Dukungan AKD dalam Pilgub Terbelah

Surabaya, Bhirawa
Suara Asosiasi Kepala Desa (AKD) Jatim di pemilihan gubernur dan wakil gubernur (pilgub) Jatim 29 Agustus nanti dipastikan bakal pecah. Sebab Ketua AKD Jatim Samari lebih memilih mendukung pasangan Khofifah Indar Parawansa – Herman S Sumawiredja, sedangkan Sekretaris Jenderal AKD Jatim Moch Moezamil tetap mendukung pasangan KarSa (Soekarwo – Saifullah Yusuf).
Sekretaris Jenderal AKD Jatim, Moch Moezamil meyakini, sebanyak 75 persen kepala desa di Jatim akan tetap mendukung pencalonan KarSa dalam pilgub mendatang. Alasannya, selama ini KarSa telah memberikan perhatian khusus pada AKD.
“Kami tetap mendukung Karsa, apalagi Pakde Karwo (Soekarwo) itukan sebagai pelindung AKD, jadi sudah sewajarnya kalau kami mendukung beliau,” kata Moezamil, seusai bertemu dengan Gus Ipul di Kantor Gubernur Jatim, Jumat (7/6) lalu.
Moezamil yang juga Kepala Desa Bono, Kecamatan Boyolangu, Tulungagung ini mengatakan, jumlah kepala desa di Jatim saat ini sekitar delapan ribu orang. Dan dari jumlah ini, sekitar 75 persen diantaranya tetap menghendaki Karsa kembali memimpin Jatim.
Pernyataan Moezamil ini setidaknya berbeda dengan Ketua AKD Samari, yang jauh-jauh hari telah menyatakan jika seluruh kepala desa mendukung pasangan Khofifah Indar Parawansa-Herman Soerjadi Sumawiredja.
Sementara itu, Saifullah Yusuf sendiri mengatakan jika saat ini memang telah terjadi perpecahan di internal AKD. “AKD itu tidak hanya Samari, buktinya ini sekretaris AKD dan anggotanya tetap mendukung saya,” kata dia.
Sementara itu, Pakde Karwo mengaku menghargai jika ada AKD yang lebih memilih calon lain dalam pilgub nanti.
“Ini kan demokrasi, saya kan tidak bisa bisa menghalangi pilihan mereka. Saya akan menghargainya pilihan mereka,” tegasnya.
Terkait Pilgub 2008, AKD Jatim merupakan elemen pendukung utama KarSa. Dukungan mereka sangat nyata dan signifikan. Terbukti dengan duduknya pasangan KarSa menjadi orang terkuat di Jatim.
“Memang jumlahnya sangat nyata dan signifikan. Untuk pilgub tahun ini, kami akan coba mengulang sukses lima tahun lalu. Tetapi kalau tidak bisa merebut hati mereka kembali, itu kan hal yang biasa dan merupakan hak dan pilihan mereka. Ini era demokrasi, sudah bukan saatnya memaksa-maksa,” pungkasnya. [iib]

Rate this article!