Industri Rokok Sidoarjo Kolaps

Sidoarjo, Bhirawa
Industri rokok kelas bawah di Sidoarjo mendapat ujian berat dengan melambungnya harga cukai rokok. Regulasi ini mengancam kelangsungan usaha padat karya sehingga banyak yang mengalami kebangkrutan.
Mulai banyaki ndustri yang kolaps di Kab Sidoarjo bangkrut karena dihimpit berbagai aturan, yang berimbas pada penerimaan bagi hasil cukai ke daerah. Tahun lalu mendapat Rp16 miliar, saat ini hanya mendapat Rp10 miliar.
Beberapa faktor penyebabnya, seperti semburan Lumpur Lapindo, beban pita cukai yang terus melangit ditambah sengitnya persaingan produk rokok skala kecil dan beratnya aturan yang ditetapkan pemerintah.
Pada tahun 2007 setidaknya terdapat 201 pabrik rokok, namun pada  Juli 2009 melorot tinggal 81 pabrik rokok. Dan kini malah hanya 42 pabrik rokok saja. ”Perusahaan rokok kecil terus tergencet, tak mampu menebus pita cukai rokok. Selain itu juga adanya pembatasan dari pemerintah dengan berbagai persyaratan yang dinilai memberatkan mereka,” kata Kepala Bidang Perekonomian, Sudibyo.
Regulasi kenaikan pita cukai rokok selama 2009 membuat perusahaan rokok yang dikerjakan skala industri rumahan itu membuatnya ambruk. Pengusaha menyerah menghentikan produksinya serta memecat buruhnya. Sedangkan yang lainnya gulung tikar karena tenggelam oleh lumpur Lapindo.
Total diperkirakan jumlah buruh yang menganggur setelah pabrik rokok gulung tikar mencapai lebih seribu orang. Rata-rata setiap pabrik rokok yang memproduksi sigaret kretek tangan ini mempekerjakan sekitar 100 orang. Maka pihaknya terus menyelenggarakan pelatihan keterampilan bagi bekas buruh pabrik rokok. Diantaranya dilatih keterampilan menjahit, pertukangan, perbengkelan, kerajinan tas, dan sepatu.
Diharapkan, setelah menjalani pelatihan para buruh yang dipecat itu membuka usaha secara mandiri. Pelatihan dilaksanakan dengan menggunakan dana alokasi bagi hasil cukai.
Terpisah, M Amin Sekertaris  Asosiasi Perusahaan Rokok Sidoarjo, membenarkan banyak perusahaan rokok yang akhirnya gulung tikar karena berbagai sebab. ”Hanya perusahaan yang bermodal besar yang mampu bertahan,” jawabnya. [hds]

Rate this article!
Tags: