Jatim Kekurangan 200 Ribu Ton Ikan Konsumsi

heru_tjahyonoDiskanlut Jatim, Bhirawa
Produksi ikan untuk konsumsi masyarakat di Jatim ternyata masih kurang 200 ribu ton. Hal itu berdasarkan perhitungan antara jumlah penduduk Jatim dengan konsumsi ikan 26 kg per kapita per tahun.
Dari perhitungan itu, maka hasilnya produksi perikanan kelautan di Jatim sebesar 926 ribu ton. Jumlah itu masih terbagi produksi perikanan sebesar 700 ribu ton, dan produksi rumput laut sebesar 300 ribu ton.
“Jadi kebutuhan produksi ikan di Jatim masih kurang 200 ribu ton. Sebenarnya kondisi ini bisa dimanfaatkan para pembudidaya ikan. Kesempatan sangat terbuka untuk menjadi pembudidaya,” kata Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Jatim, Ir Heru Tjahjono MM didampingi Kepala Bidang Pengelolaan dan Pemasaran Perikanan, Totok Sudarto, Selasa (17/6).
Dalam kesempatan ini, Heru menginginkan, pada jelang ramadan saat ini produk hasil perikanan kelautan bisa menjadi bahan pengganti kebutuhan pokok seperti daging dan telor yang harganya semakin meningkat. “Kami juga berusaha agar ikan menjadi kebutuhan pokok pangan,” katanya.
Sementara, Totok menambahkan, kalau prediksi produksi perikanan dan konsumsi ikan di Jatim menjelang ramadan belum bisa dipastikan melalui data yang jelas. Sebab jenis ikan untuk dikonsumsi cukup banyak. “Jadi susah jika dilakukan pendataan yang jelas,” ujarnya.
Menurutnya, masyarakat lebih bingung tatkala kebutuhan lainnya seperti daging, telur, hingga cabai naik harga atau jumlah persediaan kurang. “Kalau ikan, mereka justru tidak terlalu menghiraukan dan belum mempermasalahkannya,” katanya.
Agar bisa mendapatkan data yang jelas terkait perikanan kelautan, maka ia juga menginginkan Badan Pusat Statistik (BPS) bisa melakukan survey atau statistik mengenai hasil produksi dan konsumsi perikanan dan kelautan di Jatim.
Sebelumnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memprediksikan pada jelang bulan puasa dan lebaran, terjadi peningkatan konsumsi ikan di Pulau Jawa, khususnya DKI Jakarta, sehingga memicu kenaikan harga ikan laut mencapai 10-15%. Kondisi itu disebabkan oleh terbatasnya pasokan ikan laut akibat nelayan yang berlibur.
“Maka beberapa upaya yang kita lakukan guna menekan kenaikan harga dan menjaga pasokan ini dengan menambah suplai ikan dari beberapa sumber,” kata Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan KKP, Saut P Hutagalung, beberapa pekan lalu.
Menurutnya, sumber tambahan suplai ikan yang akan didatangkan oleh pemerintah yakni dengan mendatangkan ikan dari wilayah penghasil ikan laut Indonesia Timur yakni Sulawesi. Selain itu juga bisa dibantu dengan pasokan ikan air tawar di beberapa waduk, di antaranya waduk Jatiluhur.
Kebutuhan ikan per hari menurut catatan KKP sangat besar, mencapai angka 1,1juta ton. Saat ini sebagian besar untuk diolah menjadi ikan pindang yakni sebesar 700.000 ton dan sisanya dikonsumsi langsung.
Rencananya dengan membangun sistem logistik ikan nasional (SLIN), KKP berharap dapat memenuhi kebutuhan yang besar ini dengan sistem tersebut. “Sentra produksi ikan di Sulawesi dan Maluku saat ini mencapai 200.000 ton per hari dan ini kita upayakan distribusi ke Pulau Jawa,” katanya.
Jenis ikan yang dipasok dari kawasan ini diantaranya adalah ikan makarel, kembung, selayang dan ikan tongkol. Untuk menjaga kesegaran ikan yang didatangkan tersebut, KKP juga telah menyiapkan fasilitas penyimpanan ruang pendingin (cold storage) yang cukup memadai.
“Seperti di Kendari (Sulawesi Tenggara) yang kita bangun berkapasitas 300 ton per hari, di
Lamongan 400 ton per hari dan khusus di Jakarta, pelabuhan Muara Baru dengan kapasitas 1.500 ton per hari,” katanya. Proyek pembangunan fasilitas tersebut telah selesai dirampungkan tahun lalu.  [rac]

Keterangan Foto : Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Jatim, Ir Heru Tjahjono.

Tags: