Hadapi Penyusutan Lahan, Balitjestro Kota Batu Kenalkan Sitara

Petugas Balitjestro Kota Batu mengenalkan hasil panen jeruk dengan sistem Sitara dan penggunaan bibit tahan penyakit

Kota Batu, Bhirawa
Lahan pertanian di Kota Batu terus mengalami penyusutan. Hal ini mengakibatkan produktivitas pertanian, terutama apel dan jeruk semakin berkurang. Untuk itu Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) Kota Batu berinisiatif untuk mengenalkan Sitem Tanam Rapat (Sitara) kepada para petani di Kota ini. Dengan sistem ini mampu meningkatkan produksi pertanian hingga empat kali lipat.
Peneliti Ekofisiologi Balitjestro, Sutopo menjelaskan bahwa sistem Sitara ini harus dibudayakan untuk meningkatkan produksi buah-buahan, khususnya buah jeruk dan apel, serta buah sub tropika lain yang banyak ditanam petani.
“Banyak terjadinya alih fungsi lahan di Kota Batu membuat lahan pertanian semakin menyusut. Karena itu petani harus bisa menyikapinya dengan cerdik,” ujar Sutopo, Minggu (28/7).
Ia menjelasan bahwa sistem Sitara ini juga sebagai upaya untuk meningkatkan populasi dan produksi jeruk. Misalnya, untuk 1 hektar lahan dengan sistem konvensional mampu ditanam 400-500 pohon jeruk. Sedangkan dengan sistem Sitara bisa ditanami 1.200- 1.600 pohon jeruk. Dengan demikian hasilnya juga akan bisa meningkat sampai 4 kali lipat.
Setiap petani bisa menerapkan sistem ini. Namun juga harus diimbangi dengan melakukan perawatan yang bagus. Mulai dari pola tanam, melakukan teknologi plengkungan, pemangkasan akar, hingga pemberian pupuk sesuai takaran. “Selain hasilnya meningkat, waktu panennya juga lebih cepat,”tambah Sutopo.
Dan untuk mengimbangi sistem baru ini, Balitjestro Kota Batu juga terus mengembangkan benih jeruk bebas penyakit. Salah satu Peneliti Laboratorium Balitjestro Kota Batu, Sumardi, mengatakan pengembangan benih itu tidak lepas dari uji laboratorium. Hal ini untuk mengetahui ketahanan dari benih tersebut, walaupun benih itu sudah berkali-kali panen.
“Untuk menjaga kualitasnya tetap tidak lepas dari pengamatan melalui uji laboratorium. Karena benih itu sudah ada jaminan bebas penyakit,” ujar Sumardi.
Ia menjelaskan bahwa benih jeruk bebas penyakit itu memiliki kelebihan. Seperti masa panen yang lebih cepat, lalu tidak akan terkena penyakit. Namun demikian penggunaan obat tetap dipakai sebagai langkah pencegahan, ditambah dengan penggunaan pupuk berkualitas baik.
Diketahui, saat ini jumlah lahan jeruk di Kota Batu yang telah melakukan panen kurang lebih ada 13 hektare. Dan lahan tersebut tersebar di Desa Punten dan Desa Tlekung.
Ditambahkan Plt Kepala Balitjestro Dr. Muchammad Cholid bahwa Balitjestro sebagai lembaga yang telah ditetapkan sebagai Pusat unggulan Ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai tugas untuk menyampaikan inovasi teknologi jeruk.
“Perbenihan jeruk bebas penyakit ini selangkah lebih maju. Ini juga salah satu faktor kunci untuk menentukan keberhasilan agribisnis jeruk,” ujar Cholid.(nas)

Tags: