Dua Hari, Banjir Rob Rendam Pesisir Tujuh Dusun di Probolinggo

Banjir rob melanda desa Kalibuntu Kraksaan.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

Probolinggo, Bhirawa
Banjir rob juga terjadi di pesisir Probolinggo. Di Desa Kalibuntu, Kecamatan Kraksaan, tujuh dusun kebanjiran selama dua hari terakhir. Akibat banjir rob tersebut petani garam di desa tersebut mengalami kerugian puluhan juta setiap petaninya.

Alan Yudistira, ketua kelompok tani garam Desa Kalibuntu, Senin 8/6/2020 menuturkan, banjir rob terjadi sejak Kamis 4/6. Saat itu, air laut mulai pasang dan masuk ke permukiman nelayan. Menggenangi tujuh dusun di Desa Kalibuntu dengan ketinggian mencapai setengah meter. “Jika air laut pasang, tujuh dusun selalu kebanjiran karena dekat bibir pantai. Hanya tiga dusun yang tidak kebanjiran. Yaitu Dusun Landangan, Gilin dan Durian,” tuturnya.

Menurutnya, banjir rob rutin terjadi menjelang bulan purnama hingga setelah purnama. Biasanya, sekitar lima hari. Saat banjir rob, biasanya sampah-sampah terbawa arus dan menumpuk di sekitar permukiman. Sehingga menimbulkan pemandangan yang kurang sedap.

Banjir rob juga meluber ke kawasan tambak milik warga. Sehingga, menimbulkan kerugian pada hasil perikanan budi daya yang dikelola warga desa. “Banjir rob tidak sampai menimbulkan korban jiwa, namun ada kerugian materiil. Hal ini juga membuat kami harus waspada saat banjir terjadi,” paparnya.

Kasi Kedaruratan di BPBD Kabupaten Probolinggo Abdullah mengatakan, bahwa banjir rob rutin terjadi di pesisir. Banjir ini menurutnya, merupakan siklus tahunan yang pasti terjadi. Karena itu, dia minta kewaspadaan warga yang tinggal dekat bibir pantai.

Untuk mengantisipasi banjir menurutnya, diperlukan tangkis untuk menahan gelombang di sekitar bibir pantai. Sehingga, air tidak sampai masuk ke kawasan padat penduduk. Namun pelaksanaan pembangunan perlu koordinasi antar OPD.

“Peristiwa banjir rob memang harus diwaspadai, agar tidak ada korban dan meminimalisir kerugian. Perlu tindakan khusus agar kawasan dekat bibir pantai tidak menjadi langganan banjir. Hal ini perlu koordinasi dengan OPD yang membidangi,” jelasnya.

Banjir rob selama empat hari terakhir di beberapa daerah pesisir di Kabupaten Probolinggo, juga merendam tambak garam di beberapa tempat. Akibatnya, petani garam merugi puluhan juta rupiah. Seperti yang dialami Junari, salah satu petani garam asal Desa Sidopekso, Kecamatan Kraksaan. Tambak garam miliknya terendam banjir sejak Jumat (5/6). Tambak garam seluas 3 hektare itu berada di RT 2/RW 4, Desa Sidopekso.

“Total ada 11 hektare tambak garam di tempat itu. Dan tiga hektare di antaranya adalah tambak garam milik saya. Semuanya rata dengan air laut. Saat air mulai surut terlihat petakan tambak garam ada yang jebol,” tuturnya.

Tidak hanya itu, puluhan terpal yang ada di meja kristalisasi juga terlepas. Ada yang hanyut terbawa air laut. Ada juga yang tersangkut di sekitar tambak garam. Namun, sudah rusak. Petani garam yang juga Ketua Himpunan Masyarakat Petani Garam (HMPG) Probolinggo Timur menyebutkan, dirinya mengalami kerugian sekitar Rp 18 juta lebih. Sebab, banjir itu telah membuat tambak garamnya gagal panen.

Sementara setiap tiga hektare lahannya itu dalam sekali panen bisa menghasilkan 42 ton. Nilainya sekitar Rp 18 juta lebih. “Posisi tambak sudah masuk pada pengkristalan. Sebentar lagi panen. Sekitar dua hari sebelumnya memang hujan turun, ditambah banjir rob. Jadi, jelas sudah gagal panen,” jelasnya.

Bukan hanya rugi karena gagal panen. Junari juga harus memperbaiki bagian tambak yang rusak. Juga, membeli terpal lagi untuk mengganti terpal yang hanyut dan rusak. “Kurang lebih biayanya Rp 13 jutaan,” ujarnya.

Selain kerugian, Junari mengeluhkan harga garam yang saat ini hanya Rp 400 – 450 per kilogram. Harga itu, menurutnya sangat rendah. “Dengan harga segitu, bisa-bisa saat kembali beroperasi dan panen, harga garam saya hanya Rp 200 per kilogram. Dikurangi dengan biaya perbaikan dan biaya pekerja, dijamin tidak dapat hasil apa-apa, bahkan minus,” tandasnya.

Kerugian juga dialami Nurul Huda, 36, salah satu petani garam asal Desa Sukokerto, Kecamatan Pajarakan. Banjir rob yang melanda juga menerjang lahan tambak garamnya.Ada sekitar 20 hektare di Desa Sukokerto yang terdampak banjir rob. Dan, 1,5 hektare di antaranya milik Nurul Huda. “Bukan hanya tambak, bahkan gudang garam yang berisi lima ton garam juga di terjang banjir rob. Nilainya sekitar Rp 2,2 jutaan,” paparnya.

Huda mengatakan, total kerugian lahannya sekitar Rp 13 juta. Nominal tersebut dihitung berdasarkan perbaikan dan kerugian garamnya yang hilang akibat banjir. “Untungnya pada waktu itu tambak memang tidak lagi berproduksi. Meski begitu perbaikan besar biayanya. Seperti memperbaiki pematang tambak yang jebol di beberapa titik, total sekitar 50 meter pematang yang jebol,” keluhnya.

Dengan adanya kejadian tersebut, kedua petambak garam itu berharap ada perhatian khusus kepada mereka yang terdampak banjir rob. “Akibat banjir rob ini, saya tidak semangat lagi kembali berproduksi garam. Kami cuma berharap semoga bisa dapat asuransi pergaraman dari pemerintah,” tambah Huda.[wap]

Tags: