Hindari Kejenuhan, Terapkan Model Pembelajaran Radio Kooperatif

Para Guru SMAN 15 Surabaya membuat pembelajaran secara online. [trie diana]

Cara Sekolah Beri Pembelajaran Daring
Surabaya, Bhirawa
Belajar di rumah menjadi kebijakan pemerintah dalam mencegah penyebaran Covid-19. Berbagai model media pembelajaran digunakan belajar di rumah. Mulai dari model tugas daring, penjelasan melalui video conference hingga radio kooperatif. Seperti SMA Muhammadiyah X Surabaya, selama belajar di rumah menyediakan pembelajaran daring, sekolah juga menyediakan pembelajaran radio streaming.
Menurut Wakil Kepala SMAMX Surabaya, Alvin Nurwahyu mengungkapkan, untuk pembelajaran selama ini pihaknya biasa menggunakan e learning dan radio streaming. Kalau E-learning memang sudah dipakai sejak menerapkan paperless. Jadi ujian kami sudah memakai smartphone.
Melalui E-learning, guru bisa mengunggah materi dalam aplikasi dan menyimpan bank soal. Sementara jika siswa kesulitan memahami materi, maka akan dikomunikasikan melalui Whatsapp. Ada radio kooperatif juga karena ada komunitas broadcasting. Jadi menyampaikan materinya melalui talkshow dan dialog ringan.
Bahkan untuk mengantisipasi Covid-19, para guru bisa merekam pembelajarannya secara individu untuk diputar pada jadwalnya oleh operator. Tak hanya siswa, orang tua juga bisa mengakses radio streaming sehingga bisa mengetahui pembelajarannya anaknya.
“Jadi streaming ini memberikan informasi ke siswa dan orang tua kalau kami berusaha memberikan nuansa kekinian dalam pembelajaran,” ujarnya.
Sementara itu, pihak sekolah juga masih melayani para siswa yang datang ke sekolah untuk sekedar menghabiskan waktu. Bahkan siswa yang tinggal di asrama juga tidak semua pulang ke kampung halaman.
“Anak yang di asrama ada yang masih di sini, sebagai standar kami juga menjaga kesehatan mereka. Jadi kami masih memantau kegiatan mereka, apalagi anak yang aktif masih kesulitan beradaptasi dengan ditiadakannya kegiatan di sekolah. Masih main ke sekolah, jadi kami batasi hanya aktivitas di dalam sekolah tidak di jalan-jalan,” lanjutnya.
Hal yang sama juga dilakukan SMAN 15 Surabaya. Dalam sistem pembelajarannya, sekolah menggunakan e-learninglibels yang sudah digunakan sejak tahun 2009.
Sementara itu, Waka Humas SMAN 15 Surabaya, Zaenal Arifin, untuk pembelajaran online banyak platform yang digunakan para guru. Mulai zoom, video conference dan classroom. Namun untuk ujian, pengambilan nilai, penugasan, upload materi menggunakan media e-lerninglibels.
“Guru dibebaskan menggunakan aplikasi apapun. Karena berhubungan dengan bank soal sebelumnya. Tapi ada juga yang menggunakan aplikasi sekolah,” ujar dia.
Misalnya di kelas musik yang diisi Zaenal, untuk mengikuti pembelajarannya melalui aplikasi sekolah siswa langsung diminta membuka link elearning dengan memasukkan nomor induk dan password saat login.
“Kalau siswa telat bergabung di pembelajaran, ini tergantung gurunya. Bisa dari penugasan bisa juga mengikuti jam pembelajaran gurunya lagi,” papar dia.
Sedangkan, untuk mengetahui siswa mengikuti kelas atau tidak, bisa melalui pretest. Jika nilai siswa diatas rata-rata artinya siswa sudah paham dengan materi yang disampaikan melalui youtube. Tapi jika dibawah rata-rata ini pihaknya akan menjelaskan kembali.
“Untuk program teman sebaya (berkelompok) sementara kami stop dulu. Kami menghindari kontak fisik antar siswa. Karena pembelajaran juga lebih terbatas,” papar dia.

Orangtua Harus Inovatif Dampingi Anak Belajar di Rumah
Model belajar dirumah dengan menggunakan berbagai media menarik perhatian Psikolog Pendidikan Universitas Ciputra (UC) Surabaya Meilani Sandjaja MPsi, Psikolog. Menurutnya, dalam suasana sosial distancing (jarak sosial), orangtua mengambil andil yang cukup besar. Apalagi dalam menumbuhkan ketertarikan untuk mengikuti pembelajaran online. Maka yang dibutuhkan adalah inovasi orang tua.
“Bagaimana agar mereka tidak bosan? Orang tua harus membuat kesepakatan jadwal belajar mereka. Dibuat lebih fleksibel, ada olah raga, ada jam untuk istirahat dan sebagainya,” ujar dia.
Namun, yang tak kalah penting juga dengan menyelipkan prakarya dalam media pembelajaran. Pasalnya selama 8 jam siswa dihadapkan untuk mengikuti pembelajaran secara online. Terlebih bagi siswa SD dan TK yang mudah bosan. Pasalnya, di area lingkungan sekolah guru memberikan banyak media pembelajaran. Karena itu orangtua perlu mengimbangi dengan melihat youtube atau dengan melakukan finger painting yang berhubungan dengan motorik dan bisa menghapus kebosanan anak.
“Karena di sekolah mereka bertemu banyak teman, banyak aktifitas, banyak main – main. Ketika dihadapkan dalam kondisi saat ini mereka akan bertanya-tanya dan mudah bosan. Dan ini orangtua harus mengerti kondisi itu,” jabarnya.
Meskipun belajar di rumah, dosen yang akrab disapa Mei ini meminta agar orang tua membangun rasa tanggung jawab ke anak. Karena makna dari belajar di rumah bukan liburan. Melainkan harus menyelesaikan tanggung jawabnya sebagai siswa.
“Yang terjadi kan tidak semua orang tua paham ini. Jadi tidak sedikit anak – anak menganggap ini liburan. Karena itu perlu dibangun mindset tanggung jawab, dan disiplin,” urai dia
Mei juga menekankan agar orang tua memberikan pemahaman dan pengertian kepada anak tentang Covid-19 dengan bahasa yang mudah dimengerti anak. Sehingga diharapkan orang tua agar bijak dalam mendidik anak di tengah wabah Covid-19 ini.
“Apa yang harus dicegah, juga mengajak anak untuk olah raga, cuci tangan, dan minum vitamin. Dengan begitu anak belajar untuk meredam dan melawan ketakutan. Sedangkan orang tua tidak boleh dalam tekanan stres karena anaknya belajar di rumah. Justru ini momen orang tua bisa melihat perkembangan anak,” tandasnya. [ina]

Tags: