Ingin Tutup Dolly, Wali Kota Surabaya Temui Mensos

3-risma-dan-mensosJakarta, Bhirawa
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini bertemu dengan Menteri Sosial (Mensos) Salim Segaf Al Jufri di Gedung Kementerian Sosial (Kemensos) untuk membicarakan rencana penutupan lokalisasi Dolly, Senin (2/6).
“Pemkot Surabaya berencana menutup lokalisasi Dolly dan mengharapkan bantuan Kemensos untuk usaha ekonomi produktif. Jadi ini sowan saja,” kata Direktur Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial Kemensos Sonny Manalu di Jakarta, Senin (2/6).
Risma mengenakan baju batik berwarna cokelat dan celana panjang hitam dipadu jilbab hitam. Sebelum bertemu Mensos, Risma ditemui Staf Khusus Mensos Musholi. Sekitar pukul 13.30 Risma baru bertemu Mensos di ruang kerjanya didampingi staf khusus dan Direktur Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial.
Sebelumnya Sonny mengatakan, Kemensos sudah selesai memverifikasi eks PSK Dolly yang berjumlah sekitar 1.200 orang. “Tugas Kemensos adalah merehabilitasi eks PSK, yang lain-lain silakan ditanyakan ke Bu Risma,” tambah Sonny.
Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri mengapresiasi upaya penutupan lokalisasi Dolly yang dilakukan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. “Saya apresiasi dan mendukung yang dilakukan Bu Risma karena menyelamatkan perempuan Indonesia,” kata Mensos usai bertemu dengan Tri Rismaharini di ruang kerjanya.
Mensos mengatakan, akar permasalahan di lokalisasi adalah kemiskinan dan rentan terjadi perdagangan orang. “Kalau kita membiarkan ini zalim. Kita malu sebagai negara yang masyarakatnya agamis tapi Dolly menjadi lokalisasi terbesar di Asia,” tambah Mensos.
Kementerian Sosial juga menyiapkan anggaran Rp 8 miliar untuk merehabilitasi eks PSK dengan memberikan jadup (jatah hidup) sebesar Rp 20.000 per hari selama tiga bulan, uang transportasi untuk pulang ke kampung asal Rp 250.000 dan modal usaha Rp 3 juta.
Selama tiga bulan setelah kepulangan mereka, akan dilakukan pendampingan sehingga memastikan mereka tidak kembali lagi ke prostitusi dan usaha mereka berjalan. “Saya yakin akan berhasil dan yang penting ada penegakan hukum,” tambah Mensos.
Pemkot Surabaya berencana menutup lokalisasi Dolly sebelum Puasa Ramadan tahun ini. Namun hingga saat ini ada pihak-pihak yang menolak penutupan lokalisasi tersebut.
Meski masih ada penolakan, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini tetap teguh dalam pendiriannya. Dia mengatakan, lokalisasi Dolly akan ditutup. Pertimbangannya adalah wilayah itu bukan tempat lokalisasi murni. Dia menyebut, banyak rumah penduduk biasa yang berada di Dolly.
Atas dasar itu, tempat prostitusi yang disebut-sebut terbesar se-Asia Tenggara itu wajib ditutup karena mengerikan bagi perkembangan anak-anak yang tumbuh di sana. “Penutupan Dolly tidak akan diundur. Malah akan dimajukan, Insyaallah 18 Juni ini Dolly akan ditutup,” kata Risma usai bertemu Menteri Sosial Salim Segaf al Jufridi Jakarta.
Sebenarnya, terang Risma, penutupan Dolly itu tidak dilakukan secara mendadak atau tiba-tiba. Penutupan dilakukan secara bertahap, sejak 2010 memang sudah diprogramkan. Pemkot Surabaya, kata Risma, menutup Dolly secara bertahap karena memikirkan orang-orang yang mencari makan di sana.
Makanya setelah program pengalihan pekerjaan dilakukan, Dolly siap ditutup. Itu lantaran orang yang biasa mencari uang di sana sudah dibekali dengan keterampilan baru untuk menata hidupnya secara mandiri. [ira.geh]

Tags: