Butuh Bank Tani Nelayan

agus-samiadjiOleh :   
Agus Samiadji
Wartawan Senior Anggota PWI Jatim

Indonesia yang kini berpenduduk 240 juta jiwa, sekitar 60% berada di pedesaan, sebagian besar bekerja sebagai petani dan nelayan. Kita sudah 69 tahun merdeka, namun para petani dan nelayan masih belum beruntung menikmati kemerdekaan. Pekerjaan petani dan nelayan kurang menjanjikan dibanding dengan kehidupan masyarakat yang bekerja di perkantoran, di pabrik, pertokoan dan sebagainya.
Karena itu, banyak penduduk desa yang hijrah ke kota besar untuk mengadu nasib mencari pekerjaan, menginginkan hidup layak seperti yang diharapkan. Akibatnya para petani dan nelayan di pedesaan berkurang dan hanya dikerjakan oleh para petani dan nelayan berumur antara 40-50an tahun.
Sementara para pemuda dan pemudi di pedesaan tidak mau hidup di pedesaan. Para petani dan nelayan di pedesaan yang menjadi petani kecil sebagian jadi buruh tani. Kepemilikan tanah mereka hampir rata-rata kurang dari satu hektar, bila panen tidak bisa menghasilkan yang layak. Karena harus dipotong dengan biaya produksi pembelian pupuk, benih padi, pemeliharaan, tenaga kerja buruh tani, dan lain lain.
Menurut survey dari BPS penghasilan petani atau Nilai Tukar Petani (NTP) sampai Maret 2014 hanya mampu merangkak naik 0,07% setelah bulan sebelumnya turun 0,16%.
Sebagaimana diketahui bahwa NTP (Nilai Tukar Petani) merupakan indikator kesejahteraan dan pendapatan petani belum menunjukkan perbaikan dan berarti. Sementara kenaikan nilai tukar dan harga produksi pertanian tak mampu mengalahkan kenaikan nilai yang dibayar petani untuk kebutuhan pokok dan pemasukan usaha pertanian.
Pada tahun 2013 lalu sektor pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan hanya mampu memberikan sumbangan 0,45% terhadap 5,78% pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dan ini, lebih kecil bila dibandingkan dengan sektor jasa kemasyarakatan sosial dan perorangan.
Sampai ada kesan sektor pertanian menjadi penyebab utama turunnya Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Triwulan IV tahun 2013 sebanyak 1,4% dengan kontribusi penurunan sangat besar yakni 22,84% dibanding dengan triwulan III tahun 2013. Sampai sekarang masih ada banyak petani yang bekerja berumur sampai umur 50 tahunan, karena tidak adanya tenaga produktif yang menjadi petani. Hal ini adalah fenomena yang berbahaya bagi kedaulatan pangan Indonesia yang terkenal dengan “negara agraris”. Kalau hal ini dibiarkan pertanian sepi peminat, akan berakibat menurunnya produksi pangan dan Indonesia akan menjadi negara pengimpor pangan.
Menurut data BPS penduduk miskin yang tinggal di pedesaan jumlahnya mencapai 28,55% juta orang, sekitar 62,76% tinggal di pedesaan yang menggantungkan dengan usaha pertanian dan buruh tani. Melihat keadaan yang demikian, maka sudah tentu para tenaga muda produktif tidak mau tinggal di desa, mereka yang lulus dari sarjana hijrah keluar kota mencari kehidupan yang lebih baik.
Karena itu tak heran bila fakultas pertanian yang ada di Universitas yang jumlahnya ribuan, namun jurusan fakultas pertanian bisa dihitung dengan jari. Sampai saat ini perguruan tinggi yang masih ada jurusan fakultas pertanian antara lain Universitas Brawijaya Malang, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Universitas Negeri Jember dan Institut Pertanian Bogor (IPB).
Melihat fenomena tersebut, maka tugas pemerintahan baru di era reformasi ini harus bisa menggerakkan minat anak bangsa yang terjun ke bidang pertanian dan kelautan. Dengan meningkatkan pembangunan di daerah pedesaan dengan segala bidang, khususnya infrastruktur, pemberdayaan masyarakat dan fasilitas lainnya.
Butuh Bank Tani Nelayan
Untuk menggerakkan perekonomian rakyat di pedesaan, maka pemerintah perlu atau butuh pembentukan Bank Tani dan Nelayan. Untuk menggerakkan pembangunan khususnya di bidang pertanian dan kelautan perlu dana yang besar. Dahulu jaman penjajahan Belanda sudah ada bank yang membantu petani dan nelayan, yang diubah namanya Bank BRI (Bank Rakyat Indonesia) memang tugasnya sebagian besar untuk membantu usaha tani dan nelayan. Namun, sesuai dengan perkembangan, maka Bank BRI tidak fokus di pertanian dan nelayan, tetapi membantu kredit perdagangan umum, kredit investasi dan usaha menguntungkan bagi perkembangan perbankan.
Indonesia yang terkenal dengan negara agraris dengan potensi besar di bidang pertanian, perkebunan, kehutanan dan kelautan sudah saatnya dibentuk atau punya Bank Tani dan Nelayan. Sebab, sampai sekarang Bank Nasional baik negara maupun swasta, kecil sekali membantu kredit di bidang pertanian dan kelautan dan perikanan, karena memang perlu sumber daya manusia menguasai bidang pertanian dan kelautan, dan peternakan. Selain itu, membantu kredit pertanian, kelautan dan perikanan mempunyai resiko tinggi dalam dunia usaha perbankan. Karena itu, dengan adanya Bank Tani dan Nelayan maka akan bisa fokus membantu bidang pertanian dan nelayan dan perikanan di Indonesia.
Kepada pemegang kekuasaan, pemerintah dan wakil rakyat agar melakukan studi banding masalah perbankan dan pertanian negara lain yakni ke China. Sudah beberapa tahun lalu China mempunyai Bank yang fokus menunjang bidang pertanian khususnya dan nelayan, yaitu Bank Agricultural Bank of China terkenal dengan Bank ABC.
Bank ABC yang khusus menangani bidang pertanian di China memang termasuk Bank spektakuler dan menjanjikan bagi usaha perbankan, khususnya usaha bidang pertanian d Tiongkok. Pada tahun 2014 Bank ABC berhasil menduduki peringkat keempat di Tiongkok dan peringkat ketujuh di tingkat dunia, dengan total aset sebesar US 2.470,43 miliar dollar Amerika. Sedangkan posisi kredit yang disalurkan mencapai US 1.225,53 miliar dollar. Selama tiga tahun mulai tahun 2011 sampai 2013 Bank ABC China mampu mempertahankan tingkat Non Performing Loan (NPL) kisaran 1,3% dan memperoleh Net Interest Margin (NIM) rata -rata kisaran 2,80%. Melihat hal tersebut, maka Indonesia dalam pemerintahan baru harus siap membuka Bank Tani dan Nelayan.
Keberadaan Bank Tani dan Nelayan, diharapkan akan mendorong perkembangan baru daerah pedesaan di Indonesia dengan mewujudkan kemajuan perekonomian di pedesaan. Beruntung sekali ide dan kejelian Gubernur Jatim Dr. Soekarwo perkembangan perekonomian di pedesaan berkembang dengan adanya Bank UMKM Jawa Timur dan Bank Jatim. Mudah-mudahan Bank Tani dan Nelayan juga dipelopori dari Jawa Timur. Dengan kemajuan pertanian, nelayan diharapkan bisa menarik tenaga muda terjun ke pertanian dan kelautan rakyat di pedesaan makmur dan sejahtera.

                                                ———————– *** ————————

Rate this article!
Butuh Bank Tani Nelayan,5 / 5 ( 1votes )
Tags: