Kampung 1001 Malam “Dihantui” Wabah Corona, Siapa yang Peduli?

Di bawah jalan tol Dupak Surabaya jadi tempat tinggal ratusan keluarga, Rabu (20/5/2020). [Gegeh Bagus Setiadi]

Surabaya, Bhirawa
Siapa yang tidak tersayat hatinya melihat ratusan warga Kota Surabaya tinggal di bawah jalan tol. Puluhan anak kecil menangis tak kenal waktu. Stigma buruk dan kumuh melekat pada “Kampung 1001 Malam” ini.
Di tengah gagahnya Kota Pahlawan yang dipimpin Tri Rismaharini, diruntuhkan dengan kampung yang dihuni sekitar 200 Kepala Keluarga (KK) ini.
Bhirawa pun menyusuri kampung yang terletak di Kelurahan Dupak, Kecamatan Krembangan, wilayah Surabaya Utara, Rabu (20/5/2020).
Ada dua akses masuk ke kampung ini. Kalau naik motor bisa lewat Jalan Lasem atau bisa naik perahu kecil melalui Jalan Tambak Asri. Untuk sekali menyebrang dikenakan tarif Rp2 ribu.
Pintu masuk kampung ini tidak sampai dua meter. Karena berada di bawah jalan tol. Warga sekitar menamakannya sebagai Terowongan Mina karena melintasinya harus sopan dengan menundukkan kepala, kalau tidak kepala akan terbentur beton jalan tol.
“Ada banyak warga yang tinggal di bawah jalan tol. Rata-rata, pekerjaan warga di kampung ini adalah pengamen, pemulung, hingga kuli bangunan,” kata warga Lasem, Sulastri saat ditemui Bhirawa yang hendak berbelanja.
Lebih jauh, Bhirawa bertanya kembali alasan disebutnya kampung 1001 malam ini, ia menjelaskan lantaran tidak ada pencahayaan di malam hari. Artinya, tidak ada saluran listrik yang mampu meneranginya.
“Disebut Kampung 1001 Malam karena kurangnya pencahayaan di kolong tol. Tidak peduli pagi atau malam, nuansanya akan terasa gelap,” terangnya.
Wabah penyakit pun terus menghantuinya. Maklum, kampung ini terletak di bantaran Kalianak, Morokrembangan. “Karena letaknya di pinggiran sungai, tidak jarang warga terserang diare dan gatal-gatal disini,” jelas Sulastri.
Satu-satunya sumber air bersih pun didapatnya dari sumur yang ada. Namun, Sejak 2019, PDAM telah masuk kampung ini. “Jadi warga sudah bisa memanfaatkan air bersih,” imbuhnya.
Lalu, ditengah wabah Covid-19 ini, dibeberkan Sulastri, kampung ini banyak menerima bantuan dari warga dan LSM. Meski hidup di tengah keterbatasan, warga sangat guyub dan ramah. “Nuansa kekeluargaan amat kental hidup di kampung ini, mas,” ucapnya.
Beruntungnya, Arek Lawas Suroboyo (ALAS) dengan mengusung “semangat Peduli Sesama” yang didukung oleh Himpunan Putra Putri Keluarga Angkatan Darat (Hipakad) Jawa Timur, menjadi angin surga bagi warga Kampung 1001 Malam ini.
Ketua Hipakad Jatim, Priyo Effendi menyebutkan bahwa Kampung 1001 Malam ini karena memang lokasinya betul-betul menyentuh. Banyak rumah petak di bawah tol ini.
“Kita tidak tahu mandinya dimana, masaknya dimana, wes pokoknya tidak memenuhi syarat. Mangkanya kita kesana supaya teman-teman biar tahu langsung banyak yang masih menderita warga Surabaya. Kalau kita bilang tidak layak dipakai sebagai tempat tinggal bersama keluarga,” katanya.
Sebanyak 300 paket sembako diberikan warga yang tinggal di kolong jalan tol Dupak ini. “Didalam suasana wabah Covid-19 ini kami berusaha meringankan sesama,” jelas Priyo.
Tidak hanya warga Kampung 1001 Malam, ALAS juga memberikan paket sembako kepada seniman, pekerja bangunan, pemulung dan disabilitas. “Terimakasih ALAS, karena Corona saya nganggur 2 bulan,” kata salah satu seniman setelah menerima paket sembako. [geh]

Tags: