Kabupaten Nganjuk Darurat Kekeringan

6-foto C ris-kringNganjuk, Bhirawa
Bupati Nganjuk, Drs Taufiqurrahman melalui surat Nomor 362/16/411.313/2014 telah menetapkan tanggap darurat bencana kekeringan sejak 20 Agustus lalu. Sementara, Badan Penaggulangan Bencana Daerah (BPBD) setiap harinya melakukan pengiriman dua belas tangki air ke sejumlah wilayah yang mengalami krisis air.
Sejak pertengahan Agustus, krisis air bersih akibat kemarau dialami ribuan warga yang tinggal di lereng Gunung Wilis. Setiap hari, warga harus antri mengambil air yang mereka tampung dari puncak gunung dan biasanya hanya mengalir sekitar 1 jam saja.bila tidak kebagian air, warga harus kembali antri untuk mendapatkan air keesokan harinya.
Warga di lereng Gunung Wilis tepatnya di Desa Joho Kecamatan Pace setiap hari harus antri mendapatkan air bersih, sejak dua bulan terakhir. Penyebabnya, air dari Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) yang biasanya mengalir ke rumah-rumah kini mati total akibat kemarau. “Setiap hari kami harus antri untuk mendapatkan air bersih, jika tidak kebagian air terpaksa kami harus mencari air di sungai tepi hutan,” papar Rianah (36) warga Desa Joho.
Kepala BPBD Ir. Soekonyono melalui Kabag Kedaruratan dan Logistik, Sadeli mengungkapkan, saat ini kekeringan belum mencapai puncaknya. Diperkirakan puncak kekeringan pada pertengahan Oktober. Namun demikian, tujuh belas desa di tiga kecamatan setiap harinya telah menerima pasokan air dari BPBD. “Setiap hari kami telah mengirim 12 tangki, ke tiga kecamatan sesuai dengan permintaan warga,” ujar Sadeli.
Lebih lanjut Sadeli juga mengungkapkan, saat ini baru tiga kecamatan yang meminta pasokan air bersih, yakni Kecamatan Pace, Jatikalen dan Ngluyu. Sementara wilayah lain yang juga berpotensi mengalami kekeringan adalah Kecamatan Lengkong, Gondang dan Loceret. Namun hingga saat ini ketiga kecamatan tersebut belum mengajukan pasokan air bersih. “Pengiriman air bersih ke lokasi kekeringan berdasarkan permintaan, jika belum ada permintaan dari desa maupun kecamatan berarti pasokan air di wilayah setempat masih mencukupi,” terang Sadeli.
Sadeli juga mengungkapkan, untuk saat ini pasokan air ke lokasi kekeringan masih mampu dilayani dengan armada milik BPBD. Namun bila kekeringan telah mencapai puncak, maka BPBD akan meminta bantuan armada truk tangki dari PDAM dan Dinas PU Cipta Karya. Pasalnya saat ini BPBD hanya menyiagakan satu unit truk tangki setiap harinya.
Pihak BPBD sendiri juga menghimbau kepada pemerintah desa dan kecamatan untuk segera melaporkan kondisi wilayah yang berpotensi kekeringan. Sehingga, BPBD akan melakukan optimalisasi terhadap pasokan air bersih ke lokasi rawan kekeringan. Sebab saat ini statusnya sudah tanggap darurat dan harus segera mendapat penanganan cepat. “Jangan sampai warga kekurangan air bersih akibat kemarau, karena air merupakan unsure enting bagi kehidupan,” pungkas Sadeli.
Cuaca yang cukup terik selama Agustus hingga September ini mengakibatkan sejumlah sumber mata air di wilayah pinggiran Nganjuk kering. Sementara upaya antisipasi kekeringan dengan mencari air baru atau melakukan rekayasa teknologi untuk memperoleh sumber air tidak dilakukan Pemkab Nganjuk. Sementara keberadaan tendon-tandon air di wilayah rawan kekeringan juga tidak optimal dalam memenuhi kebutuhan air warga. [ris]

Keterangan Foto : Warga Desa Joho Kecamatan Pace, Nganjuk setiap hari harus antri air bersih untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.(ristika/bhirawa)

Rate this article!
Tags: