Daya Beli Cenderung Melemah, Kota Probolinggo Alami Deflasi 0,07 Persen

Daging ayam potong pemicu utama deflasi 0,07 persen.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

Kota Probolinggo, Bhirawa
Menanggapi terjadinya penurunan harga atau deflasi yang dialami Kota Probolinggo sebesar 0,07 persen pada Bulan Agustus lalu, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Amin Fredy, yang ditemui saat memimpin program Suara Inflasi, dialog interaktif di salah satu radio terkemuka di Kota Probolinggo, Kamis (17/9) malam
mengatakan, catatan ini tak hanya terjadi di Kota Probolinggo saja.
Deflasi tersebut, sangat dimungkinkan terjadi, akibat wabah pandemi Covid-19 yang masih berlangsung hingga kini, sehingga membuat daya beli masyarakat cenderung melemah.

“Tren ini hampir sama di semua daerah. Yakni terjadinya pelemahan daya beli masyarakat,” tuturnya.

Amin Fredy menambahkan, upaya Pemkot Probolinggo melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dalam menekan laju perkembangan inflasi di Kota Probolinggo terus dilakukan khususnya pada sektor pangan. Seperti melakukan sosialisasi dan penyuluhan pada petani agar tetap waspada untuk penyediaan stok pangan, memantau ketersediaan tanaman horti di tingkat produsen secara berkesinambungan melalui kelompok tani.

Selain itu, penyuluhan pemanfaatan kelebihan produk yang membanjir untuk bisa dimanfaatkan melalui program pasca panen sampai pemanfaatan teknologi untuk memback up penjualan harga agar petani tak mengalami kerugian yang lebih besar.

Kondisi pandemi ini, menurutnya, juga berimbas pada banyak hal dari berbagai kalangan. Aktivitas berbelanja misalnya, kini sudah bisa dilakukan dengan memanfaatkan teknologi pasar online melalui aplikasi perpesanan, whatsapp.

“Jadi masyarakat bisa memanfaatkan pasar online melalui WA Grup atau Mlijo online untuk dapat berbelanja dengan aman dan nyaman di tengah kondisi pandemi berkepanjangan seperti sekarang ini. Termasuk mengoptimalkan keberadaan pasar ikan tradisional, dan mengupayakana agar masyarakat membudayakan makan ikan sebagai alternatif konsumsi selain daging-dagingan, ” terangnya.

Seperti diketahui, Kota Probolinggo pada bulan Agustus 2020 mengalami mengalami deflasi atau inflasi negatif sebesar 0,07 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 103,82.
“Sementara kumulatif inflasi bulanannya 0 tahun kalender 1,18 persen dan inflasi tahunan sebesar 1,38 persen,” ujar Adenan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Probolinggo.

Ada sejumlah komoditas yang mempengaruhi deflasi diantaranya daging ayam ras disusul komoditas bawang merah, tomat, cabai rawit dan telur ayam ras. Sementara komoditas yang mengalami inflasi, diantaranya adalah emas perhiasan, rokok kretek filter, sabun wajah, anggur kacang panjang dan pepaya.

Kepala BPS Adenan mengatakan, deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya indeks 2 kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 1,40 persen. Diikuti kelompok kesehatan sebesar 0,32 persen.

Tak hanya Kota Probolinggo, dari 8 kota IHK di Jawa Timur, 5 daerah diantaranya mengalami deflasi yaitu Jember, Probolinggo, Malang, Madiun dan Banyuwangi. Sedang 3 daerah lainnya mengalami inflasi, yakni Surabaya, Sumenep dan Kediri. “Kota Surabaya menjadi kota dengan angka inflasi tertinggi 0,07 persen, diikuti Sumenep 0,03 persen, dan Kediri 0,02 persen.” tambahnya.(Wap)

Tags: