Luas Tambah Tanam (LTT)-nya berkurang, kemudian juga memasuki masa musim kemarau juga menjadi salah satu masalah,” ujarnya.

Padahal instruksi dari Pemerintah Pusat, ia mengatakan, LTT harus terus ditambah, yang hal ini pihaknya masih belum bisa mencapai target tersebut. Karena keterbatasan benih, yang mungkin juga ada pemangkasan dari Pemerintah Pusat akibat terdampak wabah Covid-19. Sedangkan untuk beberapa kecamatan di Kabupaten Malang yang selama ini memiliki produksi padi yang besar, yakni Kecamatan Donomulyo dan Kalipare, saat ini produksinya mulai turun.

Sehingga, masih dikatakan Budiar, dengan menurunnya produksi padi didua kecamatan tersebut, maka menjadi kekhawatiran kami. Meskipun Harga Pokok Penjualan (HPP) beras masih dalam kisaran Rp 9.500-Rp 10.000 per kilogram, namun yang kita khawatirkan stok beras di Kabupaten Malang menipis. “Dan jika para petani masih belum menanam padi, maka akan terjadi kenaikan harga besar di pasaran. Sehingga hal tersebut menjadi kekhawatiran kami,” papar Budiar.

Dalam kesempatan itu, dia menegaskan, jika persediaan beras di Kabupaten Malang masih aman dalam dua sampai tiga Minggu mendatang. Untuk itu, pada bulan ini, para petani waktunya untuk menanam, baik itu menanam padi, maupun tanaman hortikultura. Tapi jika kita berbicara kebutuhan, tentunya tidak bisa hanya bicara untuk Kabupaten Malang saja, namun seluruh Indonesia. Karena wabah Covid-19, telah menyerang hampir di seluruh tanah air ini.

“Meski Covid-19 berdampak pada kebutuhan pangan, tapi warga Kabupaten Malang harus bangga bahwa beras bantuan yang selama ini di salurkan melalui bantuan sosial (bansos) adalah hasil dari pertanian yang diproduksi petani Kabupaten Malang,” tandas Budiar. [cyn]

Tags: