Jatim Butuh 15 Ribu Guru Agama

Kabid PAIS Kemenag Jatim, Suhaji

Perekrutan Terbentur PP No 48 Tahun 2005
Kanwil Kemenag Jatim, Bhirawa
Kekurangan guru agama menjadi masalah serius yang harus dituntaskan di Jatim. Sebab, hingga akhir tahun 2018 kekurangan mencapai 15.317. Jumlah ini diperkirakan akan terus bertamabh, seiring dengan banyaknya guru agama yang akan memasuki pensiun di akhir tahun 2019 ini.
Kabid Pendidikan Agama Islam (PAIS) Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Jatim, Suhaji menuturkan salah satu faktor kekurangan guru yang belum terselesaikan hingga saat ini adalah adanya PP nomor 48 tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer menjadi CPNS. Di mana, dalam pasal 8 no 48 tahun 2005 semua kepegawaian pemerintah kabupaten/kota atau kepala daerah dilarang untuk mengangkat tenaga honorer.
“Karena ada larangan ini maka pemerintah daerah tidak berani mengangkat guru-guru ini. Di lain sisi, pengangkatan PNS guru agama ini tidak ada,” jelas dia.
Sebagai solusinya, Suhaji menegaskan harus ada kebijakan dan ketegasan agar persoalan tersebut terselesaikan dengan mencabut PP tersebut. Itu dilakukan agar bisa mengangkat guru agama.
Solusi lainnya, Kemenag menganjurkan agar satuan pendidikan atau dinas pendidikan terkait, memberdayakan para penyuluh agama di kabupaten/kota, untuk memberikan pembinaan atau tugas tambahan di sekolah-sekolah yang tidak ada guru pendidikan agama islam (PAI) nya.
“Karena kalau melihat data kita, mulai TK, SD, SMP, hingga SMA/SMK kita butuh 15 ribu lebih guru. Ini sekolah negeri saja. Belum sekolah swasta,”tutur dia.
Sementara di sisi lain, guru PNS PAI terus mengalami pensiun dari tahun ke tahun kekurangan ini semakin meningkat. Mulai tahun 2017 kekurangan guru mencapai 1248, tahun 2018 mencapai 1408 dan 2019 ada 1522 guru agama yang akan pensiun.
“Ini masalah serius yang harus segera dituntaskan. Karena anak-anak didik kita wajib mendapatkan pendidikan agama dengan kepercayaan masing-masing. Di Surabaya bahkan guru SMA nya hampir habis,”terang Suhaji.
Mirisnya, di beberapa daerah seperti Madiun dan Malang yang banyak sekolah swasta non muslim di jenjang SMA dengan 90 persen siswanya diisi dari kalangan muslim tidak bisa mendapatkan pendidikan agama secara utuh. Baik teori maupun praktik.
“Mau gak mau, mereka dapat materi agama ya secara teori dari tokoh agama mereka. Cuma kan gak bisa seperti itu. Karena roh untuk menyampaikan ajaran islam ini nggak ada,”jelasnya.
Dengan demikian, pihaknya menghimbau agar satuan pendidikan harus menyediakan guru agama. Hal itu bisa melalui kesepakatan anatara sekolah dengan komite.
“Karena guru agama ini penting sekali, mungkin sekolah bisa bermusyawarah dengan komite untuk mengangkat guru agama ini dengan honor yang sudah disepakati,” kata dia.
Ia menlanjutkan, kalaupun merekrut guru agama dari pesantren bisa saja. Yang penting harus lulusan tarbiyah atau pendidikan agama islam. “Kalau sekedar merekrut dan tidak jelas kompetensinya saya khawatir paham radikalisme ini bisa masuk,”lanjut dia.
Suhaji juga menyarankan agar di tingkat Taman Kanak-kanak (TK) seharusnya ada tenaga pengajar pendidikan agama. Sebab, pemupukan nilai religi di tingkat TK perlu diperkuat. Di usia 4-5 tahun menurut dia, siswa lebih mudah mencerna dan memahami nilai-nilai yang diajarkan, termasuk nilai agama. “Ya ada sih pendidikan agama tapi sifatnya masih formil dan diajarkan bukan dari berlatar guru agama,”papar dia.
Terpisah, untuk Plt Kepala Dindik Jatim, Hudiyono membenarkan adanya kekurangan guru di jenjang SMA, SMK dan PKLK. Akan tetapi, ia berujar jika persoalan tersebut sudah tertangani dengan adanya GTT. Pihaknya juga memberikan keluwesan kepada sekolah untuk merekrut guru agama.
“Kita memang akui ada kekurangan (guru agama). Kita sudah koordinasi dengan sekolah agar kekurangan guru agama ini bisa terpenuhi melalui GTT dulu. Insya Allah tahun ini kita dapat bantuan guru agama yang cukup besar,”ungkap dia.
Batuan tersebut, sambung dia, berasal dari 12 ribu beasiswa yang sudah dipersiapkan pemerintah Jatim. mereka merupakan lulusan dari jurusan PAI dan bahasa arab. “Kalau kekurangan mereka sekolah bisa menarik mereka. Artinya tinggal penempatannya saja,”pungkas dia. [ina]

Rate this article!
Tags: