BWI Jawa Timur: Wakaf Jangan Besar Gaung dari Praktik

Launching Giswaf di masjid Al Akbar Surabaya

Surabaya, Bhirawa
Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) Jatim Prof Dr. HA Faishal Haq S.Ag minta, ke depan. Maksudnya setelah acara ISEF pada 11-15 Desember 2018 di Grand City ini, Wakaf harus action harus kerja nyata biar eksis,” Dan tidak hanya gaungnya saja yang menggema setiap tahun, namun prakreknya nihil, “ungkapnya mengingatkan saat dijumpai disela sela acara launching Gerakan Indoneaia Sadar Wakaf ,(GISWAF) Senin (10/12) di aula masijd Al Akbar Surabaya kemarin.
Menurut Faishal Haq, gembor gembor soal wakaf ini jauh hari sejak jamannya SBY jadi presiden RI, sampai sekarang jamannya presiden Jokowi, ia melihat belum ada gerakan yang benar benar signifikan, padahal launching dan gembar gembornya sudah lama sekali. Karenanya pada pelaksanaan ISEF yang ke 5 dan terakhir di Surabaya ini yang acaranya lebih fokus ke Wakaf agar ada bukti nyata dan terlihat prakteknya.
Soal wakaf barang yang bergerak dan uang menurut Faishal Haq sebenarnya bukan hal baru, karena jaman nabi Muhammad praktek pertama yang dilakukannya pada saat membangun masjid Nabawi adalah melakukan praktek wakaf uang,” Saat itu nabi minta salah seorang sahabat agar membeli kebun kurma untuk kepentingan pembangunan masjid Nabawi, kemudian sahabat tersebut menyerahkan sejumlah uang sebagai wakaf untuk digunakan membeli kebun kurma tersebut,” jelasnya.
Terkait dengn persoalan perkembangan wakaf atau pengembangan wakaf ke depan, kepala perwakilan wilayah BI Jatim Difi Ahmad Johansyah pihaknya akan bekerja keras dengan menggalang kerja sama yang intensif dengan berbagai pihak seperti, Ponpes, tokoh masyarakat, lembaga. badan dan lain sebagainya, mengadakan pameran pameran, seminar atau apa saja yang penting bisa sampai informasi soal wakaf ini ke masyatakat. Bahkan pada gelar ISEF mendapat perhatian tersendiri dengan harapan bisa membuka hati masyarakat agar mau ber wakaf.
Di ISEF ungkap Difi lebih lanjut, wakaf ini ada booth tersendiri yang akan dijaga oleh orang yang handal dan mengerti betul soal Wakaf dengan sangat bertanggung jawab, sehingga nanti akan memberikan pengertian yang sangat baik bagi mereka yang ada niatan untuk berwakaf, tidak ketinggalan BI Jatim juga akan melakukan penjaringan orang yang mampu mengelola wakaf secara profesional yang disebut Nadir, untuk nadir ini menurut Difi dibutuhkan ribuan se Indonesia.
Wakil rektor 1 Unida Gontor Dr.Hamid Fahmi Zarkasyi M.Fil pada kesempatan yang sama secara terpisah juga mengungkapkan, bahwa Pompes ponpes yang ada akan bergerak ikut mensosialisasikan wakaf ini. Khususnya Unida dan ponpes Gontor karena masalah wakaf ini kalau digerakan secara baik maka akan sangat membantu berbagai hal di Indonesia, karena umat Islam di Indoneaia sangat banyak dan punya potensi besar dalam hal ini.
Bank Indonesia bekerjasama dengan UNIDA Gontor dan Badan Wakaf Indonesia Provinsi Jawa Timur meluncurkan Gerakan Sadar Wakaf (GISWAF) di Masjid Al Akbar, Surabaya. Kegiatan ini merupakan bagian dari serangkaian kegiatan Indonesia Shari’a Economic Festival (ISEF) 2018 yang dilaksanakan pada tanggal 11 s.d. 15 Desember 2018 di Grand City Convention and Exhibition Surabaya.
GISWAF adalah program edukasi wakaf yang diprakarsai oleh UNIDA Gontor, Bank Indonesia dan Badan Wakaf Indonesia. Program ini berupa roadshow atau safari nasional 3 (tiga) bulan sekali ke masing-masing provinsi di Indonesia dengan menggandeng elemen lembaga terkait.
“GISWAF telah memiliki program lanjutan yang sistematis, terarah dan terukur. Harapannya, program ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih mendalam kepada masyarakat terkait wakaf,” jelas KH. Syamsul Hadi Abdan, Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor.
GISWAF lahir dari semangat untuk memanfaatkan potensi ekonomi umat Islam di Indonesia yang besar. “Kami ingin mengubah mindset masyarakat bahwa wakaf tidak hanya sekadar tanah atau masjid, namun juga bisa wakaf uang. Wakaf uang ini dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pemberdayaan sosial masyarakat yang diambilkan dari pengembangan wakaf,” jelas Hamid Fahmi Zarkasyi, Wakil Rektor 1 UNIDA Gontor.
Hal tersebut diamini pula oleh Faisal Haq, Ketua Badan Wakaf Indonesia Provinsi Jawa Timur. “Wakaf pertama kali dalam Islam adalah wakaf uang yang saat itu langsung dapat dimanafaatkan untuk pembangunan masjid. Pada masa sekarang, kami berharap dapat mendorong jumlah wakaf uang ini,” jelasnya.
“Dengan wakaf uang, kami ingin memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa wakaf itu mudah. Cukup dengan seribu rupiah, masyarakat kini sudah bisa berwakaf. Perbankan kini juga telah memiliki berbagai program ataupun aplikasi yang memudahkan umat untuk berwakaf,” jelas Difi A. Johansyah, Kepala Perwakilan BI Provinsi Jawa Timur.
Ditambahkan oleh Difi, terdapat 2 (dua) permasalahan yang ditemui dalam pengelolaan wakaf di Indonesia. Pertama, badan nadzir (pengelola wakaf) yang mengelola wakaf berlum terhubung satu sama lain. Kedua, keterbatasan jumlah SDM nadzir yang profesional. “Supaya dana wakaf ini dapat dikelola menjadi aset produktif, dibutuhkan SDM yang memiliki kemampuan asset management secara syariah,” tuturnya.
Dalam rangka meningkatkan jumlah dan kemampuan nadzir, pada perhelatan ISEF 2018, Bank Indonesia bekerjasama dengan Badan Wakaf Indonesia Provinsi Jawa Timur membuka pendaftaran untuk sertifikasi nadzir. “Di ISEF besok, masyarakat yang ingin menjadi nadzir, dapat mendaftarkan diri di booth Kantor Perwakilan BI Provinsi Jawa Timur. Kami dan BWI akan memproses pendaftaran tersebut di tahun depan,” tuturnya.
Upaya BI, BWI dan UNIDA Gontor ini mendapat dukungan sepenuhnya dari Kementerian Agama.
“Kementerian Agama saat ini terus memacu sektor sosial melalui penguatan zakat dan wakaf. Dengan adanya program seperti ini, kami sangat terbantu terlebih dengan adanya materi wakaf dalam kurikulum sehingga dapat membuka cakrawala generasi muda masa kini,” tutur M. Fuad Nasar, Direktur Pembedayaan Zakat dan Wakaf Kementerian Agama Republik Indonesia.(ma)

Tags: