Ekonomi Bromo Terpuruk, Pelaku Wisata Desak Kasada Dibuka Umum

Gunung-Bromo masih sepi di saat pandemi.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

Probolinggo, Bhirawa
Di tengah pandemi Covid-19 Kabupaten Probolinggo, perayaan Yadnya Kasada 2020 tetap digelar. Para pelaku usaha pariwisata mendesak Perayaan Yadnya Kasada dibuka untuk masyarakat umum. Dengan harapan dapat menghidupkan kembali usaha pariwisata yang sudah lima bulan mandek. Seperti sudah dibuka untuk umum dengan apa yang sudah kami dengan, Hal ini diungkapkan Ketua Perhimpunan Hotel dan Restaurant Indonesia (PHRI) Kabupaten Probolinggo, Digdoyo Yochi, Rabu 24/6/2020.

Dikdoyo Yochi mengungkapkan, Yadnya Kasada merupakan ritual keagamaan yang menyedot perhatian dunia. Karenanya, tidak relevan kegiatan dimaksud tertutup untuk umum.

“Sejauh ini pelalu usaha dan industri pariwisata sudah menerapkan protokol kesehatan. Artinya kami siap mengantisipasi hal-hal yang dikhawatirkan. Kami juga sediakan seluruh peralatan untuk menekan risiko penyebaran Covid-19,” katanya.

Yoyok menjelaskan, sejauh ini sudah 5 bulan lebih sektor usaha pariwisata mandek. Ini kesempatan untuk bisa membangkitkan kembali usaha pariwisata di kawasan TNBTS (Taman Nasional.Bromo Tengger Semerul). “Kalau wisatawan bisa hadir, okupansi hotel naik. Restoran buka, karyawan bisa kembali bekerja dan bisa membiayai operasional usaha mereka,” ungkapnya.

Hal senada juga dikatakan Henry Kurniawan, pengelola Hotel Lava View. Henry mengatakan, kasada tahun 2020 bisa menyambung nafas industri sektor pariwisata jika dihadiri wisatawan. “Tanpa pemasukan sama sekali, kami dipaksa membayar pajak. Membayar listrik, air, dan kewajiban lainnya. Padahal okupansi hotel anjlok 0 hingga 10 persen. Harus bagaimana kami ini. Covid-19 membuat ribuan tenaga kerja di industri pariwisata kehilangan mata pencaharian” tegasnya.

Tokoh Suku Tengger, Supoyo, memaparkan, perayaan Kasada, tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Hanya inti ritual kasada yang dilaksanakan. Yakni puja stuti para dukun, mulunen para calon dukun, sampai larung sesaji di kawah Gunung Bromo. “Terkait kebijakan terbuka untuk umum atau tidak, itu wewenang gugus tugas covid-19 Kabupaten Probolinggo.

Untuk resepsi hingga pengukuhan warga kehormatan Suku Tengger, kata Supoyo, tidak lagi diadakan. “Ini kesepakatan warga Suku Tengger. Kami mematuhi anjuran pemerintah. Saat ritual nanti pakai masker, jaga jarak, sampai penggunaan thermogun untuk memeriksa kesehatan peserta kami laksanakan. Nanti peserta akan dicek KTP-nya,” tegasnya.

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Probolinggo, Sugeng Wiyanto mengatakan, hasil rapat bersama perayaan Yadnya Kasada tetap digelar tapi terbatas untuk warga Tengger. Bahkan telah disepakati pelaksanaan teknis dalam rapat Sabtu sore 20/6 lalu. Dari pusat sudah membuka kembali wisata alam yang ada termasuk wisata Bromo, akan tetapi perlu ada petunjuk tehnisnya untuk semua itu.

“Saya memiliki keinginan sama dengan para pelaku usaha pariwisata. Apalagi Kasada ini ditunggu dunia internasional. Tapi yang memiliki aturan boleh tidaknya agenda pariwisata ini dihadiri masyarakat umum, kan Gugus Tugas Covid-19. Pemerintah daerah tidak bisa berbuat banyak terhadap gugus tugas Covid-19 yang menjalankan aturan dari pemerintah pusat,” tuturnya.

“Hotel-hotel di Bromo sepi dan banyak tutup, tepatnya mulai Februari lalu. Yaitu, saat ditetapkan Car Free Month Bromo dan kemudian Bromo ditutup karena pandemi korona,” lanjut Digdoyo selaku ketua umum BPC PHRI Kabupaten Probolinggo.

Yoyok-sapaan akrabnya mengungkapkan, dampak penutupan wisata Bromo sangatlah besar. Tidak hanya okupansi hotel yang merosot drastis. Sebagian besar hotel dan restoran di kawasan Bromo merumahkan karyawannya hingga pemutusan hubungan kerja (PHK). Keputusan itu diambil karena beratnya beban dalam menghadapi situasi di tengah pandemi Covid-19.

“Kami mendesak dibuka kembali wisata Bromo. Karena hotel dan restoran di kawasan Bromo sudah menyiapkan protokol kesehatan. Baik untuk karyawan, maupun pengunjung. Kami optimistis, protokol kesehatan yang diterapkan bisa mencegah penyebaran virus korona,” ungkapnya.

Sugeng Wiyanto, Kepala Dispora Parbud (Dinas Pemuda Olahraga Pariwisata dan Budaya) Kabupaten Probolinggo menegaskan, pembukaan wisata masih menunggu keputusan Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Covid-19 Kabupaten Probolinggo hingga pusat. Namun, pihaknya saat ini di semua tempat wisata sudah mulai menyiapkan protokol kesehatan untuk menghadapi new normal.

“Kami masih menunggu keputusan tertulis dari Gugus Tugas kabupaten hingga pusat. Tapi sejauh ini protokol kesehatan sudah kami siapkan,” katanya.

Kepala BB-TNBTS (Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru) Jon Kenedy saat dikonfirmasi mengaku, sudah menerima surat dari BPC PHRI Kabupaten Probolinggo. Namun, pihaknya masih menunggu izin dan keputusan dari Kemenpar.

Menurutnya, BB-TNBTS bisa mengajukan pembukaan wisata Bromo, saat ada surat edaran (SE) dari Gubernur terkait pembukaan tempat pariwisata. Namun, sampai saat ini SE dari Bupati hingga Gubernur Jatim belum ada.

“Kondisi pandemi Covid-19 memang sangat mempengaruhi semua sektor, terutama perekonomian. Tetapi, kami tidak ingin juga pembukaan pariwisata malah menjadi pemicu klaster baru penyebaran virus korona,” tambahnya.(Wap)

Tags: