Gubernur Jatim Dorong Pemkab Bojonegoro Tetapkan Status Darurat

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengunjungi korban bencana angin putting beliung di Desa Prambatan, Kecamatan Balen, Bojonegoro, Selasa (12/11).

(Pasca Putting Beliung)

Pemprov Jatim, Bhirawa
Peristiwa angin putting beliung yang terjadi di Kabupaten Bojonegoro mendapat atensi khusus Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. Melihat tingkat kerusakan yang cukup tinggi dan wilayah yang terdampak cukup luas, Gubernur Khofifah mendorong agar Pemkab Bojonegoro segera menetapkan kondisi darurat.
Hal tersebut diungkapkan Khofifah saat mengunjungi warga korban putting beliung di Desa Prambanan, Kecamatan Balen, Bojonegoro, Selasa (12/11). Khofifah mengungkapkan, ada beberapa peristiwa angin kencang disertai hujan atau tidak disertai hujan di Jatim. Di antaranya ialah di Kecamatan Prigen, Madiun, Ngawi, Kota Batu dan Bojonegoro. Masing-masing dinilai memiliki dampak yang berbeda sehingga membutuhkan perlakuan yang juga berbeda.
“Kalau skalanya hanya satu titik seperti di Prigen tidak akan masuk dalam keadaan darurat Kabupaten Pasuruan. Tetapi ini jumlahnya besar, rumah yang rusak mencapai 1.300 lebih dan melewati 12 kecamatan. Jadi menurut kami dari luasan tersebut sudah masuk pada kategori darurat untuk Bojonegoro,” tutur Khofifah.
Setelah peristiwa tersebut, Khofifah mengaku tengah berupaya untuk cocok-cocokan antara BPBD provinsi dan BPBD Bojonegoro. Pihaknya meminta untuk melakukan identifikasi dari 12 kecamatan yang terdampak dan 1.300 rumah lebih. Ada yang rusak berat dan ada yang ringan. “Kita berharap bahwa bantuan tidak terduga bisa dikeluarkan jika ada surat kondisi darurat. Itu dibutuhkan pernyataan dari Pemkab Bojonegoro,” tambah Khofifah.
Jika sudah ada keputusan bahwa ini kondisi darurat karena jumlahnya cukup besar, maka itu memungkinkan bagi Pemprov untuk mengeluarkan bantuan tidak terduga. Pemkab juga bisa mengeluarkan anggaran tidak terduga. Selain itu, Khofifah juga berharap ada upaya penyisiran terhadap rumah warga yang terdampak. Misalnya rumah yang sedang dikunjunginya saat itu dari sisi kelayakan memang tidak aman. Karena itu, perlu dilakukan penyisiran apakah rumah ini sudah masuk data pada Rutilahu (Rumah tidak layak huni) 2020.
“Kalau sudah, maka segera kalau belum harus dimasukkan data rutilahu 2020. Jadi sama-sama kita menyisir, hari Sabtu lalu kita menyisir di Tulungagung, hari ini (Kemarin) kita menyisir di Bojonegoro. Kita berikhtiar, dan tentu Pemkab menjadi ujung tombak,” tambah Khofifah.
Lebih lanjut Khofifah menjelaskan, beberapa minggu terakhir pihaknya telah mendapatkan informasi dari BMKG ada kecenderungan cuaca ekstrim pada masa transisi antara musim kemarau dan musim hujan. Ada putting beliung tanpa hujan, ada angin kencang bersama dengan hujan. Hal yang semacam ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) telah terkonfirmasi.
“Cuaca ekstrim sesuatu yang harus diantisipiasi. Karena itu, tim BPBD seyognyanya bisa membangun komunikasi secara real time dengan BMKG. Hari ini sudah harus kita lakukan antisipasi, karena secara teknologi itu sesuatu yang memungkinkan untuk melakukan langkah antisipasi bersama,” ujar gubernur perempuan pertama di Jatim tersebut. [tam.bas]

Tags: