Catur Berata Penyepian Umat Hindu di Surabaya

1-nyepi-sakaSurabaya, Bhirawa
Umat Hindu di Surabaya serta umat Hindu di seluruh Indonesia, Senin (31/3) larut dalam Tapa Catur Berata Penyepian sebagai puncak rangkaian persembahyangan Nyepi 2014 atau Nyepi Tahun Saka 1936.
Di dua pura di kawasan Kota Surabaya, satu di antaranya di Pura Agung Jagad Karana, Senin (31/3) sejak pagi terlihat aktivitas beberapa orang yang duduk bersila di pendopo pura membaca kitab suci.
“Tapa Catur Berata Penyepian atau biasa disebut Catur Berata Penyepian, umat memang hanya berdiam diri di rumah atau berdiam diri di pura untuk membaca kitab suci atau melakukan meditasi,” terang I Wayan Suraba Ketua PHDI (Parisada Hindu Dharma Indonesia) Surabaya.
I Wayan Suraba menjelaskan sampai Selasa (1/4/) pagi hari ini umat Hindu akan mengakhiri Tapa Catur Berata Penyepian dan menyambut datangnya tahun baru Caka 1936. Tapa Catur Berata Penyepian dimaksudkan sebagai bagian dari perenungan serta sikap pasrah umat Hindu untuk menyucikan diri menyambut tahun baru sekaligus memulai tahun baru dengan harapan rejeki serta kesehatan dan kesejahteraan berlimpah.
“Catur Berata Penyepian adalah melakukan empat pantangan di antaranya, amati geni, amati karya, amati lelungan dan amati lelanguan. Umat Hindu selama sehari menghentikan seluruh aktivitas duniawinya, dan itulah inti Nyepi,” terang I Ketut Sedana, Pemangku Pura Agung Jagad Karana.
Amati geni dimaknai sebagai menghentikan menyalakan api, amati karya artinya tidak melakukan pekerjaan apapun, amati lelanguan adalah tidak melakukan pesta dan bersenang-senang, dan amati lelungan artinya tidak bepergian. Ketut Sedana menekankan bahwa umat Hindu selama 24 jam tidak melakukan aktivitas apapun sebagai bagian perayaan Nyepi yang digelar sekali dalam setahun. ”
Sementara itu Ngembak Geni dijadwalkan akan digelar umat Hindu , Selasa (1/4) hari ini untuk menutup seluruh rangkaian upacara persembahyangan Nyepi 2014 yang sudah digelar sejak beberapa minggu sebelumnya.
“Ngembak Geni merupakan persembahyangan penutup seluruh rangkaian Nyepi mulai dari Melasti, Tawur Agung Kesanga hingga tapa Catur Berata Penyepian. Sembahyang Ngembak Geni akan digelar besok (hari ini),” terang Ketut Sedana.
Biasanya setelah sembahyang Ngembak Geni, para umat melakukan simakrama atau saling berkunjung kepada sesama umat Hindu untuk melakukan silaturahmi, saling bersapa dan berkunjung ke rumah masing-masing kerabat dan teman,” katanya.
Sementara itu menjelang perayaan Nyepi, ribuan umat Hindu Suku Tengger Brang Kulon Gunung Bromo Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan melaksanakan upacara Tawur Agung Kesanga atau Pecaruan Agung di lapangan Desa Telogosari, Kecamatan Tosari, Minggu (30/3) sore. Upacara Tawur Kesanga dipimpin oleh Panandita Siyono dan Pemangku Ketho untuk menghaturkan pecaruan Buta Kala agar tidak mengganggu umat manusia.
Ketua PHDI Kabupaten Pasuruan I Made Suwitra mengatakan Tawur Kesanga atau Pecaruan Agung merupakan rangkaian prosesi umat Hindu menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1936 yang sebelumnya diawali dengan upacara Melasti di sumber air Widodaren.
“Upacara ini dilakukan untuk menyucikan diri dan seluruh isi jagat dengan mengambil air suci di sumber air yang ada di dalam sebuah gua di pegunungan Bromo. Air suci kemudian digunakan menyucikan perlengkapan pura seperti pratina, arca atau pralingga serta berbagai simbol pendekatan pada Sang Hyang Widhi,” ujar I Made Suwitra di sela-sela prosesi Tawur Kesanga jelang perayaan Nyepi.
Sebelum dilaksanakan upacara, ratusan umat Hindu mengarak ogoh-ogoh yakni boneka berukuran raksasa yang menggambarkan roh jahat yang ada di sekitar kehidupan manusia. Ogoh-ogoh yang berjumlah 47 dari 10 desa tersebut kemudian dikumpulkan secara berjejer di lapangan Telogosari Kecamatan Tosari.
Setelah upacara selesai, puluhan ogoh-ogoh kemudian diarak dari lapangan Telogosari menuju ke desa dan kemudian dibakar dalam upacara pengerupukan agar tak lagi menganggu kehidupan manusia.  Upacara Tawur Kasangan sendiri diikuti oleh 110 pemuka, Panditha dan Pemangku serta para Dukun Suku Tengger. [geh.hil]

Tags: