Di Kampung Tematik BEM UGM, Diajak Masuk Dunia Vertual Dimasa Pendemi

Kawasan Kampung 3G Kota Malang, terlihat hijau dan segar.

Malang, Bhirawa
Rumah Prestasi Glintung Go Green (3G) Malang memang harus bisa masuk dunia Daring (Dalam Jaringan) dengan sosialisasi jarak jauh melalui Daring, Zoom, Googlemet, Webex Meet, sebab untuk bersosialisasi tidak harus saling bertemu darat tetapi bisa melalui alat komunikasi menghadapi tantangan di era revolusi industri 4.0 ini.
Hal ini disampaikan Manager Rumah Prestasi Glintung Go Green (3G), Bambang Irianto, saat menjadi narasumber acara Webinar Sosial Masyarakat#4 dengan tema Era New Normal Smart Green Concept Guna Wujudkan SDG’s pada Masa Pandemi dengan pembahasan materi tentang aspek lingkungan yang diselenggarakan Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada.
Dalam paparannya, Bambang menjelaskan, kondisi terakhir 3G. Di era darurat Covid 19 ini, perawatan di Kampung 3G berjalan sebagaimana biasanya tapi tetap dengan protokol Covid 19. Kini kawasan Kampung Glintung Go Green sudah menjadi kawasan Wisata Edukasi yang sudah layak untuk dikunjungi.
“Karena telah menerapkan protokol kesehatan dan menjadi kampung mandiri yang sudah dikunjungi Jubernur Jatim, Kapolda Jatim, materi PKN dari Mabes Polri dan lain-lain jadi kunjungan sudah mulai ada yang dipelajari dari 3G,” ungkapnya.
Bambang menjelaskan, cara mengubah mindset warga. Yang sekitar 90% warganya ternyata menolak diajak penghijauan yang ditanyakan adalah mana dananya, karena membangun lingkungan identik dengan bagi – bagi dana sementara RW tak mempunyai uang maka dibuat aturan di kampung.
Lebih lanjut, manager Glintung Go Green ini menceritakan, tahun 2013 barang siapa minta stempel RW rumahnya tidak ada tanaman, maka pasti tolak. Akibatnya warga protes. Kalau tidak cocok dengan Pak RW silakan RWnya dipecat, memangnya enak jadi Ketua RW, ternyata tidak ada yang berani dan terpaksa warga menanam, syaratnya menanam membangun lingkungan boleh pakai uang dari barang bekas apa saja.
“Mulai dari diri sendiri yang paling gampang dan itu yang saya lakukan. Kampung jadi hijau lingkungan asri tetapi masih banjir, kemudian saya kasih dengan program gerakan menampung air water movement. Dalam kaitan ini orang kampung harus bisa dan mau konsultasi ke berbagai stakeholder dalam konteks ini saya konsultasi ke Universitas Brawijaya yakni Profesor Bisri waktu itu,” jelasnya.
Menjadi inspirasi bagi 3G, tahun 2016 kampung konservasi air pertama di dunia diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri saat berkunjung ke 3G. Sejak diresmikan 3G mulai berbayar karena banyak edukasi yang bisa diperoleh. Tiga tahun Kas RW cukup untuk mendirikan koperasi berbadan usaha, bahkan omset koperasi kini senilai Rp750 juta, inilah yang menjamin keberlanjutan. Tahun 2016 banyak undangan presentasi kerjasama membangun Kampung Tegalrejo di Kota Jogya dan terus bergerak membangun Indonesia dari lorong lorong kampung hingga 2017. Konsep membangun kampung ini mendapat apresiasi dari Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila sebagai 57 ikon Prestasi Nasional.
Dan Tahun 2018 mendapat Kalpataru dari presiden dan Kampung ProKlim( Program Berlingkup Nasional) yang dikelola Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam rangka meningkatkan keterlibatan masyarakat dan pemangku kepentingan lain, untuk melakukan penguatan kapasitas adaptasi terhadap dampak perubahan iklim dan penurunan emisi. [mut]

Tags: