Dinkes Jatim Terjunkan Tim Pantau Sekolah

3-kustaSurabaya, Bhirawa
Dinkes Jatim menemukan kemunculan penderita kusta dari kalangan anak-anak. Dari catatan sementara Dinkes telah mendeteksi 177 anak penderita awal kusta. Untuk menangani hal ini Dinkes menerjunkan tim deteksi dan penanganan ke sekolah-sekolah terutama di daerah potensi kusta tinggi.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim, dr Harsono mengaku, pihaknya akan menerjunkan sejumlah juru pendeteksi kusta (Tenaga kesehatan Puskesmas dan Dinkes, red) ke sekolah, khususnya di sekolah dasar (SD) di Jatim untuk melakukan diagnosa penyakit kusta di Jatim.
Rencananya beberapa sekolah yang berpotensi ada penderita kustanya akan dijadikan pemeriksaan oleh Dinkes “Ada diagnosa sederhana dalam memeriksa penyakit yang disebabkan kuman tersebut. Sejumlah pelajar yang diperiksa di bawah usia 15 tahun,” katanya.
Menurutnya, pihaknya akan terus gencar menekan angka penyakit kusta agar jumlah penderitanya dari tahun ke tahun bisa menurun. Selain menangani pasien yang positif mengidap penyakit kusta, Dinkes Jatim juga mulai melakukan pendeteksian dini khususnya kepada kalangan pelajar.
Dengan usaha pendeteksian dini itu diharapkan bisa ditemukan kasus baru dalam penyebaran kusta atau lepra. Hal ini penting dilakukan agar pasien yang punya riwayat menderita penyakit kusta, sejak awal bisa diobati agar tidak sampai cacat permanen.
Untuk pemeriksanya pun sederhana. Mereka diminta membuka baju, berdiri di jendela, nanti kulit akan terlihat mengkilap dilihat dari sudut 45 derajat. Mereka itu yang kami sisihkan, lalu dites lagi dengan diraba kulit yang mengkilap tadi terasa atau tidak.
“Kalau nggak terasa, diraba lagi pakai jarum. Jika tak terasa, kami sisihkan karena anak inilah yang 90 persen nantinya pasti kena lepra atau kusta,” tuturnya.
Tanda awal penyakit kusta/lepra biasanya menyerang kulit dan hampir sama seperti penyakit panu. “Penyakit lepra ini menyerang saraf sensorik, jika tanda awal diabaikan maka akan bisa mengarah kepada cacat permanen. Namun jika dari awal sudah terdeteksi dan diobati maka kemungkinan cacat tipis, karena dengan terapi obat bisa sembuh total,” tukasnya.
Pihaknya menegaskan, penyakit ini menular karena disebabkan oleh kuman dan bukan penyakit kutukan. Namun cara penularannya tidak langsung dan butuh waktu yang panjang. “Meski kumpul 10 tahun pun dengan penderita kusta belum tentu tertular, kalau tak punya gen penyakit itu. Gampangannya kayak penyakit flu, satu orang kena belum tentu yang satunya terkena. Tapi tetap perlu diwaspadai,” pungkasnya.
Ke depan ia berharap dengan diperiksanya penderita kusta sejak dini memberikan peluang bagi Jatim untuk bebas kusta.  Dinkes Jatim memprediksi kasus kusta di Jatim akan hilang pada tahun 2017 mendatang. Penderita kusta sendiri telah terdeteksi sebanyak 4.293 orang. Jumlah itu tersebar di kawasan Pantura dan Madura.
“Saya yakin Jatim akan bebas dari kusta atau eliminasi kusta pada tiga tahun (tahun 2007, red) mendatang,” ujar Mantan Bupati Ngawi ini.
Sementara itu Kasi Pemberantasan Penyakit Dinkes Jatim, Setyo Budiono menyatakan, penularan kusta kepada orang lain dapat terjadi manakala penderita melakukan interaksi atau kontak langsung dengan orang lain selama 10 tahun berturut-turut. Selain itu untuk interaksinya penderita harus melakukan interaksi dengan orang lain minimal dalam seminggu selama 20 jam.
“Jadi sangat sulit untuk menularkan penyakit kusta karena penyakit ini tidak mudah menular kepada orang lain,” jelasnya.
Menurutnya, adanya anggapan yang salah terhadap penularan penyakit kusta menyebabkan masyarakat salah dalam penanganannya. Ada anggapan masyarakat yang mengatakan bahwa kusta itu disebabkan karena turunan dan ini adalah kesalahan yang terjadi di masyarakat. “Kusta tidak ditularkan karena faktor keturunan melainkan karena interkasi yang intens dan lama dengan penderita,” ucapnya. [dna]

Tags: