Diduga dari Dinasti Song, Penemuan Keramik Kuno di Rejoagung

Struktur bata yang didekatnya terdapat pecahan-pecahan gerabah dan keramik kuno di area penggalian pasir di Desa Rejaogung, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Sabtu (12/9).

Jombang, Bhirawa
Struktur bata, gerabah-gerabah, hingga keramik kuno ditemukan di lokasi penggalian pasir di Desa Rejoagung, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang. Mayoritas, gerabah dan keramik kuno ini kondisinya sudah pecah dan tertumpuk di dua lokasi di area penggalian pasir tersebut.
Sejumlah pecahan keramik terlihat berwarna hijau, diduga merupakan keramik yang berasal dari Dinasti Song. Namun ada juga pecahan-pecahan keramik bercorak lain di tempat ini.
Pantauan di lokasi, area penggalian pasir terlihat lengang. Tidak ada kegiatan penambangan pasir di lokasi tersebut pada hari itu. Tidak seperti tahun lalu ketika ada beberapa truk yang memuat material di lokasi tersebut.
Menurut pengelola galian pasir, Mujib (50), di lokasi tersebut juga pernah beberapa kali ditemukan umpak, lumpang, hingga uang-uang logam kuno. “Seperti saya ini kalau menemukan langsung saya serahkan ke kakak saya. Entah itu mau digunakan untuk apa terserah,” kata Mujib.
Tahun lalu, dari lokasi penggalian pasir ini juga pernah ditemukan sejumlah umpak, lumpang, hingga ‘watudakon’. Saat itu, benda-benda tersebut diletakkan di salah satu halaman rumah warga setempat.
Sastrawan Binhad Nurrohmat berpendapat, temuan struktur bata dari dua lapis budaya yang berbeda di Dusun Mlaten, Desa Rejoagung, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, ini sangat penting.
Dikatakannya, identifikasi asal-usul dan masa sejarah peninggalan-peninggalan masa kuno ini bisa dilacak melalui bentuk-bentuk bata dan strukturnya, fragmen-fragmen tipe keramik Dinasti Song dan Ming serta gerabah yang terserak di sekitar lokasi.
“Stratigrafi (sejarah lapisan tanah) di lokasi menggambarkan berbagai peristiwa alam semisal banjir dan terjangan lahar di lokasi situs yang diduga merupakan perumahan bangsawan dari masa Kediri dan Majapahit ini,” kata Binhad Nurrohmat.
Dia melanjutkan, agar warisan sejarah dan peradaban teknologi di masa lalu bisa berguna bagi masa kini dan masa depan, semestinya pihak Pemkab Jombang melakukan studi dan ekskavasi situs ini secara mendalam dan komprehensif.
“Peninggalan ini bisa menjadi sebuah kisah dari masa lalu yang bisa menyambungkan dengan rantai budaya pada masa ini dan masa depan,” tambah Binhad Nurrohmat.
Lokasi penggalian pasir di Desa Rejoagung, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang yang kemudian terdapat benda-benda kuno ini mirip dengan lokasi penggalian pasir yang juga pernah ditemukan sejumlah benda-benda kuno di Desa Sugih Waras, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, dan Desa Kedaton, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang yang berbatasan langsung.
Di Sugih Waras dan Bulurejo beberapa waktu yang lalu, pernah ditemukan struktur-struktur bata kuno hingga gerabah kuno. Di dua lokasi ini sudah pernah dilakukan penelitian dengan menggunakan beberapa pendekatan keilmuan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim yang bekerja sama dengan beberapa universitas.
Terkait temuan arkeologis di Sugihwaras dan Bulurejo ini, Kepala BPCB Jatim, Zakaria Kasimin saat mengunjungi Situs Petirtaan Kuno Sumber Beji di Desa Kesamben, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jumat (11/09) menerangkan, pihaknya ke depan masih akan mencoba memprogramkan untuk melakukan ekskavasi di lokasi-lokasi tersebut.
“Tapi yang jelas sekarang ini, dari Disbudpar Provinsi Jatim, itu mendukung kita untuk 2 lokasi, di Sumber Beji ini, dan satunya untuk melanjutkan ekskavasi di Kumitir (Mojokerto),” terang Zakaria Kasimin. [rif]

Tags: