Jadi Pilot Project, SMKN 6 Surabaya Gelar Simulasi PTM

Kepala SMKN 6 Surabaya Bahrun (kanan) melihat proses simulasi tatap muka di ruang kelas industry kimia, Rabu (12/8). [Oky abdul sholeh]

Surabaya, Bhirawa
Pembelajaran tatap muka (PTM) akan dimulai 18 Agustus mendatang. Sejumlah simulasi protokol kesehatan, dilakukan sekolah yang menjadi pilot project pelaksanaan PTM. Diantaranya SMKN 6 Surabaya. Mulai dari petunjuk arah masuk dan keluar, pengecekan suhu, physical distancing hingga cuci tangan sebelum masuk kelas, dilakukan dengan tertib oleh para siswa.
Kepala SMKN 6 Surabaya, Bahrun menuturkan, adanya simulasi itu untuk mengetahui kesiapan dan kekurangan pihak sekolah dalam penyelenggaraan PTM. Sebab, penerapan protokol kesehatan tidak hanya dilakukan di lingkungan sekolah, melainkan juga saat siswa berangkat dari rumah. Sekolah juga menyediakan sebanyak sembilan thermo gun dan 30 lebih wastafel di sudut sekolah.
“Dari evaluasi di hari pertama kemarin masih melihat adanya penumpukan saat pulang. Karena ada yang dijemput dan ada yang bawa motor sendiri. Ini akan dievaluasi. Agar tetap tertib dan menjaga jarak,” urainya, Rabu (12/8).
Evaluasi lain, penempatan wastafel dan tingkat kesadaran siswa untuk menjaga jarak masih minim. Memang ini kebiasaan baru. Karena masih belum terbiasa, jadi para guru juga sering mengingatkan untuk tetap menjaga jarak.
Dikatakan Bahrun, dengan waktu simulasi selama empat hari ini, pihaknya akan membuat pola yang berbeda setiap harinya. Hal ini didasarkan dari evaluasi yang dilakukan setiap harinya. Selain itu untuk mencari formulas agar kesehatan siswa dan guru juga tetap terjamin.
“Jadi memang untuk protokol kesehatannya dibuat ketat. Meskipun simulasi siswa yang datang juga harus bawa surat pernyataan sehat dari orang tua tidak perlu ke rumah sakit dan Puskesmas. Begitupun jika orang tua tidak berkenan anaknya masuk, ya kami ikutkan belajar secara Daring,” jabarnya.
Dalam PTM nanti, Bahrun menjelaskan, jika materi yang disampaikan akan berfokus pada teori dan pembelajaran adaptif – normatif. Pasalnya, PTM maksimal hanya tiga jam pelajaran.
Ada pemampatan Kompetensi Dasar (KD) materi yang akan disampaikan. Kami sudah koordinasi dengan guru Mapel (Mata Pelajaran) karena waktunya hanya empat jam, maka ini tugasnya para guru untuk berkreasi dengan materi dan waktu yang diberikan terbatas.
Namun, untuk pembelajaran materi produktif atau kejuruan, pihaknya akan menggunakan metode center of teacher. Di mana, ketika praktikum guru yang akan mempraktikkan dan siswa menganalisanya.
Untuk metode itu akan diterapkan di jurusan-jurusan yang praktekkan mandiri seperti kecantikan. Tapi untuk praktik yang dilakukan secara kelompok ini beda lagi. Maka siswa yang melakukan praktik sendiri. Jumlahnya tergantung tingkat kompleksitas praktik, minimal dua siswa. Tergantung peralatan praktiknya juga.
Sementara untuk sesi pembelajaran, pihaknya masih akan membahas usai mengadakan evaluasi di hari terakhir. Jika memungkinkan, pihaknya akan membuat dua sesi dalam sehari untuk 2.412 siswa dengan 76 ruang kelas yang disiapkan. Karena Surabaya berada di zona merah, maka hanya diperkenankan mengisi setiap kelasnya sebesar 25 persen.
“Sisanya nanti Daring. Jadi siswa yang datang di hari Senin tidak akan lagi ikut di hari berikutnya. Ini akan bergiliran. Paling tidak seminggu mereka akan melakukan tatap muka sekali. Setiap hari para guru yang mengajar juga berbeda – beda. Kami juga akan melakukan sterilisasi ruangan jika memang memungkinkan penggunaan dua sesi,” terang dia.
Selain persiapan teknis, pihak sekolah juga menyiapkan Tim Penegak Disiplin dari Tim Gugus Tugas Covid 19 sekolah yang berasal dari OSIS. Setidaknya ada 36 siswa yang terlibat dalam Tim Penegak Disiplin ini. Tim ini akan membantu sekolah dalam disiplin protokol kesehatan untuk siswa.
Sementara itu, salah satu siswa kelas XI jurusan Akuntansi, Yasmine Alissa Salsabella mengaku cukup senang dengan PTM. Sebab bisa bertemu dengan teman – temannya. Kendati begitu ia cukup khawatir dengan keramaian, mengingat Surabaya masih berada di zonaa merah kasus Covid 19. “Saat masuk cukup aman. Tapi saya lebih suka Daring, karena tak ada kontak sama lain. Dan guru tak bekerja dua kali. Kalau tatap muka gini senang sih karena ketemu teman-teman,” tandasnya.
Sementara itu, rencana Dinas Pendidikan Provinsi Jatim yang akan melakukan uji coba PTM yang telah memenuhi persyaratan yang ada di daerah dengan kategori hijau, orange dan kuning mendapat dukungan DPRD Jatim.
“Kami mendukung belajar tatap muka mulai diujicobakan tapi tetap harus melibatkan persetujuan dari wali murid karena hingga saat ini belum ditemukan vaksin untuk Covid-19 sehingga kita harus waspada,” kata Wakil Ketua DPRD Jatim, Achmad Iskandar, saat dikonfirmasi, Rabu (12/8).
Menurut politisi Partai Demokrat ini, pembelajaran jarak jauh bukan tanpa kendala. Sebab, tingkat perekonomian masyarakat dan fasilitas yang tersedia juga tidak merata. “Sudah banyak kasus, ada orang tua sampai nekad mencuri handphone untuk anaknya supaya bisa mengikuti belajar online. Makanya kita dukung belajar tatap muka bisa segera dimulai kembali dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan,” kata pembina FPD DPRD Jatim.
Pertimbangan lainnya lanjut pria asli pulau Madura ini, pemerintah juga fokus pemulihan ekonomi. Mengingat dampak pandemi covid-19 telah memporak-porandakan perekonomian dunia termasuk di Indonesia. “Kami optimis jika sekolah-sekolah sudah bisa dibuka kembali, perekonomian juga akan bergerak lebih cepat,” imbuh Iskandar. [ina.geh]

Tags: