DPKP Tingkatkan Daya Saing Petambak Ekspor Bersertifikat CBIB Tujuan Eropa dan Amerika

Diskan Kabupaten Probolinggo terus memacu petambak untuk menuju ekspor.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

Kab.Probolinggo, Bhirawa.
Dinas Perikanan Kabupaten Probolinggo, meningkatkan daya saing petambak untuk menuju pasar ekspor dengan menggelar temu lapang budidaya air tawar untuk penerapan cara budidaya ikan yang baik (CBIB) di UPT Perikanan Budidaya Air Tawar.

Diskan Probolinggo bekerja sama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur menggelar temu lapang yang diikuti sebanyak 35 peserta perwakilan petambak intensif yang ada di wilayah pesisir Kabupaten Probolinggo.

“Selama kegiatan mereka mendapatkan materi terkait CBIB dari auditor Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur Pungky Kumaladewi,” kata Kepala Diskan Probolinggo Dedy Isfandi, Rabu (27/10).

Ia mengatakan CBIB itu harus dilakukan oleh para petambak intensif yang ada di Kabupaten Probolinggo dan dalam tahapan itu nantinya ada auditor dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk melihat langsung penerapannya di tambak.

“Apabila sudah dilakukan oleh para petambak dan memenuhi persyaratan maka akan mendapatkan sertifikat CBIB dari Kementerian Kelautan dan Perikanan RI dan sertifikat itu harus dimiliki petambak untuk memenuhi persyaratan menjual hasilnya yang biasanya ditanyakan eksportir,” tuturnya.

Sementara itu Kepala Bidang Perikanan Budidaya Diskan Kabupaten Probolinggo Wahid Noor Azis mengatakan temu lapang budidaya air tawar/payau dalam rangka penerapan CBIB itu dilatarbelakangi oleh banyaknya tambak udang intensif yang ada di Kabupaten Probolinggo, baik yang dikelola oleh perusahaan maupun perorangan.

“Dalam menjual hasil budidaya udangnya ke pedagang atau eksportir, salah satu syaratnya harus memiliki sertifikat CBIB. Jadi sertifikat itu sifatnya diperlukan oleh pembudidaya udang,” katanya.

Menurutnya CBIB itu tujuannya untuk diekspor ke beberapa negara yang mulai memperhatikan keamanan pangan, sehingga sertifikat CBIB itu dibutuhkan dalam budidaya udang yang baik untuk menghasilkan produk yang aman dan ramah lingkungan sesuai dengan ketentuan CBIB.

“Kegiatan itu bertujuan untuk memfasilitasi dan memberikan kemudahan bagi pembudidaya udang untuk mendapatkan sertifikat CBIB dalam rangka menjamin keamanan pangan udang yang akan diekspor,” ujarnya.

Ia berharap para petambak udang di Probolinggo memiliki sertifikat CBIB, sehingga akan lebih mempermudah menjual hasil panennya karena udang yang memiliki sertifikat CBIB akan memiliki daya saing yang lebih tinggi di pasar ekspor, khususnya wilayah Eropa dan Amerika.

Dalam kesempatan tersebut Auditor Dinas Kelautan dan Perikanan Jatim Pungky Kumaladewi memberikan materi bagaimana prosedur dan tata cara untuk mengajukan sertifikat CBIB yang nantinya diperiksa dan dinilai oleh auditor. Sehingga layak atau tidak tambak tersebut mendapatkan sertifikat CBIB yang berlaku selama 4 tahun.

Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Probolinggo cukup kewalahan untuk mencapai targetnya. Pandemi yang berkepanjangan menjadi alasannya. Selama pandemi produksi ikan budi daya tahun ini terpengaruh.

Kasi Produksi Perikanan Budi Daya Dinas Perikanan Asmiyati Kurnianingsih mengatakan, pandemi tahun ini sangat berbeda dengan tahun lalu. Di tahun ini harga beberapa jenis ikan budi daya turun.

“Tahun lalu saja, untuk udang vaname harganya masih tinggi. Tembus Rp 55 ribu perkilogram. Beberapa waktu lalu, sempat anjlok sampai Rp 48 ribu,” unggkapnya.

Ia menyebutkan, capaian ikan budi daya hingga September ini ada pada 45 persen dari target ikan budi daya 13.000 ton. Dengan begitu, Asmi menyebutkan, pihaknya sangat mengalami kesulitan untuk mencapai target tersebut.

“Tahun ini kami sangat kesulitan. Sehingga kami tidak bisa optimis bisa mencapai target tahun ini,” tandasnya.

Ia menyebutkan pandemi yang berkepanjangan ini mempengaruhi proses penjualan ikan budi daya keluar maupun ke dalam daerah. Sebab pandemi juga membatasi proses jual beli.

“Misal di rumah makan, saat ini juga terimbas. Sehingga itu mempengaruhi penjualan,” lanjutnya.

Apa solusi untuk bisa terus menggenjot produksi agar target tercapai? Asmi menyebutkan pihaknya, pihaknya juga tidak dapat berbuat banyak.

“Misal kami genjot produksi terhadap beberapa pembudidaya. Nanti siapa yang akan membeli. Sebab, proses ekspor juga terganggu,” tambahnya.(Wap)

Tags: