DPRD Nilai Revitalisasi Dolly-Jarak Tak Maksimal

Revitalisasi eks-lokalisasi Dolly dan Jarak yang resmi ditutup pada 18 Juni lalu, hingga kini kurang maksimal karena Pemkot Surabaya berencana membangun beberapa fasilitas umum di kawasan tersebut.

Revitalisasi eks-lokalisasi Dolly dan Jarak yang resmi ditutup pada 18 Juni lalu, hingga kini kurang maksimal karena Pemkot Surabaya berencana membangun beberapa fasilitas umum di kawasan tersebut.

Surabaya, Bhirawa
DPRD Kota Surabaya menilai revitalisasi eks-lokalisasi Dolly dan Jarak yang resmi ditutup pada 18 Juni lalu, hingga kini kurang maksimal karena Pemkot Surabaya berencana membangun beberapa fasilitas umum di kawasan tersebut.
Ketua DPRD Surabaya M. Machmud, mengatakan hingga kini konsep penataan eks-lokalisai di kawasan Kupang Gunung dan Putat Jaya belum jelas karena blueprint-nya tidak ada. “Saya sudah dijelaskan oleh Bu Wali. Tapi blueprint-nya tidak ada,” katanya, Kamis (3/7).
Menurut dia, wali kota telah mengajukan tambahan Perubahan Anggaran Keuangan (PAK). Penambahan itu terfokus untuk pendanaan revitalisasi Dolly dan Jarak. Konsep penataan kawasan Dolly dan Jarak akan lebih didominasi fasilitas umum, seperti, UMKM, sekolah, kantor Polsek Sawahan, hingga pasar tradisional.
Pada prinsipnya, kata dia, pihaknya menyetujui upaya mengubah wajah lokalisasi dengan pemberdayaan masyarakat di Dolly dan Jarak. Namun, lanjut dia, pihaknya perlu mengetahui lebih detail konsep revitalisasi itu.
Hal sama juga diungkapkan anggota Komisi B DPRD Surabaya Agustin Poliana. Ia berharap pascadeklarasi penutupan lokalisasi yang masih menuai pro-kontra ini dapat segera dicarikan solusinya.
“Saya contohkan seperti penutupan di Dupak Bangunsari. Memang sudah ditutup. Tapi coba lihat kondisi di sana, justru banyak usaha yang diduga melanggengkan kembali prostitusi namun lebih rapi dan terselubung,” katanya.
Lokalisasi Dupak Bangunsari sendiri telah ditutup Pemkot Surabaya pada pertengahan Tahun 2013 lalu. Namun, lanjut dia, pascapenutupan usaha prostitusi di sana justru bersifat sementara. Bahkan, maraknya berdiri bangunan kos-kosan diduga justru melanggengkan praktik prostitusi secara terselebung.
Selain itu, Agustin mengatakan home industri kreativitas warga dari pemberian pelatihan oleh Pemkot Surabaya juga masih jalan ditempat. “Produksi mereka terus dilakukan, namun kesulitan pemasaran. Apa ini yang dikatakan berhasil?,” ujarnya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sebelumnya mengatakan pihaknya akan menyulap lokalisasi Dolly menjadi kawasan bisnis dengan sejumlah fasilitas umum. Tak hanya membeli wisma New Barbara 22 senilai Rp9 miliar, orang nomor satu di Surabaya itu hendak membangun lapangan fustal.
Selain itu, Risma juga akan membangun gedung enam lantai yang akan difungsikan sebagai sentra pedagang kaki lima (PKL). Lantai dua untuk usaha makanan kering, lantai tiga dan empat khusus untuk perpustakaan dan komputer. Lantai lima akan digunakan untuk taman bermain anak-anak, sedangkan untuk lantai enam akan difungsikan sebagai balai RW. [gat.ant]