Dinas Kesehatan Jatim Kirim Bantuan Obat di Sukapura Kabupaten Probolinggo

Dinas Kesehatan Jatim mengirim bantuan obat untuk warga Bromo.

Pemkab Probolinggo, Bhirawa
Sejumlah posko kesehatan gratis dibuka oleh Pemkab Probolinggo dan Pemprov Jatim. Posko ini melayani warga Tengger yang terpapar abu vulkanis Gunungapi Bromo yang hingga kini masih erupsi. Kini asap Bromo mulai memutih, Bromo masih di level II atau waspada.
Dibukanya posko kesehatan ini, karena sejak diguyur hujan abu, banyak warga terserang penyakit. Diantaranya infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dan diare. Seperti di Desa Ngadirejo, Kecamatan Sukapura, yang hampir 35 persen warganya terserang ISPA. Meski jumlah pastinya masih belum dapat dihitung.
“Dua minggu terakhir kami sudah mengadakan pos kesehatan. Utamanya di beberapa desa yang terdampak abu vulkanik Bromo. Seperti Ngadas, Jetak, Wonotoro, Ngadisari dan Ngadirejo,” hal ini diungkapkan Kepala Puskesmas Sukapura, dr. Harip Supriadi, Senin 1/4.
Selain memberikan obat-obatan dan pemeriksaan kesehatan, warga yang datang ke posko juga diberi masker. Kendati demikian, hingga saat ini masih belum ada laporan warga terserang sakit dengan kategori serius.
Sasaran utama pengobatan gratis ini, diperuntukkan pada sekitar 1.500 jiwa, warga Desa Ngadirejo. Mulai dari ibu hamil, lansia hingga anak-anak. Selain obat, tim medis juga memberikan makanan penunjang nutrisi untuk anak-anak terdampak abu vulkanik Bromo. Posko kesehatan ini, akan terus dibuka, sampai kondisi Gunungapi Bromo kembali normal.
Erupsi Gunung Bromo yang tidak kunjung mereda, membuat Dinas Kesehatan Provinsi Jatim mengirimkan obat-obatan untuk warga sekitar Bromo. “Jadi pengiriman bantuan logistik ini kita lakukan atas instruksi pemerintah provinsi, baik berupa dukungan obat-obatan ataupun makanan,” kata Petugas Pusat Krisis Kesehatan Regional Jawa Timur, Didiek Rachmadi.
Menurutnya, bantuan yang diturunkan ke Desa Ngadirejo, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo mencapai 300 paket. Yang terdiri dari salep mata, vitamin, masker dan makanan sehat untuk balita serta ibu hamil.
Diediek menambahkan, pemprov tidak akan segan-segan untuk menurunkan bantuan tambahan jika pemerintah daerah atau BPBD Kabupaten Probolinggo dirasa masih membutuhkan. Terlebih, selain warga di Kecamatan Sukapura, Sejumlah desa di Kecamatan Sumber juga terdampak semburan abu vulkanik Bromo.
Proses belajar mengajar tidaklah terpegaruh, seperti di SD Negeri Ngadisari 2 di Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. Salah satu guru, Ahmad Samhaji mengatakan, SD tersebut memiliki 42 siswa. Kegiatan mengajar tetap dilakukan karena erupsi Bromo dianggap belum mengancam. Bahkan bagi para siswa sekalipun, hujan abu sudah menjadi hal yang biasa dan tidak perlu ditakutkan.
“Tetap ada KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) Pak. Apalagi siswa sudah terbiasa dengan kondisi seperti sekarang. Kalo untuk keamanan, masker pun sudah diberikan sejak Bromo erupsi jadi aman,”katanya.
Dwi Laksana, siswa kelas 6 mengaku tetap semangat berangkat sekolah lantaran tengah menghadapi ujian akhir.
Camat Sukapura, Yulius Christian. Menurut Yulius, aktivitas belajar mengajar tetap berjalan normal, lantaran masyarakat sekitar menilai kondisi masih aman. “Masih normal-normal saja Mas, masyarakat di sini sudah paham dan tanggap akan bencana,” jelasnya.
Berdasarkan informasi dari PVMBG per Senin 1/4 pukul 24.00 WIB, tinggi asap dari kawah Gunung Bromo turun ke angka 1200 dari 1500 meter. Bromo masih dinyatakan waspada level II, di mana masyarakat aman di luar radius satu kilometer dari bibir kawah.
Dua hari terakhir, kepulan asap Gunungapi Bromo di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, memutih. Meski begitu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) belum menurunkan status Bromo.
Dalam laporan terakhir petugas pos pengamatan gunung api (PPGA) Bromo di Bukit Mentigen, asap kawah bertekanan lemah hingga sedang keluar dari kawah Bromo. Warnanya teramati putih kecoklatan dengan intensitas tipis hingga sedang. Kolom asapnya mencapai ketinggian antara 100-600 meter di atas puncak kawah.
Hujan abu tipis dan bau belerang ringan di sekitar PPGA Bromo. Angin bertiup lemah ke arah timur laut, timur, tenggara, dan barat laut,” kata Rubiyo, petugas PPGA Bromo. Pada gunung dengan ketinggian 2.329 meter diatas permukaan laut (mdpl) ini, masih terekam tremor menerus (Microtremor). Yakni terekam dengan amplitudo 0.5-18 milimeter dengan dominan 1 milimeter. “Tingkat aktivitas Gunungapi Bromo masih dilevel II atau waspada,” lanjut Rubiyo.
PVMBG merekomendasikan agar warga dan pengunjung tidak diperbolehkan memasuki kawasan dalam radius 1 km dari kawah aktif Gunungapi Bromo. Sebab aktivitas kegempaanya masih fluktuatif dan sewaktu-waktu dapat meningkatkan dan membahayakan manusia, tambahnya.(Wap)

Tags: