Dua Guru Besar UB Kembangkan Pertanian Indonesia


Prof Dr Ir Yayuk Yuliati, M.S., saat menyampaikan pidato ilmiah Rabu 20/11 kemarin.

Malang, Bhirawa
Dua orang Guru Besar Universitas Brawijaya (UB) yang baru saja dikukuhkan dari Fakultas Pertanian (FP), Rabu (20/11), Prof Dr Ir Yayuk Yuliati MS dan Prof Dr Ir Bambang Tri Rahardjo SU, bertekat mengembangkan pertanian Indonesia. Dalam Pidato Ilmiahnya Yayuk lebih menekankan pada peningkatan kapasitas perempuan tani dalam menguatkan feminisasi pertanian.
Menurut Yayuk, dalam perkembangan teknologi saat ini pekerjaan di pertanian mengalami penurunan. Hal ini dibuktikan dari data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Tahun 2010, terdapat 42,8 juta jiwa rakyat Indonesia yang menggeluti bidang pertanian, sedangkan tahun 2017, angkanya turun menjadi 39,7 juta jiwa. Hal ini menunjukkan persentase petani terus mengalami penurunan sebesar 1,1% per tahun.
“Secara spesifik, jumlah petani perempuan pada tahun 2016 sebesar 52,71% meningkat menjadi 55,04% pada Februari 2017. Sebaliknya, jumlah petani laki – laki yang justru menurun dari 83,46% menjadi 83,05%. Kondisi ini menunjukkan keterlibatan perempuan dalam kegiatan pertanian semakin meningkat dibandingkan laki – laki,” tuturnya.
Menurut Yayuk, Fenomena meningkatkan jumlah tenaga kerja perempuan di sektor pertanian disebut dengan feminisasi pertanian. Dan fenomena ini disebut dengan feminisasi pertanian. Feminisasi pertanian mengacu pada peningkatan partisipasi perempuan dalam pertanian, baik sebagai produsen independen, sebagai pekerja keluarga yang tidak dibayar, atau sebagai pekerja upahan pertanian.
“Fenomena feminisasi pertanian ini sebenarnya tidak masalah jika perempuan yang melanjutkan kegiatan pertanian sudah siap, artinya perempuan sudah mempunyai pengetahuan dan ketrampilan formal yang cukup seperti laki-laki, serta ikut memutuskan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses produksi pertanian,” paparnya.
Mengenai hal ini, guna meningkatkan kapasitas perempuan tani, maka ada beberapa strategi yang bisa dilakukan, yakni pemberian akses sumber daya kepada perempuan, pengurangan beban kerja perempuan, koordinasi yang kuat antara pemerintah dan masyarakat dalam merumuskan pembangunan yang berperspektif gender, serta perlu adanya diskusi dan sosialisasi gender bagi seluruh elemen masyarakat, agar tercipta kesetaraan gender khususnya dalam pembangunan pertanian.
Sedangkan Bambang Tri Rahardjo, dalam kajian ilmiahnya lebih menekankan pada pengertian hama serta kerugian penggunaan insektisida atau pestisida dalam pertumbuhan tanaman.
“Saya ingin membawa nama manipulasi habitat/lingkungan dimana ada ruang bagi hama tanaman sebagai bagian dari keseimbangan lingkungan karena kalau ada namanya pasti ada musuh alamnya,” ujar Bambang.
Karena itu, dalam pidato ilmiahnya Bambang memaparkan, sudah sangat perlu diterapkan keseimbangan pada alam dimana ada hama dan musuh alam. Contohnya, pemanfaatan daun Tebu dimana kebiasaan petani dibakar padahal kalau daun tebu ini ditanam dalam tanah maka akan meningkat bangkitnya mikrofauna dalam tanah yang jadi musuh alam.
“Jika terjadi proses maka akan tercipta rantai tropik, saya sering memberikan penjelasan pada mahasiswa kalau pematang sawah ditanami tumbuh – tumbuhan yang berbunga maka akan mengundang musuh alam ini, maknanya kalau tumbuh tanaman yang berbunga dan bunga tersebut mengandung nectar, maka akan mengundang musuh alam dan membuktikan serangan namanya jauh lebih kecil. Dan petani tidak hanya mengendalikan musuh alam, tetapi juga bisa menjadi kawasan ekowisata seperti di Cafe Sawah Kawasan Pujon Kidul,” ungkapnya. [mut]

Tags: