Corona dan Media Sosial

Nur Maghfirah Aesthetika MMed Kom

Nur Maghfirah Aesthetika MMed Kom
Setelah beberapa saat pemerintah mengumumkan secara resmi bahwa virus corona telah masuk ke Indonesia, sontak membuat heboh dunia maya dan menjadi headline disejumlah media. Tak hanya itu, berbagai kalangan pun turut memberikan komentarnya atas kehebohan tersebut.
Salah satunya seperti yang disampaikan Nur Maghfirah Aesthetika MMed Kom, yang sehari-hari menjadi dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida). Menurutnya, media sosial yang paling berisik membahas soal virus corona, hingga akhirnya berita yang benar dan hoax sulit untuk dibedakan.
Fira lantas menukil pernyataan ilmuan Van Dijk yang mengatakan, media sosial adalah platform media yang memfokuskan pada eksistensi pengguna, yang memfasilitasi mereka dalam beraktivitas maupun berkolaborasi. Dan yang terjadi di masyarakat, eksistensi yang muncul sangat beragam.
Menurut Fira, untuk pengguna yang benar-benar menanggapi tentang corona ini adalah masalah yang serius dan perlu penanganan semaksimal mungkin. Maka mereka akan membuat konten-konten informasi dan pengetahuan tentang virus ini.
“Mereka menyebarkan informasi betapa virus ini sangat berbahaya dan harus diantisipasi. Mereka menyebarkan informasi tentang apa itu virus corona, bagaimana gejalanya, bagaimana cara penularannya, sampai bagaimana cara mencegah terjangkit virus ini. Semua informasi itu dikemas secara serius dengan menggunakan kata-kata baku dan visualisasi yang mendukung keseriusan kondisi saat ini,” tuturnya.
Di lain sisi, lanjutnya, ada pula masyarakat yang tergolong masyarakat ‘santuy’ yang tidak menanggapi berita ini secara serius. Masyarakat golongan ini justru banyak membuat konten-konteng guyonan tentang virus berbahaya ini. Mulai dari kata-kata plesetan sampai dengan membuat meme atau gambar-gambar lucu.
Seperti gambar barisan tukang jamu gendong dan memberikan caption ‘laskar anti korona’, gambar animasi beberapa virus yang sering menjangkit masyarakat Indonesia dan virus corona ukurannya paling kecil sehingga menunjukkan di Indonesia ada banyak virus yang lebih besar, seakan menyampaikan bahwa ‘virus corona tidak akan mempengaruhi masyarakat Indonesia yang sudah terbiasa dengan virus lainnya’.
Selain itu, kata Fira, adapula kriteria masyarakat lainnya, yang menjadikan berita tentang virus ini menjadi lahan bisnis. Eksistensi kelompok ini menyebarkan informasi tentang virus seakan-akan peduli tentang kesehatan, tetapi pada akhirnya dia menjual sesuatu. Seperti memberikan informasi bahwa salah satu pencegahan terjangkit virus ini dengan menggunakan masker, dan ternyata diakhir informasi dia adalah penjual masker.
Fira mengatakan, ada pula yang menggunakan cara memberikan informasi bahwa virus corona dapat diatasi dengan mengkonsumsi empon-empon yang sudah menjadi bahan masakan ibu-ibu Indonesia sehari-hari, dan ternyata ujung-ujungnya adalah dia menjual buku cara meracik empon-empon menjadi minuman kesehatan.
“Inilah fenomena saat ini tentang media sosial. Isu atau berita apapun dapat di sikapi dengan berbagai macam cara. Satu yang harus diwaspadai oleh pengguna mendia sosial adalah tetap harus selalu waspada dengan informasi hoax. Untuk menghindari ini, netizen dapat melakukan cek dan ricek tentang sumber informasi yang beredar,” pungkasnya. [tam]

Rate this article!
Corona dan Media Sosial,5 / 5 ( 2votes )
Tags: