Dari Society 5.0 Menuju Konvergensi Society 0.5

Oleh:
M. Ramadhana Alfaris
Dosen di Fakultas Hukum Universitas Widyagama Malang

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat seperti kilat. Karena cepatnya kilat tersebut sehingga mata manusia seolah-olah tidak mampu memandang hilir kilat tersebut. Sebuah konsep perubahan tersebut dewasa ini dinamakan society 5.0 oleh salah satu agen of change di dunia. Hal tersebut memiliki efek kejut yang luar biasa dan mampu mengubah tatanan kehidupan masyarakat berskala dunia.
Angka 5.0 tentu saja tidak serta-merta muncul begitu saja, melainkan ada asbabun nuzul yang mengikutinya, yakni society 1.0 di mana poin tersebut merupakan sebuah peradaban masyarakat yang masih berburu, kemudian society 2.0 merupakan peradaban masyarakat pertanian, sedangkan society 3.0 merupakan peradaban masyarakat industri, selanjutnya society 4.0 yang mana peradaban masyarakat berbasis informasi melalui internet di mana masyarakat mampu mencari, mengambil, dan menganalisis informasi atau data. Dengan demikian, dari beberapa angka tersebut maka muncul lah angka di era saat ini yakni society 5.0.
Pasalnya, society 5.0 pada masyarakat yang khususnya berpusat pada manusia di mana selalu menyeimbangkan kemajuan ekonomi dengan cara penyelesaian masalah-masalah sosial menggunakan sistem yang terintegrasi antara ruang dunia maya dan ruang fisik. Semua sistem saling terkoneksi di dunia maya kemudian diolah oleh AI (kecerdasan buatan) yang disinyalir kemampuan tersebut melebihi dari kemampuan manusia, yang kemudian hasil olah tersebut di lemparkan ke ruang fisik. Oleh karenanya konsep society 5.0 diangkat ke permukaan sebagai rencana dasar sains dan teknologi yang merupakan cita-cita Negara Jepang dengan harapan mampu membawa nilai baru bagi industri dan masyarakat.
Jika dicermati lebih dalam lagi pada konsep society 5.0 yang menekankan pada aspek teknologi yang terintegrasi pada lini kehidupan manusia, dalam artian manusia dikontrol oleh AI (artificial intelligence) atau kecerdasan buatan dalam kesehariannya yang mana data-data tersebut tersimpan dalam satu server yang dikendalikan oleh manusia tertentu. Semua identitas dan bahkan aktivitas sosial, ekonomi, budaya, dan lain sebagainya pada manusia tersimpan rapih dalam satu database tertentu untuk dapat terkontrol ataupun dikontrol by technology.
Mensinyalir akan sebuah kontrol dalam manusia, pada dasarnya hal tersebut sudah ada pada diri manusia itu sendiri yang di namakan self-control. Self-control yang ada pada diri manusia merupakan sebuah teknologi canggih yang fundamental dan didukung oleh banyak aspek salah satunya aspek kognisi. Aspek kognisi manusia diisi pengetahuan (ilmu agama, sains, sosial, politik, ekonomi, dan semua ilmu yang ada di dunia) tanpa batas. Dalam artian aspek kognisi tersebut merupakan bagian dari teknologi kontrol diri manusia dalam menjalankan semua aktifitasnya dengan kapasistas akal dan otak tanpa batas dengan satu server dirinya sendiri tanpa orang lain mengetahui pada hal yang sifatnya privasi. Kemudian teknologi self-control ini juga didukung oleh perangkat lainnya seperti imajinasi dan emosi, di mana keduanya itu mampu mengontrol objek dan subjek dengan setingan tidak merusak norma dan nilai.
Senada dengan hal di atas, pada society 5.0 juga diharapkan dapat terciptanya masyarakat baru yang menggabungkan teknologi baru dalam semua industri. Teknologi baru tersebut seperti, AI dan robotika yang mana teknologi tersebut mampu mengerjakan pekerjaan-pekerjaan manusia pada umumnya. Dengan kata lain, AI berbasis data besar dan robotika tersebut berperan sebagai agen pekerja dan pekerjaan yang telah dilakukan manusia saat ini. Jika menilik lebih dalam lagi, teknologi baru tersebut akan menimbulkan dehumanisasi dan nilai yang sudah ada dalam tatanan moral dunia, dalam artian yang seharusnya satu bidang pekerjaan itu dikerjakan oleh manusia akan tetapi digantikan oleh AI atau robotika. Hal demikian dapat menimbulkan efek negatif yang mencederai banyak norma dan nilai. Seperti, banyak pengangguran khususnya strata menengah dan bawah secara massif. Sisi lainnya, hal tersebut dapat menciptakan kesenjangan dan ketimpangan sosial yang signifikan di mana pengguna integrasi teknologi canggih hanya akan dikonsumsi pada tatanan menengah dan atas, sehingga tatanan bawah menjadi tersisihkan bahkan misrisnya lagi ketika tidak ada keisapan apapun, maka akan terjadi depopulasi yang meningkatkan angka kematian.
Keterpaduan teknologi tersebut juga membuat sesuatu yang nyata dijadikan tidak nyata, kemudian ketidaknyataan tersebut digunakan dalam ruang nyata. Seperti halnya uang virtual (bitcoin) yang di beberapa Negara sudah diterapkan untuk menjadi alat pembayaran yang sah. Jika demikian adanya, maka akan mengalami perubaha sistem hukum secara massif dan membuat banyak benturan norma dan moral.
Oleh karenanya, dalam mengimbangi konsep society 5.0 yang mengutamakan integritas teknologi hingga mencapai angka 5 yang mengontrol angka 0, seyogianya hal tersebut dibalik menjadi society 0.5. Angka 0 merupakan perwakilan angka dalam angka yang berperan penting sebagai identitas dan juga sebagai angka awal yang mampu memunculkan angka-angka berikutnya, yang mana identitas itu adalah manusia sebagai aktor. Kemudian angka 5 merupakan sebuah perubahan peradaban.
Dalam artian pada konsep society 0.5 mengutamakan pengembangan manusia dalam memanfaatkan dan mengontrol integrasi sistem teknologi yang mampu menciptakan pertumbuhan sosial, ekonomi, budaya, dan lain sebagainya dengan cepat. Jika demikian, maka pemerataan pembangunan sumber daya manusia menjadi people power bagi Negara untuk memajukan Negara.
Komponen-komponen dalam pengembangan society 0.5 ini dimulai dari pemberdayaan masyarakat secara totalitas dari sisi soft skill dan hard skill secara efisien, dengan tujuan mampu menciptakan manusia-manusia yang berkualitas tinggi yang mampu mengontrol penuh sistem integrasi teknologi seperti AI dan robotika. Dalam hal ini, tidak menafikan perkembangan teknologi yang ada, akan tetapi fungsi manusia dengan kapasistas besar dan tinggi bertujuan mampu mengendalikan teknologi sebagai alat untuk membantu meringankan aktifitas pekerjaan bukan manusia sebagai alat untuk membantu pekerjaan teknologi. “Tidak ada yang sulit selama ilmu itu masih di dunia”

——— *** ———

Tags: