Di Era Digital Ini Buku Tidak Harus dari Bahan Kertas

Eko Henri Nurcahyo

Eko Henri Nurcahyo
Kecanggihan teknologi saat ini mestinya harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin oleh generasi muda. Tapi kenyataannya malah banyak digunakan bersosmed dan berselfieria. Sehingga mendapat sorotan tajam dari budayawan Sidoarjo yang juga penggerak literasi dan menulis 40 buku, Eko Henri Nurcahyo.
“Mengapa tidak digunakan untuk mengeksplor kemampunya untuk berlatih menulis secara terus menerus. Sehingga bisa menjadi buku. Dengan kecanggihan teknologi sekarang ini, buku itu tidak harus kertas,” kata Henri dengan nada tanya.
Henri yang pernah mendapat Penghargaan Seni Budaya dari Gubernur Jawa Timur sebagai Penggerak Kesenian Bidang Penulisan 2001 menjelaskan, kalau kondisi sekarang ini jauh lebih mudah dibanding dengan zaman dahulu. Lebih gampang, fasilitas tersedia tinggal klik sudah bisa.
“Hanya saja persoalannya bukan pada kecanggihan, tapi pada curiosity, yakni rasa ingin tahu, pada minat, pada keingintahuan, pada tujuan, pada yang ingin disampaikan,” katanya.
Jadi, kalau mereka tak mempunyai rasa curiosity, pegang HP paling yang dibuka hanya Sosmed saja. Tapi kalau mereka mempunyai curiosity, pasti ingin tahu dan ingin mengetahui segala hal yang sesuai dengan keinginannya. Jadi bukan pada alat, tapi pada kemauan. Itu persoalan pada generasi sekarang,” ungkap penulis buku Sidoarjo Tempoe Doeloe.
Dari pada HP hanya dimanfaatkan untuk bersomed, mestinya bisa dijadikan sarana latihan. Tapi yang terjadi sekarang apa, mereka hanya sering Copas. Mengapa tidak menulis pengalamannya sendiri, tidak menulis tentang pemikirannya sendiri. Bagaimana pendapatnya tentang banjir, bagaimana pendapatnya tentang Sidoarjo, bagaimana pendapatnya tentang pemuda, tetang sekolah, tentang budaya.
“Makanya, ketik saja semampunya, tidak harus banyak, hanya beberapa kalimat saja sudah jadi. Kondisi kemajuan teknologi sekarang ini, buku tidak harus kertas. Bisa memanfaatkan e-book dan lainnya, semuanya sudah ada dalam genggaman kita,” tandas pendiri Ekologi Budaya ini, saat ditemui Senin (2/3) kemarin.
Sekarang bisa di cek, ada berapa anak muda yang mempunyai block, padahal itu sebagai sarana untuk menulis. Coba lihat di statusnya, mereka berselfie atau menulis. Karena mereka rata-rata hanya senang bermain HP, tapi tidak dimanfaatkan untuk menulis.
Termasuk menulis tentang sejarah Majapahit, banyak anak muda yang menyalahkan saya bahwa itu sudah kuno. Mereka tidak paham, justru sekarang ini banyak hal-hal yang sangat relevan dengan Majapahit.
“Peninggalan Majapahit ini tidak pernah mereka pahami, karena memang mereka tidak pernah belajar,” tegas Dosen Luar Biasa Kajian Panji (Antropologi Sastra) di Universitas PGRI Adibuana (UNIPA) Surabaya. [ach]

Tags: