Cabai Kelud Direhabilitasi Mulai Oktober

16-cabai-lombok-rusakPemprov, Bhirawa
Rehabilitasi tanaman cabai di kawasan Gunung Kelud paska erupsi hingga kini belum dapat direalisasikan dan kemungkinan baru dilakukan pada Oktober-November bersamaan dengan musim hujan.
Sebelumnya, Pemprov Jatim telah menyalurkan bantuan benih untuk padi dan jagung hibrida sejak sebulan lalu. “Rehabilitasi tanaman cabai di Kabupaten Kediri kemungkinan akan direalisasikan pada Oktober-November bersamaan dengan datangnya musim penghujan,” kata Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia Jatim, Sukoco saat dikonfirmasi, Selasa (15/4).
Sedangkan untuk menunggu penanaman kembali tanaman cabai di Kediri, maka sementara waktu lahan mulai ditanami tanaman semusim seperti terong, jagung manis, jagung, kacang panjang, dan buncis. Untuk bibit, sarana produksi, dan pupuk semuanya dibantu pemerintah, baik Pemkab Kediri, Pemprov Jatim, serta dari kegiatan CSR (corpoorate social responsibility) dari badan usaha milik negara maupun perusahaan-perusahaan swasta. “Bantuan tersebut sangat membantu petani cabai agar tetap bisa bertahan di tengah cobaan berat berupa rusaknya tanaman tersebut akibat terdampak erupsi Gunung Kelud,” katanya.
Adapun tanaman cabai besar dan rawit yang terdampak erupsi Kelud mencapai 2.000 hektare yang berada di Kec. Ngancar, Puncu, Kepung, dan Ploso Klaten.
Untuk skema rehabilitasi tanaman cabai di Kediri, ia mengaku masih belum tahu. Namun diharapkan ada bantuan dari Pemkab Kediri dan Pemprov Jatim mulai dari bibit, sarana produksi, hingga pupuk. Jika tidak bisa, kata dia, maka petani akan memanfaatkan lembaga pembiayaan dari bank maupun bantuan dari pedagang besar cabai.
Kendati belum tanaman cabai Kelud belum direhat, sebagian wilayah di Jatim kini masih memproduksi cabai. Bahkan diperkirakan panen raya bakal terjadi Mei mendatang. “Panen raya cabai di sejumlah sentra produksi di Jatim jatuh bulan Mei mendatang. Namun, di beberapa sentra kini juga sudah mulai ada yang panen,” katanya.
Untuk rusaknya tanaman cabai rawit di Kediri karena terdampak erupsi Kelud, kata dia, sebenarnya tidak terlalu berpengaruh pada pasokan komoditas tersebut. Pasokan cabai rawit, jika sudah panen, dari sentra-sentra produksi di Jatim sebenarnya masih banyak, seperti dari Banyuwangi dan Kab. Blitar. Pada akhir April, diprediksikannya cabai rawit akan meluber di pasar karena di sentra produksi sudah memasuki musim panen raya. Pada Mei, produksi cabai diperkirakan lebih banyak lagi.
Ia mengatakan, panen cabai diperkirakan pada lahan seluas 8.000 hektare-9.000 hetare dengan produksi mencapa 6 ton/hektare bakal mulai di akhir April. Sedangkan memasuki Mei, luas panen cabai rawit diperkirakan lebih besar, yakni 10.000 hektare dengan produksi sebesar 5 ton/hektare.
Sementara, Kepala Dinas Pertanian Jatim, Dr Wibowo Eko Putro melalui Kabid Hortikultura, Sita Ratih mengatakan, komunikasi sudah dilakukan antara petani dan Dinas Pertanian Jatim. Hasilnya, memang masa tanam dilakukan sekitar Oktober.
“Anggaran untuk bantuan benih cabai dan lainnya ke para petani juga telah direvisi. Kami kini menunggu revisi anggarannya. Petani belum mau untuk tanam cabai sekarang ini. Saat ini mereka masih menanam jagung,” katanya. [rac]

Tags: