Derita Elda, Balita Krembangan Penderita Penyakit Langka

Surabaya, Bhirawa
Sejumlah penyakit langka mulai bermunculan, kali ini penyakit yang disebut Dead Limb diderita seorang bocah perempuan asal Gresikan Surabaya. Bocah perempuan yang bernama Rienelda Kristiani Ningrum ini diketahui menderita penyakit penyumbatan pembuluh darah ini setelah terjatuh dan kakinya mengalami pembusukan.
“Saya pingin makan gorengan mbah(nenek,red). Bolanya nanti dibawa ya mbah,” begitulah ucapan singkat Elda (Rienelda Kristiani Ningrum), saat akan di bawa ke RS dr.Soetomo,Rabu(12/3).
Diceritakan  Rustiana, nenek bocah cantik berusia 4 tahun 10 bulan ini, kondisi Elda semakin parah setelah dipindahkan orang tuanya ke rumahnya di Blitar. Telapak kaki bocah TK itu lepas akibat membusuk terlalu lama tak tertangani.
“Di rumah sayalah, kedua telapak kaki Elda ini lepas. Itu setelah Saya membersihkan belatung yang menempel di kakinya. Setelah bersih, telapak kakinya lepas secara berurutan selama dua hari,” kisah Rustina saat mendampingi Elda ke RS dr.Soetomo.
Kondisi Elda saat ini memang kedua telapak kakinya sudah tak ada. Bahkan betis hingga pahanya melepuh hitam penuh belatung.
Elda sendiri sebenarnya tinggal di Jalan Gresik PPI Gang I, Nomor 5, Kelurahan Kemayoran, Kecamatan Krembangan, Surabaya bersama kedua orang tuanya. Elda adalah anak pertama dari pasangan pasutri Firdaus (31) dan Rumiati (29) yang menempati rumah sederhana 2 lantai berukuran 5 X 13 meter. Namun, di dalam rumah sempit ini, sebanyak 15 orang termasuk Elda.
Semuanya adalah keluarga besar Firdaus, sang ayahnya yang setiap harinya hanya menjadi seorang penjual roti di pasar kampungnya. Pendapatan Firdaus yang hanya rata rata 50ribu perhari, memaksa keluarga ini hanya mengobati Elda dengan penyembuhan alternative.
Pasalnya, Firdaus bersihkeras anaknya ini terkena ilmu magic setelah awal Desember 2013 lalu anaknya terjatuh saat bermain sepeda bersama teman temannya.
“Selepas pulang sekolah (TK A), sore harinya Elda bermain sepeda dengan teman sebayanya. Namun tiba tiba dia terjatuh dan hanya mengalami luka memar pada kakinya. Namun betapa kagetnya Kami sekeluarga, keesokan harinya kaki Elda tiba tiba melepuh hitam seperti terkena siraman air panas. Dari sanalah kami percaya jika Elda terkena barang halus (ilmu magic),” tutur Firmdaus yang ikut mendampingi anaknya kemarin.
Saat pengobatan Elda dipasrahkan ke RSU Dr. Soetomo, kata Firmdaus keluarga tidak sepakat atas saran dokter agar kaki Elda diamputasi. “Kami pun membawanya pulang kembali. Dan untuk yang ketiga ini, Kami telah sepakat ikhlas jika kaki anak kami tercinta diamputasi. Asal anak Kami panjang umur dan tersenyum kembali,” kisah Firdaus dirumahnya.
Firdaus juga menceritakan jika sakit yang diderita anaknya ini membuat keluarga besarnya merasa takut dengan gunjingan warga sekitar. Pasalnya, kedua kaki anaknya ini penuh belatung dan bau tak sedap. Bahkan keluarga besar Firdaus merasa sungkan saat Elda menangis keras saat kesakitan.
Atas dasar itulah, Elda akhirnya diungsikan ke rumah Rustina, neneknya (bibi dari firdaus) di Desa Pagar gunung, Kecamatan Samben, Blitar. Disana, Elda hanya diberikan obat alternative yang dibeli dari Lumajang.
Sementara itu, tim RSU Dr. Soetomo yang diketuai Dr. Oktavianus Eka (Dokter yang pertama kali merawat Elda) menjemput Elda menggunakan ambulan tepat pukul 13.15 Wib dan sampai dirumah Elda pukul 13.30. Kedatangan Tim Dokter ini sontak mengundang perhatian warga Gresik PPI Gang I. Proses evakuasi Elda dari dalam rumah menuju ambulan pun membuat warga penasaran ingin melihat.
Semua warga mengucapkan rasa kasihan terhadap apa yang diderita oleh Elda ini. Bahkan tak jarang, warga mengabadikan foto Elda sebelum masuk ambulan. Tepat pukul 14.30, Elda langsung dirawat di Irna Bedah Herbra, Kamar H-Samping. “Operasi amputasi akan Kita lakukan setelah pemeriksaan tehadap Elda selesai. Agar semua berjalan lancer,” terang dr. Oktavianus Eka seusai mendampingi Elda.
“Elda ini mengalami kebuntuhan pada pembuluh darah. Sehingga jaringan kakinya tidak teraliri darah. Dan itu menyebabkan kedua kakinya mati. Penyakit ini dalam istilah kedokteran Kami sebut Dead Limb.
Meski tergolong penyakit langka, sebenarnya, Elda ini adalah pasien kedua setelah Tahun kemarin juga terdapat anak dengan penyakit yang sama. Namun, karena menolak tindakan amputasi yang Kami tawarkan. Akhirnya setelah tiga bulan, nyawanya tak tertolong.
“Untuk Elda ini memang kami sempat 2 kali kesulitan membawanya kesini. Karena keluarganya menolak tindakan amputasi. Untungnya, sekarang pihak keluarganya sudah mengijinkan. Sementara untuk biayanya kedepan, akan ditanggung program BPJS,” ungkap Eka.   [gat.dna]

Tags: