DPRD Nganjuk Soroti Sekolah Ajarkan Radikalisme

foto ilustrasi

Nganjuk, Bhirawa
Mengejutkan, ada sekolah swasta di Kabupaten Nganjuk yang terindikasi mengajarkan faham radikalisme. Namun Dinas Pendidikan Pemkab Nganjuk hingga kini belum mengambil langkah kongkret untu mengantisipasi penyebaran faham radikal di sekolah.
Munculnya sekolah yang mengajarkan faham radikalisme ditandai dengan banyaknya sekolah-sekolah berbasis agama yang menawarkan full day school. Selain mengajarkan pelajaran yang sesuai kurikulum nasional, pihak sekolah juga mengajarkan ngaji dan sekolah dengan berbahasa inggris.
“Sekolah dengan pola full day school sekolah yang pulangnya bertepatan dengan para orang tua pulang kantor. Saat ini pola full day school sangat banyak diminati para orang tua di Nganjuk,” ujar Basori s.Ag, M.Si anggota Fraksi Partai Gerindra.
Basori tanpa mau menyebut nama sekolahnya mengatakan, jika saat ini sebenarnya sudah jelas sekolah mana yang pelan tapi pasti menanamkam ajaran radikalisme dan kebencian atas nama agama.  Namun banyak orang tua yang terkecoh, mereka hanya  ingin praktis, tidak mau pusing pusing mengajari anak mengaji. “Orang tua sekarang inginnya enak tidak ribet mengawasi anak-anak main dan tidak mau ribet ngajari ngaji. Sehingga inginnya praktis saja,” tegas Basori.
Karena faham radikalisme sudah menjalar ke kalangan anak-anak sekolah, maka sudah saatnya para orang tua mendalami, meneliti dan menyelami ajaran-ajaran yang disampaikan dari sekolah yang selalu mengatasnamakan ajaran Islam yg benar dan lurus.
Ciri sekolah  di Nganjuk yang mengajarkan faham radikalisme, menurut Basori, di sekolah anak-anak diajari pendidikan agama yang sangat eksklusif dimana nilai nilai Islam yg diajarkan murni dari arab mulai ibadah, syariah maupun aqidahnya. Contoh para guru memberi pelajaran bahwa perjuangan para wali itu salah karena Islam di Arab tidak mengajarkan itu.
Kemudian pada saat hari besar Islam diisi dengan menonton film yang mengkisahkan bagaimana perjuangan tokoh tokoh Islam seperti kehebatan Salahuddin Al Ayyubi, yang diakhir film guru memberikan penekanan bahwa jihad dan berjuang adalah wajib bagi umat Islam sesuai tradisi bangsa Arab. “Ironisnya yang dicontohkan adalah tokoh-tokoh Indonesia seperti Gus Dur adalah penyebar ajaran sesat. Bahkan ada salah seorang murid yang terang-terangan siap membunuh Gus Dur jika perang, naudzubillah. Ini sebuah realita potret salah satu siswa SD full day di Nganjuk,” tutur Basori saat ditanya Bhirawa.
Bahkan sekolah yang mengajarkan radikalisme tersebut, diungkapkan Basori, melakukan kerja sama dengan lembaga pendidian luar negeri terkait materi- materi pelajaran tertentu bahkan ujian pun juga mengacu ke lembaga luar negeri tersebut.
Selain itu, pihak sekolah tersebut sangat agresif melakukan pertemuan wali murid bahkan mengajak wali murid untuk melakukan kajian Islam dengan tujuan menyamakan visi, mengokohkan gerakan dan memberi dukungan bagaimana kegiatan belajar mengajar bisa dipahami oleh wali murid.
Realita ada anak didik yang melarang ibu atau orang tuanya pengajian, muslimatan bahkan tahlilan karena hal itu dianggap salah dan tidak ada gunanya sesuai pemahaman anak. Belakangan orang tuanya takut terhadap sikap anaknya dan dianggap berbahaya. Karena itu beberapa orang tua memindahkan anaknya ke sekolah lain.
Karena itu Basori menyarankan supaya para pendidik, ustadz dan orang tua menanamkan bahwa kehidupan keberagamaan dan kehidupan sosial di masyarakat disampaikan dengan jelas dan tegas kepada siswa didiknya sejak dini. “Kita semua ingin punya anak yang soleh, cerdas, berahlaqul karimah. Tetapi jika cara dan materi pengajarannya salah, apa yang akan kita peroleh kelak, pasti negara ini aan hancur,” pungkas Basori. [ris]

Tags: