Imbas Covid-19, Pemilik Showroom di Tanggulangin Obral Sepatu Kulit

Situasi yang sepi disepanjang depan showrom sentra kerajinan kulit di Kludan, Tanggulangin. [alikus/bhirawa].

Sidoarjo, Bhirawa
Dampak wabah virus Covid-19 yang hingga kini belum ada obatnya, sehingga masyarakat diintruksikan Pemerintah supaya tinggal di rumah saja, mulai dirasakan para pemilik showrom produk kerajinan kulit di wilayah Desa Kludan, Tanggulangin.
Sugeng Hariyadi, salah satu pemilik showrom produk kerajinan kulit di wilayah itu merasakan dampak dari intruksi Pemerintah itu, kondisi di wilayah sentra kerajinan kulit di daerah Kec Tanggulangin itu, menjadi sangat lengang.
“Dalam kisaran waktu satu bulan ini memang kondisinya sangat lengang sekali,” komentar Sugeng , pemilik Suga Colection itu, Minggu (29/3) kemarin.
Ditempatnya saja, ia menghitung omzetnya sampai turun kisaran 50%. Pembeli yang datang sehari cuma satu sampai dua orang saja.
Menurut dirinya selama belum ada obat penangkal virus Covid-19 dan intruksi stay in home ini belum dicabut Pemerintah, kondisinya akan terus lengang seperti itu.
“Kami juga tidak tahu sampai kapan akan terus seperti ini. Pasti bukan saya saja yang mengeluhkan kondisi ini. Semua pemilik showrom dan pengrajin, juga pasti sama mengeluh,” ujarnya.
Untuk mencoba bertahan dari kondisi itu, kata Sugeng, dirinya sampai mengobral harga jual barangnya seperti jenis sepatu kantor. Mulai dari harga Rp125 ribu sampai Rp175 ribu.
“Saya promosikan lewat facebook dan marketplace facebook. Saya obral, yang penting laku,” ujarnya.
Menurut Sugeng, dengan cara obral produk seperti itu merupakan salah satu upaya untuk bisa kuat bertahan saat ini. Sebab situasi normal kembali, masih belum bisa diketahui kapan pastinya.
Sementara itu, salah satu pelaku usaha di bidang kuliner di Kota Sidoarjo, juga mengakui merasakan dampak wabah virus Covid-19 ini, mulai mempengaruhi bidang perekonomian.
Dua usahanya berupa cafe, harus tutup sementara karena ada surat edaran dari Disporapar Kab Sidoarjo. Namun, rumah makannya masih tetap buka, karena tidak ada keramain.
“Karena situasi seperti ini yang beli banyak yang bungkus atau lewat gojek,” kata Yayuk Puji Rahayu, warga Sidoarjo.
Meski rumah makannya tidak sampai ditutup, namun ia kasihan dampaknya pada karyawannya. Sebab wilayah Kota Sidoarjo termasuk dalam zona merah. Kalau masih memburuk, maka dengan berat hati akan ia tutup sementara waktu, sampai kondisinya normal kembali.
“Itu akan saya lakukan untuk melindungi karyawan saya. Saya berharap semoga wabah ini segera berakhir, untuk Sidoarjo dan dunia,” harapnya.
Saat ini di rumah makannya Pak Cik Abin (PCA) yang berada di selatan Transmart Sidoarjo itu, kata Yayuk, karyawan juga memakai masker dan sarung tangan untuk melindungi dirinya dari wabah virus Covid-19. Juga disediakan sabun septic untuk tangan bagi pembeli. Kursi dan meja juga dibuat berjauhan. (kus)

Tags: