Hanum Salsabila Rais Memberikan Motivasi Siswa Persiapkan Masa Depan

Drg Hanum Salsabila Rais MM saat memberikan motivasi untuk mempersiapkan masa depan para siswa SMA Muhammadiyah 2 Surabaya secara virtual. [trie diana]

Talk Show EDUFAIR Menutup Rangkaian Smamda EDUFISA 2021
Surabaya, Bhirawa
Talk show EDUFAIR 2021 menjadi penutup dari rangkaian Smamda EDUFISA 2021 yang digelar selama empat hari, Sejak Kamis (20/10) hingga Sabtu (23/10) lalu. Talk Show menghadirkan dua narasumber yakni Heri Prawoto Widodo Ssos MAB dari Universitas Brawiajaya Malang dan Drg Hanum Salsabila Rais MM, penulis buku juga anggota DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Menurut Kepala SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Surabaya, Ustadz H Astajab SPd MM, talk show merupakan puncak kegiatan rangkaian Smamda EDUFISA 2021 untuk para siswa dan orang kelas XII, perwakilan kelas X dan XI, untuk memberikan gambaran luas tentang jalur masuk perguruan tinggi beserta pengenalan Kampus Universitas Brawijaya. Dan narasumber utama Mbak Hanum Salsabila Rais juga dikenal publik figur yang memberikan motivasi kepada para siswa untuk fokus mempersiapkan masa depannya.
“Talk Show ini diikuti 472 siswa kelas XII yang terdiri dari 340 siswa dari Peminatan MIPA, 110 siswa dari peminatan IPS dan 22 siswa dari peminatan IBB yang didampingi orang tua masing – masing. Talk Show ini juga dihadiri Ketua Dikdasmen PWM Jawa Timur, Ibu Arba’iyah Yusuf MM dan Kepala Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Wilayah Surabaya dan Sidoarjo, Bapak Lutfi Isa Anshori MM,” jelas Ustadz Astajab.
Ustadz Astajab juga menjelaskan, usai mengikuti talk show para siswa kelas XII diminta membuat Microblogging Instagram yang fokus pada sesi talk show bersama Ibu Hanum sebagai tugas individu, dengan panduan yang telah diberikan sebelumnya. Dan sebagai apresiasi kepada para siswa, hasil karya video harapan dan impian rencana studi lanjut juga ditayangkan di streaming Youtube.
Sementara itu, Mbak Hanum-sapaan akrab anggota Komisi DPRD DIY dalam penguatan motivasinya kepada para siswa secara virtual menjelaskan, dirinya yang mempunyai titel dokter gigi pernah bekerja sebagai reporter dan produser di salah satu TV swasta selama tiga tahun, kemudian setelah menikah harus mengikuti suami yang bertugas di Negara Austria. Nah, saat itulah dirinya harus mengalami reponsif adaptif sebab di Negara Eropa itu untuk bisa bersekolah harus menyelesaikan matrikulasi bahasa dan di Negara Austria menggunakan Bahasa Jerman. Jadi harus matrikulasi bahasa selama dua tahun, tetapi karena suami bertugas hanya empat tahun sehingga tidak mungkin menempuh matrikulasi bahasa.
“Maka saya berhitung, waktu itu suami saya di Austria hanya bertugas selama empat tahun. Jadi alih – alih matrikulasi bahasa belum selesai tetapi tugas suami sudah selesai sehingga tidak mungkin sekolah lagi, dan bekerja sebagai dokter gigi juga tidak boleh karena visa saya dicap tidak boleh bekerja atau hanya mengikuti suami. Jadi tidak boleh sekolah dan tidak boleh bekerja. Mungkin satu atau dua bulan having fun ya tetapi lama – lama merasa bosan dan tidak bisa berkembang, tetapi meskipun seorang wanita harus memilik pemikiran yang terus berkembang,” paparnya.
Saat itulah, Hanum mengaku kalau suaminya mengingatkan, lihat tanganmu itu ada tanda garis tangan seperti huruf M, itu kekuatanmu. Huruf M itu artinya, membaca atau menulis dan bila seseorang sudah tidak bisa apa – apa maka bisa membaca dan menulis. ”Itu kekuatanmu Hanum, sekarang kamu bisa mencoba menulis saja,” katanya menirukan ucapannya suaminya.
Sehingga Hanum mengaku saat itulah responsif adaptif. ”Maka saya responsif, saya adaptif. Saya setiap hari menulis dalam satu hari harus menulis sebanyak 500 kata, dan dalam enam bulan jadilah buku pertama saya yakni ‘Menapak Jejak Amin Rais’, kemudian saya menulis lagi ’99 Cahaya di Langit Eropa’, selanjutnya menulis buku ‘Bulan Terbelah di Langit Amerika’, dan ‘Berjalan di Atas Cahaya’, juga ‘Faith and The City’, dan saya tidak berfikiran buku itu menjadi best seller, buku itu difilmkan dan ditonton banyak orang. Dan ketika pulang ke Indonesia tidak menjadi reporter TV atau menjadi dokter gigi tetapi menjadi penulis.
Mbak Hanum menjelaskan, karena itu tidak tahu takdir seseorang ke depan seperti apa. Dan Mbak Hanum mengajak para siswa agar jangan pernah membatasi pikirannya oleh karena keadaan. Sebab pikiran yang membatasi diri cenderung mencari aman dan statis. Itu namanya Fixed Mindset. Sedangkan kebalikannya Growth Mindset yakni Pikiran yang selalu ingin Berkembang. Ingin Tantangan. Mencari Solusi. Dan Tidak menyalahkan Keadaan. Itulah yang harus dimiliki para siswa Smamda Surabaya agar bisa berkembang terus.
“Saya ingin mencuplik kutipan yang menulis orang Indonesia tetapi saya tidak tahu, lupa namanya tetapi yang jelas Orang Indonesia. ‘Jika Kamu Tidak Sanggup Menahan Lelahnya Belajar, maka kamu harus sanggup Menahan Pedihnya Kebodohan’. Jadi kita sebagai manusia jangan pernah lelah belajar, untuk terus maju dan berkembang,” tandasnya. [fen]

Tags: