Kaji Ulang Pembukaan Wisata Kelud

Surabaya, Bhirawa
Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Surono meminta agar pemerintah daerah mengkaji ulang tentang pembukaan wisata Gunung Kelud (1.731 mdpl) yang telah dilakukan oleh pemerintah setempat, karena masih berbahaya.
“Lebih baik berhati-hati, daripada ragu,” katanya dikonfirmasi terkait dengan kebijakan Pemkab Kediri yang membuka kembali wisata Gunung Kelud usai erupsi 13 Februari 2014 lalu, saat ditemui di Surabaya, Kamis, (20/3).
Ia mengatakan, keselamatan pengunjung atau pun warga harus diutamakan daripada sekedar membuka wisata. Ia mengingatkan, kondisi Gunung Kelud yang berada di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, Jatim masih belum stabil. Status saat ini juga masih waspada belum ke aktif normal.
“Memang antara uang dan keselamatan ada pertarungan. Tapi, kalau terjadi sesuatu seperti di Sinabung, baru kenapa tidak dilarang (19 orang korban awan panas Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara). Semua komplain akan sia-sia,” bebernya.
Pihaknya tidak pernah memberikan rekomendasi ke pemda setempat untuk menjadikan gunung itu sebagai lokasi wisata. Terlebih lagi, mengizinkan pengunjung masuk ke kawasan kawah Gunung Kelud, setelah erupsi pada Kamis (13/2) lalu.
Ia menegaskan, status Gunung Kelud masih waspada, dan rekomendasi 3 kilometer harus netral dari berbagai macam aktivitas masyarakat. Mereka tidak diperbolehkan masuk ke kawasan itu, karena masih berbahaya.
Ia juga mengatakan, tim PVMBG masih belum melakukan pengkajian lebih mendalam tentang kondisi terkini Gunung Kelud. Walapnun dari kamera pengintai atau CCTV yang dipasang, gunung itu telah berubah ke bentuk aslinya, yaitu terdapat kawah, tim masih akan menunggu status gunung itu aktif normal, dan baru akan melakukan penelitian.
Pihaknya juga mengingatkan agar Kementerian Pekerjaan Umum segera melakukan perbaikan di lokasi kawah Gunung Kelud setelah statusnya sudah aktif normal, di antaranya perbaikan terowongan.
Diharapkan, air yang ada di terowongan tidak sampai lebih dari 5 juta meter kubik. Sebab, jika lebih dari itu, saat terjadi erupsi, dampak letusan akan lebih berbahaya, memicu potensi terjadinya lahar letusan yang bisa menyapu seluruh daerah di bawahnya.
Pemerintah Kabupaten Kediri, tetap menjadikan Gunung Kelud sebagai pusat wisata dan berencana segera memperbaiki kerusakan sarana yang disebabkan oleh erupsi. “Kami tentunya akan melakukan pembenahan. Yang jelas sebagai lokasi wisata, walaupun pascaletusan, Kelud tetap kami prioritaskan,” kata Kepala Dinas Kominfo Kabupaten Kediri Adi Suwignyo.
Ia mengatakan, pemerintah masih akan melakukan pengkajian untuk mengeskplor keindahan apa yang bisa diambil dari Gunung Kelud.
Jika setelah erupsi secara “efusif” pada 2007 lalu, kawah berubah menjadi gunung yang disebut sebagai anak gunung dan saat ini sudah tidak ada, untuk itu saat ini sedang dipelajari struktur yang terbaru dari Gunung Kelud pascaerupsi 13 Februari lalu.
Jika sebelumnya, terdapat sumber mata air panas yang bisa dijadikan pusat wisata, saat ini juga sedang dipelajari apakah sumber itu masih ada, ataukah tertutup pascaerupsi.
Sejak dibuka secara resmi pada Sabtu (8/3), tingkat kunjungan lebih dari 700 orang, dan meningkat tajam pada akhir pekan dengan pengunjung lebih dari 3.000 orang. Setiap pengunjung dikenai tarif Rp10 ribu masuk ke lokasi wisata.
Gunung Kelud mengalami erupsi, setelah sebelumnya terjadi gempa tremor sampai enam jam. Gunung itu dinyatakan erupsi pada pukul 22.56 WIB, setelah statusnya naik dari semula siaga menjadi awas pada Kamis (13/2) pukul 21.15 WIB.
Akibat erupsi Kamis tersebut, ribuan bangunan dan rumah mengalami kerusakan. Begitu juga dengan hektaran lahan pertanian gagal panen, serta berbagai kerugian lainnya. [iib]

Rate this article!
Tags: