Electrifying Agriculture PLN, Mahbub Zunaidi: Petani Bawang Panen Lima Kali Setahun

Pemasangan lampu UV dan LED pada lahan pertanian bawang merah berhasil menekan biaya produksi.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

Kab.Probolinggo, Bhirawa.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Probolinggo melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) bekerja sama dengan PLN Cabang Pasuruan memberikan sosialisasi kepada kelompok tani untuk pemasangan lampu dalam budidaya bawang merah.

Kegiatan yang dilaksanakan di ruang pertemuan DKPP Kabupaten Probolinggo ini diikuti oleh 30 orang petugas dan perwakilan kelompok tani dari 9 (sembilan) kecamatan potensi bawang merah meliputi Kecamatan Sumberasih, Dringu, Gending, Pajarakan, Paiton, Leces, Tegalsiwalan, Banyuanyar dan Maron.

Kepala DKPP Kabupaten Probolinggo, Mahbub Zunaidi melalui Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Didik Tulus Prasetyo, Sabtu (16/10) mengatakan kegiatan ini merupakan program dari PLN yang ingin memasukkan kegiatan listrik dalam budidaya bawang merah.

Intinya semacam pengendalian hama penyakit di bawang merah dengan menggunakan lampu sehingga diharapkan lampu bisa menarik hama agar tidak mendekati bawang merah.

“Upaya ini sangat efektif sebagai pengendalian hama penyakit dalam budidaya bawang merah. Selama ini petani biasanya menggunakan jaring yang biayanya lebih mahal dari lampu. Harapannya petani bisa mengaplikasikan penggunaan lampu ini agar hasilnya lebih maksimal dan menekan biaya,” katanya.

Menurut Tulus, selama ini teknologi pemasangan lampu dalam budidaya bawang merah ini sudah diaplikasikan di lahan seluas 4 hektar di Desa Sekarkare Kecamatan Dringu. Dengan teknologi ini petani bisa pasang listrik baru dengan biaya lebih murah. Nantinya PLN akan menyiapkan cagak menuju ke hamparan petani.

“Kami berharap petani bisa menyebarkan informasi ini kepada petani yang lain. Paling tidak harapannya ada sentra yang mau menggunakan lampu sebagai teknologi budidaya bawang merah. Terlebih produksinya lebih maksimal, karena sinar matahari tidak terhalang oleh jaring,” tegasnya.

Dalam kesempatan tersebut, para kelompok tani ini mendapatkan materi tentang manfaat penggunaan listrik untuk petani bawang dari Ayunda, selaku wakil managemen dari PLN Cabang Pasuruan.
Ayunda menjelaskan, Covid-19 yang mempengaruhi segala aspek kehidupan mulai dari kesehatan hingga ekonomi. Namun pertanian, peternakan dan perikanan justru tumbuh signifikan karena permintaan pasar meningkat. Akan tetapi para petani bawang merah sangat khawatir gagal panen akibat hama dan virus.

“Populasi petani bawang merah di daerah Kabupaten Probolinggo mulai tumbuh dan berkembang. Namun masih menggunakan teknologi konvensional (jaring). PLN melihat adanya peluang untuk mengakomodir kebutuhan para petani dengan menggunakan teknologi yang lebih modern dan efisien yang menguntungkan bagi PLN dan petani,” ungkapnya.

Menurut Ayunda, penggunaan lampu listrik dalam budidaya bawang merah sangat bermanfaat bagi petani. Dalam 1 iring membutuhkan 50 lampu dengan per bulan estimasi biaya listriknya dengan daya 1300 tarif industri sebesar Rp 251.100/bulan. Hasil bawang lebih maksimal dan dapat bekerja malam hari.

“Kalau memakai jaring, 1 iring membutuhkan biaya sebesar Rp 6.000.000/musim,” tuturnya.

Program electrifying agriculture yang digencarkan PT PLN (Persero) membawa perubahan besar bagi petani. Petani bawang merah di Kabupaten Probolinggo telah merasakan hasil positifnya. Pengelolaan pertaniannya semakin maju dan modern. Termasuk, berhasil meningkatkan produktivitas.

Qusyairi, petani bawang merah dari Desa Pondokkelor, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, mengaku sangat beruntung. Sejak menggunakan teknologi electrifying agriculture yang digagas PT PLN (Persero), produktivitas bawang merahnya mengalami kenaikan cukup signifikan. Dalam setahun, panen bisa 4 sampai 5 kali. Biaya perawatan yang dikeluarkan juga semakin murah.

”Satu kali panen saya hanya mengeluarkan biaya Rp 600 ribu. Sementara, tanpa listrik atau menggunakan jaring untuk melindungi tanaman bawang merah, biaya yang harus dikeluarkan antara Rp 7 juta sampai Rp 8 juta,” ungkapnya.

Dalam teknologi electrifying agriculture itu, Qusyairi memanfaatkan aliran listrik dengan daya 6.600 VA dari PLN. Listrik tersebut digunakan untuk kebutuhan pengairan dan lampu penerangan UV. Lampu tersebut dipasang di berbagai titik lahan.

”Tujuannya, untuk melindungi tanaman bawang merah dari serangan hama,” jelasnya.

Berbagai kemudahan yang ditawarkan dalam teknologi electrifying agriculture itu membuat Qusyairi tak ragu mengajak petani bawang merah lainnya untuk beralih menggunakan listrik PLN. ”Sangat mudah dan murah. Kualitas dan kuantitas bawang merahnya juga lebih bagus,” katanya.

Manajer PLN UP3 Pasuruan Daniel Lestanto mengatakan, lampu UV dan lampu LED berwarna putih yang dipasang di lahan pertanian berfungsi menarik hama agar menjauh dari tanaman bawang merah. Sehingga kualitas terjaga dengan baik. Imbasnya, hasil dan panen berlipat-lipat. Dengan adanya teknologi itu, kini petani bawang merah tidak lagi membutuhkan jaring.

”Teknologi ini juga kami sebut dengan Kawan Bersih. Akronim dari kawasan bawang bersinar. Dan, ini adalah produk unggulan yang berfokus pada pengembangan agrikultur. Khususnya, bawang merah dengan menggunakan energi listrik dan cahaya,” katanya.

Daniel menambahkan, pihaknya akan terus menawarkan berbagai program yang memberikan kemudahan bagi masyarakat. Salah satu tujuannya untuk meningkatkan produktivitas sektor pertanian di wilayah PLN UP3 Pasuruan. Melalui sinergi antar-BUMN, PT PLN (Persero) juga telah menggandeng Bank Mandiri untuk memfasilitasi bantuan modal petani.

”Di wilayah PLN UP3 Pasuruan, sejauh ini, ada 181 pelanggan agriculture. Pelanggan itu berasal dari tambak udang, pembudi daya jamur, dan petani bawang merah. Pelanggan bawang merah kurang lebih 100 pelanggan tersebar di Probolinggo, dengan lahan seluas 9.000 hektare. Paling luas di Kecamatan Dringu, 3.000 hektare,” tambahnya.(Wap)

Tags: